• Pages

      Saturday, April 14, 2012

      Telaah Buku Teks Pada



      (BAB 7)
      PASAR


      1.      Sudut Pandang
      Dalam bukubteks Babasa Indonesia ditema Pasar menggunakan pendekatan komunikatif. Hal ini dapat dapat dilihat melalui proses pemaparan materi,  yaitu:
      a.       Membaca wacana.
      b.      Menggunakan kalimat yang komunikatif dari wacana tulis.
      c.       Memahami dan menggunakan kalimat cermat dan santun pada teks pidato dan wacana.

      2.      Kejelasan Konsep
      Dalam bab ini telah memenuhi kejelasan konsep seperti yang terdapat  di dalam tujuan pembelajaran, karena semua bab pokok bahasan telah meliputi atau memenuhi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, seperti : penggunaan kalimat yang komunikatif dari wacana tulis, serta memahami dan menggunakan kalimat yang cermat dan santun.
      Tetapi belum memenuhi tujuan pembelajaran yang membahas tentang pemahaman dan penggunaan kalimat yang cermat dan santun dalam bidang wawancara.

      3.      Relevan dengan Kurikulum
      Dalam buku teks tersebut memungkinkan dari segi relevansi dengan kurikulum karena, setiap materi yang disusun telah disesuaikan dengan standar kurikulum yang ditentukan dari pendidikan nasional. Tanpa kurikulum para penerbit atau pencetak buku tidak akan bisa untuk  menyusun buku teks pada tingkatan sekolah, seperti SD, SMP, SMA dan sederajat.

      4.      Menarik Minat
      Dalam buku teks tersebut dapat menarik siswa untuk lebih belajar giat lagi, karena didalam materi tersebut terdapat beberapa gambar atau foto yang dapat memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam belajar. Selain itu, dalam materinya juga terdapat gambar mengenai pelajaran atau pembahasan tentang penggunaan kalimat yang cermat, santun, dan komunikatif.

      5.      Menumbuhkan Motivasi
      Motivasi siswa dapat terbentuk atau dibangun melalui pokok bahasan seperti penggunaan kalimat yang komunikatif yang cermat dan santun. Karena didalamnya terdapat materi yang berkenaan dengan penyusunan kalimat dan pemilihan kata atau diksi dalam membuat kalimat komunikatif sehingga mereka akan termotivasi untuk dapat mengimplementasikan atau menerapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama penyusunan kalimat yang komunikatif dalam pidato.

      6.      Menstimulasi Aktivitas Siswa
      Aktivitas siswa dapat dibentuk melalui dorongan atau rangsangan dalam mengerjakan tugas-tugas yang ada seperti : pembuatan kalimat yang komunikatif dan memperbaiki teks pidato yang kurang tepat.

      7.      Ilustratif
      Dalam buku teks tersebut terdapat beberapa ilustrasi yang mampu menarik minat siswa untuk belajar, seperti : adanya gambar atau ilustrasi pasar terapung, pasar tradisional yang bergaya modern dan gambar orang sedang bercakap-cakap.  Dalam buku tersebut juga ada keterkaitan dengan bidang sastra, karena dalam buku tersebut mencantumkan gambar atau sosok seorang sastrawan yang bernama W.S. Rendra serta menjelaskan  riwayat dan hasil karya-karyanya.

      8.      Komunikatif (mudah dipahamièsusunannya jelas)
      Dalam buku teks tersebut telah memenuhi syarat bahwa buku teks haruslah kamunikatif sehingga siswa dapat memahami semua wacana yang terdapat dalam buku teks tersebut. Karena informasi yang disampaikan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana.

      9.      Menunjang Mata Pelajaran yang lain
      Dalam buku teks tersebut juga menunjang mata pelajaran yang lain seperti ilmu pengetahuan sosial, terutama ekonomi, karena adanya wacana mengenai pasar tradisional yang bergaya modern. Dalam hal ini mengenai kegiatan perdagangan yaitu: jual beli.

      10.  Menghargai Perbedaan Individu
      Dalam buku teks tersebut terdapat nilai-nilai yang menghargai individu lain, hal ini terdapat dalam wacana pasar. Dimana dalam pasar terdapat berbagai kepribadian dan kegiatan yang bervariasi. Sehingga perbedaan individu seperti sosial, ekonomi, dan budaya  begitu jelas dipertimbangkan.

      11.  Memantapkan Nilai-Nilai è Sosial : Sopan santun è jujur
      Dalam buku teks tersebut terdapat unsur-unsur yang memantapkan unsur-unsur dalam masyarakat, seperti : hubungan sosial, penggunaan kalimat yang komunkatif serta penggunaan kalimat yang sopan dan santun, dan kejujuran.

      Variasi Tutur Penjual dan Pembeli di Pasar Hewan Kabupaten Pekalongan



      Variasi bahasa dari segi penuturannya berarti siapa yang menggunakan bahasa itu, dimana tempat tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakan.
      Variasi bahasa dari segi penuturannya dibedakan menjadi empat bagian yaitu 1) ideolek, 2) dialek, 3) kronolek, 4) sosiolek atau dialek sosial. Berdasarkan data penelitian, dari empat bagian variasi bahasa segi penutur tersebut  akan digunakan untuk pembahasan data dari variasi bahasa penjual dan pembeli di pasar hewan adalah Dialek.

      Dialek
                  Dialek  yaitu  variasi bahasa dari sekelompok penuutur yang  jumlahnya  relatif dan berada pada suatu tempat, wilayah, ataupun area tertentu.   Berikut tuturan yang merupakan bentuk Dialek.

      1)      Konteks : pertanyaaan pembeli kepada penjual tentang makanan ayam bangkok
      Pembeli     :” Liar berarti ya bu…Makanannya apa bu,,?.”
      Penjual       : “Makane Cuma itu tok ow, bekatul, nasi kemaren / nasi basi.”
      (data 1)
      Tuturan (1) pada data (1) terdapat dialek kota Pekalongan, seperti  pada wacana Makane Cuma itu tok ow, bekatul, nasi kemaren / nasi basi, kata ow yang berarti suatu “penyaranan” saran agar pembeli mengikuti saran dari penjual. Di dalam bahasa Indonesia kata ow tidak memiliki arti.

      2)      Konteks: pertanyaan pembeli kepada penjual tentang cara pemeliharaan ayam bangkok
      Pembeli       : “Cara memeliharanya dikandang, apa di lepas bu?.”
      Penjual        : “Itu di lepas og, wonk itu buat aduan.”
      (data 1)
      Tuturan (3) data (1) pada wacana Itu di lepas og, wonk itu buat aduan terdapat kata og,  kata tersebut berarti “penekanan”, penekanan pada kata sebelumnya.  Dan kata wonk merupakan suatu “alasan”, yaitu alasan mengapa ayam bangkok itu dilepas. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “itu di lepas kok, karena itu buat aduan.”

      3) Konteks:   obrolan antara penjual dan pembeli tentang umur dan perawatan ayam
      Pembeli     :” Kira-kira umurnya berapa bulan bu?.”
      Penjual      : “Berapa bulan ow..? Biasanya kalo petelor itu satu tahun pho?
          Satu tahun bisa bertelor.
      Pembeli     : Cara perawatannya gimana bu?.”
      Penjual      : Itu agak susah ow, harusnya di kodong kalo lihat orang kan takut.
      (data 2)
      Tuturan (2) pada data (2) terdapat tututran  Berapa bulan ow..? Biasanya kalo petelor itu satu tahun pho?    Satu tahun bisa bertelor, kata ow berarti “bertanya”,  tetapi tidak membutuhkan sebuah jawaban dari lawan bicara. tuturan tersebut berbeda dengan tuturan  Itu agak susah ow, harusnya di kodong kalo lihat orang kan takut  kata ow berarti sebuah “penyaranan”, saran agar pembeli tidak melakukan hal selain yang dituturkan penjual.
      4)      Konteks:  pertanyaan pembeli kepada penjual tentang perawatan hamster
      Pembeli     : Cara perawatannya yang Siria gimana mbak?
      Penjual      : Perawatannya tho, sing penting pake alas, batu siolit bisa di cuci 4 hari / 2 hari sekali, mbok rendem air terus di jemur. Perawatane misal udah hamil, jantannya dipisah, jantan dipisah. Nanti setelah melahirkan, anaknya jangan di pegang-pegang tangan, kalo udah bau tangan pasti di makan, dan jangan di buka tutup karena bisa stress.
      (data 8)
             Tuturan (4) data (8) pada wacana Perawatannya tho, sing penting pake alas, batu siolit bisa di cuci 4 hari / 2 hari sekali, mbok rendem air terus di jemur. Perawatane misal udah hamil, jantannya dipisah, jantan dipisah. Nanti setelah melahirkan, anaknya jangan di pegang-pegang tangan, kalo udah bau tangan pasti di makan, dan jangan di buka tutup karena bisa stress, terdapat kata bmok rendem, kata tersebut berarti “acuan atau saran” dari penjual dalam menjelaskan cara merawat hamster. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia akan menjadi   di rendam. Dalam kalimatnya menjadi “... direndam air terus di jemur...”

      5)      Konteks:  pertanyaan pembeli kepada penjual tentang umur ikan cucut
      Pembeli     : Sak munu iku umur’e piro mas?
      Penjual      : Sak mene yo sekitar satu tahunanlah.                         
      (data 9)
      Tuturan (5) data (9) pada wacana Sak mene yo sekitar satu tahunanlah. Terdapat kata Sak mene yo yang berarti “perkiraan” pada barang yang dimaksud, yaitu menunjukan pada perkiraan umur yang dimiliki oleh ikan cucut. Dalam bahasa Indonesia  menjadi segini, jika diartikan menjadi segini ya sekitar satu tahunan.

      6)      Konteks: pertanyaan pembeli kepada penjual tentang jenis kucing anggora
      Pembeli     : Mbak, kucing anggoranya jenis apa aja?
      Penjual      : Persia, Himalaya ada, yang piknos ada, mbak’e mau yang mana wes
      (data 18)
      Tuturan (6) data (18) pada wacana Persia, Himalaya ada, yang piknos ada, mbak’e mau yang mana wes. Terdapat kata wes yang berarti penjual memberi pilihan kepada pembeli untuk memilih diantara macam-macam kucing yang ada. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi terserah, dalam kalimat menjadi Persia, Himalaya ada, yang piknos ada, mbak’e mau yang mana terserah.

      7)      Konteks: pertanyaan pembeli kapada penjual tentang harga ikan koi
      Pembeli : Oh, lha nek sing warna putih polos ini berapa?
      Penjual  : Iki nyandak satus selawe.
      (Data 29)
      Tuturan(7) data (29)  pada wacana iki nyandak satus selawe. Terdapat kata nyandak yang berarti menunjukan “perkiraan” tentang harga yang dimiliki ikan koi, yaitu perkiraan bahwa harga ikan koi itu mencapai seratus dua puluh lima ribu rupiah.

      8)      Konteks: obrolan pembeli kepada penjual tentang  harga Menthok jantan
      Pembeli : Kalo yang jantan berapa bu?
      Penjual  : Kalo menthok tu kudune satu pasang ow…
                Satu pasang nyampe’ 400 ribu..
      Pembeli : Berarti kalo beli per ekor nggak boleh ya bu?
      Penjual  : Yo boleh…

      (Data 39)
      Tuturan (8) data (39) pada wacana Kalo menthok tu kudune satu pasang ow…
      Satu pasang nyampe’ 400 ribu. Terdapat kata kudune yang berari suatu  “himbauan” kepada pembeli, yaitu himbauan agar pembeli mau membeli satu pasang menthok. Dalam bahasa Indonesia kata tersebut memiliki arti seharusnya, jika diartikan akan menjadi “kalau menthok/itik itu seharusnya satu pasang,,,satu pasang mencapai 400 ribu.”

      Subscribe To RSS

      Sign up to receive latest news