• Pages

      Friday, January 6, 2012

      Narasi


      BAB I
      PENDAHULUAN
      1.1  Latar Belakang
      Narasi adalah salah satu jenis paragraf dalam sebuah tulisan yang rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, akhir.
      Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.
      Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
      1.2  Tujuan
      Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
      a.       Agar kita dapat mengetahui dan memahami makna narasi.
      b.      Dapat mengetahui ruang lingkup narasi.
      c.       Bisa menjelaskan apakah yang dimaksud karangan narasi tersebut.
      d.      Bisa membuat karangan narasi dengan baik.
      1.3  Manfaat
      Manfaat dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
      a.       Mengetahui pengertian narasi.
      b.      Mengetahui jenis – jenis narasi.
      c.       Mengetahui struktur narasi.
      d.      Mengetahui bentuk khusus narasi.
      1.4  Permasalahan
      Permasalahan yang akan dikaji dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
      1.    Apakah yang dimaksud dengan narasi ekspositoris dan narasi sugestif  ?
      2.    Apakah perbedaan narasi ekspositoris dan narasi sugestif  ?
      3.    Apakah hubungan antara narasi dengan wacana lain ?
      4.    Sebutkan tentang struktur narasi !
      5.    Berikan contoh karangan dengan menggunakan metode eksposisi dan metode narasi  kemudian jelaskan !

      BAB II
      PEMBAHASAN
      2.1 Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif
                  Narasi Ekspositoris adalah narasi yang mempersoalkan tahap – tahap kejadian, rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar.Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak perduli apakah disampaikan secara tertulis atau secara lisan. Narasi Ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membca kisah tersebut. Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa.
                  Narasi Sugestif adalah merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca.Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapakan secara eksplisit. Nrasi Sugestif bertalian dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian atau peristiwa itu berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.Tetapi tujuan atau sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya adalah suatu peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi).
      2.2 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif
      Narasi Ekspositoris
      Narasi Sugestif
      1.      Memperluas pengetahuan.
      1.      Menyiapkan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
      2.      Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian.
      2.      Menimbulkan daya khayal.
      3.      Di dasarkan pada penalaran untuk mncapai kesepakatan rasional.
      3.      Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.
      4.      Bahasanya lebih condong  ke bahasa informatif dengan titik berat pada pengguanaan kata – kata denotatif.
      4.      Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitik beratkan pengguanaan kata – kata konotatif.



      2.3 Hubungan Narasi dengan Wacana Lain
      Narasi sebagai sutu bentuk wacana, dapat menjadi suatu bentuk tulisan       yang berdiri sendiri, tetapi pula menyerap bentuk lainnya. Dalam narasi dapat dijumpai unsur – unsur argumentasi, eksposisi dan deskripsi. Demikian juga bentuk – bentuk wacana lain seperti argumentasi, eksposisi, dan deskripsi dapat juga mengandung unsur – unsur naratif.
                  Untuk mendapatkan ilustrasi yang sederhana mengenai hubungan antara narasi dan bentuk-bentuk wacana lain itu kita mengajukan suatu contohdari roman atau novel, yang mengisahkan segerombolan penjahat melakukan perampokkan dan penculikan. Kerangka umum dari novel atau roman itu tetap merupakan narasi. Tetapi menyangkut cara merampok, bagaimana menguasai medan, bagaimana mengenai sandera yang ditahan, semuanya diungkapkan dengan metode eksposisi, yaitu untuk memberi informasi yang tepat kepada anggota sehingga mereka semua tahu dengan tepat bagaimana melaksanakan kegiatannya. Gambaran mengenai situasi gedung, tempat penjagaan lokasi tempat penyimpanan uang di bank, tempat atau kantor direktur yang akan dijadikan sandera, jalan-jalan keluar, dapat disajikan dapat menggunakan metode deskriptif. Pada waktu memperdebatkan metode-metode itu anggota gerombolan bisa beralih ke argumentasi untuk menunjukkan kelemahan-kelemahan metode yang dikemukakan kawannya, dan seterusnya anggota tadi berusaha mengemukakan kawannya, dan seterusnya anggota tadi berusaha mengemukakan cara-cara yang lebih aman dan meyakinkan.
                  Untuk mengungkapkan jiwa dan latar belakang tiap anggota gerombolan, dapat dipergunakan metode analisa dari eksposisi. Penulis mengisahkan dan mengungkapkan bagaimana suasana dan latar belakang kekeluargaan dan masa kecil mempengaruhi keadaan psikologis dan jiwa mereka. Pada waktu menggambarkan gerak-gerik mobil yang dikendarai dengan kecepatan tinngi di tengah-tengah kesibukan lalu lintas kota yang padat dan ramai, maka sentuhan-sentuhan deskriptif dapat pula digunakan oleh penulis.
      2.4 Struktur Narasi
                  Struktur Narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya, diantaranya adalah :
      1.      Perbuatan.
      2.      Penokohan.
      3.      Latar.
      4.      Sudut pandang.



      Akan tetapi struktur narasi dapat juga dianalisa berdasarkan alur (plot) narasi.Setiap  narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada kesambung-sinambungan periwtiwa-peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab-akibat. Ada bagian yang mengawali narasi tersebut, ada bagian yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari situasi awal, dan ada bagian yang mengakhiri narasi itu. Alurlah yang menandai kapan sebuah narasi itu mulai dan kapan berakhir. Alur ditandai oleh puncak atau klimaks dari perbuatan dramastis dalam rentang laju narasi itu. Secara sistematis alur dapat digambarkan secara sederhana sebagai berikut :



      Klimaks          



                             
      Bagian awal
                                                                                                                              Bagian akhir


      2.5 Karangan dengan menggunakan metode eksposisi dan metode narasi.
                  Contoh karangan dengan metode eksposisi :
                  Yanto seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi, yang sudah lima tahun mengikuti perkuliahan di fakultas tersebut dan sekarang telah duduk di tingkat lima, terpaksa menghentikan studinya itu. Ia tidak mampu lagi membiayai studinya, sejak orangtuanya meninggal setahun yang lalu. Induk semangnya telah menaikkan lagi uang pemondokannya., sedangkan untuk studinya ia harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk penelitian, biaya pengetikan naskah skripsi dan karya tulis, biaya-biaya praktikum, dan uang sekolah dan uang ujian tahun ini. Majikan tempat ia bekerja sering menugaskannya ke luar kota, sehingga studinya sendiri sering terganggu.
                  Contoh di atas membicarakan suatu perbuatan sebagai ide sentral, yaitu Yanto menghentikan studinya. Suatu fakta mengenai tindakan suatu aksi. Pengembangan selanjutnya adalah suatu penjelasan atau suatu  perincian mengenai sebab-sebab mengapa Yanto menghentikan studinya. Sama sekali tidak ada masalah perbuatan atau tindakan yang mengandung narasi.
                  Contoh karangan dengan metode narasi :
                  Lima tahun yang lalu Yanto memasuki Fakultas  Ekonomi, suatu lembaga pendidikan tinggi yang sudah lama diidam-idamkannya. Kecerdasannya memungkinkan ia sekarang duduk di tingkat lima fakultas tersebut. Satu tahun lagi ia sudah akan mencapai cita-citanya, menjadi seorang sarjana ekonomi. Tetapi tahun yang lalu tiba-tiba datang berita yang mengagetkan yang mengabarkan, bahwa ayahnya sudah meninngal dunia karena serangan jantung. Sejak waktu itu pengiriman uang dari rumah mulai seret. Empat bulan yang lalu ia terpaksa mencari pekerjaan untuk menyambung hidup dan studinya. Berkat  bantuan seorang kawannya dengan mudah ia diterima bekerja di sebuah kantor perusahaan dagang yang bergerak dalam bidang eksport-import. Bidang yang memang sesuai dengan pendidikannya.
                  Tetapi sekarang situasinya menyulitka. Ia seering ke luar kota oleh perusahaannya. Sejak dua bulan yang lalu induk semangnya menaikkan lagi biaya pemondokkannya, karena masalah kenaikan harga BBM yang didahului kebijaksanaan lain yang disebut KNOP. Untuk menyelesaikan studinya sekarang ia harus membayar uang kuliah yang jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya, harus mengadakan penelitian untuk skripsinya, biaya pengetikan  skripsi. Dan sebagai mahasiswa pada universitas swasta, ia masih harus membayar biaya bimbingan skripsi dan uang ujian pada pemerintah, dalam suatu jumlah yang tidak mampu dilaksanakannya. Sebab itu, kemarin ia sudah menyampaikan pimpinan fakultasnya untuk sementara tidak melanjutkan lagi studinya.
                  Pada contoh yang kedua ini, sebab atau alasan dari tindakan itu dipaparkan juga oleh penulis, tetapi tekanan yang diberikan sekarang berlainan. Sebab – sebab pada contoh pertama seluruh wujud narasi yaitu gerak dalam waktu sama sekali diruskkan. Perusakkan itu terjadi karena perhatian yang utama adalah mengenai sebab-sebabnya, bukan rangkaian gerak dari sebab-sebabnya itu. Dengan demikian contoh yang pertama bersifat ekspositoris murni dan contoh yang kedua bersifat narasi ekspositoris. Yang pertama menjelaskan mengapa Yanto menghentikan studinya, sedangkan yang kedua menceriterakan kepada kita peristiwa penghentian studi.




      BAB III
      PENUTUP
      3.1  Simpulan
                  Simpulan dari paparan penyusunan makalah ini meliputi aspek-aspek berikut ini :
      1.      Narasi Ekspositoris adalah narasi yang mempersoalkan tahap – tahap kejadian, rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar.
      2.      Narasi Sugestif adalah merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca.
      3.      Perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif adalah jika narasi ekspositoris adalah penyampaian informasi sedangkan narasi sugestif dapat menimbulkan daya imajinasi atau khayal.
      4.      Hubungan antara narasi dengan wacana lain sangat berkaitan karena di dalam unsur-unsur wacana lain juga terkandung karangan narasi.
      5.       Struktur narasi yang meliputi perbuatan, penokohan, latar, sudut pandang dan juga alur (plot).
      6.      Pada contoh karangan dengan metode eksposisi lebih pada pemaparan ide sentral, sedangka pada karangan dengan metode narasi lebih menjelaskan pada seb – akibat dari cerita tersebut.
      3.2  Saran
            Dalam memahami sebuah karangan narasi hendaknya kita para pembaca harus bisa menelaah lebih jauh tentang isi bacaan tersebut. Di dalam karangan narasi juga semata – mata tidak hanya unsuur naratifnya saja yang dilibatkan akan tetapi unsur – unsur seperti eksspositoris, sugestif , argumentasi, dsb juga terkadang dilibatkan dalam penulisan karangan narasi.

      umpatan hujan


      oleh : Kusnadi

      Langit menangis membasahi seluruh bumi, angin mendampingi membelai dengan kasarnya membawa ketakutan bagi tiap manusia, diiringi oleh guntur yang meraung-raung menunjukan betapa ganasnya dia. Hujan menari, menyayi menyelimuti hari yang sepi, bersuka ria dalam dinginnya suasana. Burung-burung berteduh, bersembunyi diantara pepohonan yang rindang, sang raja siang pun bersembunyi dibalik awan gelap.

      “Dancuk!!”
      “Asu Buntung!!”
      Suara umpatan itu terdengar berkali-kali entah dari mana asalnya, tahu-tahu suara itu menyentak dengan kerasnya digenderang telingaku. Ditengah-tengah gerimis, guntur meraung-raung menakuti semua orang yang menghuni sawah. Diiringi tarian pepohonan yang khas nan indah tiada dua serta belaian angin barat yang mesra dengan dihiasi rintikan air yang berjatuhan dari langit.  
      Ditengah hamparan sawah yang luas, seorang lelaki paruh baya dengan pakaian lusuh, basah karena diguyur gerimis seharian. Pakaiannya pun tak sereti layaknya pakaian karena telah berbalutkan lumpur dari atas sampai bawah. Entah kenapa dia bisa mandi lumpur seperti itu, mungkin karena terpleset saat menapaki pematang sawah yang licin karena diguyur gerimis. Dia berusaha untuk bangkit dari benaman lumpur dengan mengangkat sekarung padi.
      “Dancuk!!”
      “Sialan!!”
      “Asu Buntung!!!”
      Suara umpatan itu terdengar berkali-kali keluar dari lubang mulutnya, mungkin itulah caranya untuk meluapkan kekesalannya. Melihat hal itu aku, seorang anak yang sering dipanggil “kakus” oleh teman-temanku, hal itu karena teman-temanku sering menyingkat nama-nama. Nama asliku yang semula Karim Kusian berubah menjadi “kakus”. Aku   berniat membantunya sambil meminta jerami untuk makan sapi-sapiku. Aku mendekat  sembari bertanya, “Kenapa kau mengumpat terus-menerus begitu, Dron” begitulah dia biasa disapa oleh warga, sedang nama aslinya adalah Sodron. 
      “Dancuk, asu buntung bener, gara-gara gerimis ini, aku jadi terjatuh terguling-guling dilumpur sampai kaya ikan pepes gini. Lihat tubuhku malah mirip dengan patung selamat datang di gapura desa sana” jawab Sodron dengan marah.
      “Nggak seharusnya kamu marah-marah gitu, dron”. Tambah Kakus.
      “Gimana aku nggak marah, kus.  Lihat tuh, sekarung padi yang aku bawa berbalut lumpur semua, dancuk bener”. Sodron mengumpat lagi.
      “Kamu ini Dron, mbok ya jangan marah terus-terusan kaya gitu. Apa dengan kemarahanmu itu maka Dia  akan mendengar dan membantumu untuk menghentikan gerimis ini”. Kakus menasehjati pelan.
      Bener juga ya, tapi bagaimana lagi, sudah seharian gerimis ini tak kunjung reda juga.lihat tuh padiku sudah mulai tumbuh akarnya, kalau begini terus bisa-bisa padi ini busuk dan gak laku lagi jika dijual”. Sodron menggerutu kesal.
      menyala itu semakin menambah keadaan menjadi terasa mencekam, gerimis pun tak kunjung mereda malah semakin deras dan semakin       lebat. Pukulan angin barat menambah dinginnya suasana sudah, sudah, jangan marah terus, apa dengan marah bisa menyelesaikan masalahmu. Ya sudah sini aku bantu mengangkat padimu itu. Kaku menawari bantuan. Dengan tenang sodron mulai melangkahkan kaki ke pematang sawah, dan padinya aku bantu tuk menaikkan ke ;pematang sawah. Dancuk, asu buntung! Sodron mengumpat lagi, ternyata dia jatuh terguling lagi saat mau naik di pematang, badannya mirip patung selamat datang sungguhan.
      Melihat hal itu aku menjadi tertawa terpingkal-pingkal hingga perutku terasa sakit. ”Kamu tuh sudah tahu temannya jatuh, nggak dibantuin malah ditertawakan, bagaimana sih kamu ini” ungkap sodron marah.
      “maaf ya”
      “Maaf-maaaf”
      “Ya sudah, sini aku bantuin, asal kamu ga marah-marah lagi. Oya tadi jeraminya masih apa nggak??” Tanya kakus.
      Itu disana, dua petak dari sini. Mau ambil sepuasmu atau sampai kakimu gempor juga terkabul” jawab Sodron.
      “Ya sudah, kalau begitu aku ambil jerami dulu. Jangan lupa aku ditunggu dijalan, kalau-kalau aku butuh bantuanmu nanti”, pinta Kakus.
      “Hooh, jawab Sodron.
      Burung bangau beterbangan membuat sebuah formasi yang indah dan mampu membelalakan mata bagi siapa saja, karena keindahanya mampu menutupi angkasa. Suara alunan lagu dari katak terdengar nian dihati. Angin barat membelai dengan kencangnya hingga membuat suasana semakin mencekam.
      Dengan seikat jerami yang basah di kepala, aku mulai berjalan menapakai sawah yang berlumpur setinggi lutut, lumpur itu membuatku susah untuk berjalan. Dengan susah payah , akhirnya aku sampai juga dipematang, dengan hati-hati aku mulai melangkah di pematang yang licin. Tapi sialnya, seekor katak melompat tepat dikakiku, hingga membuat keseimbangan tubuhku tak terjaga dan…
      “Dancuk!!”
      “Sialan bener”
      “Bener-bener Asu bunting!!”
      Entah sadar atau tidak tiba-tiba umpatan-umpatan itu mengukur deras dari mulutku.

      Wednesday, January 4, 2012

      MENGKRITIK CERPEN ANAK DARI MEDIA CETAK

      PENDAHULUAN


           
      Cerpen merupakan media pembelajaran dalam sastra Indonesia, selain puisi, novel, maupun drama. Cerpen merupakan sebuah sarana untuk menyalurkan bakat seseorang dalam bentuk cerita yang dikemas dalam sebuah wacana yang mudah untuk dipahami dan lebih sederhana. Cerpen juga merupakan salah satu karya sastra yang bayak digemari oleh masyarakat, Salah satunya cerpen mengenai anak-anak atau cerpen yang memuat semua hal yang berkaitan dengan dunia anak-anak. Dalam hal ini, minat atau antusiasme masyarakat dengan adanya cerpen, hal ini terbukti dengan banyaknya  cerpen-cerpen yang terbit di media surat kabar, majalah, maupun kumpulan cerpen. Sehingga dengan mudah ditemukan dari semua kalangan, Terutama oleh anak-anak, seperti adanya majalah Bobo, Si Dul, semakin menambah keinginan anak-anak untuk menciptakan suatu karya.

      Segala hal yang berkaitan dengan cerpen, mulai dari kepengarangan, tata bahasa, penyusunan kalimat, dan lain-lain, akan dikaji secara mendalam. Hal ini merupakan  pelatihan untuk mengkritik karya sastra, terutama karya sastra yang berhubungan dengan anak-anak. Dengan mengadakan pengkajian secara mendalam melalui media cerpen anak, maka akan dapat ditemukan sebuah kesimpulan yang memuaskan. Kesimpulan tersebut mengacu pada layak atau tidaknya sebuah karya disebut sebagai karya sastra anak ataupun cerpen anak-anak.
      Cerpen yang akan dikaji adalah cerpen-cerpen yang terdapat pada majalah anak “Si Dul”, yang terbit pada tahun 2006. Cerpen-cerpen tersebut antara lain, Mengungkap Jaringan Sindikat Pengemis, Mutiyah,Gadis Pemberani Penakhluk Perampok, Tipuan Tukang Sihir Gadungan, Sepatu Beda sebelah, dan Buah Kebaikan Tukang Sepatu. Cerpen tersebut merupakan hasil karya dari beberapa pengarang, jika dilihat dari penyusunan kalimatnya pengarang tersebut adalah orang dewasa.
       Hal ini terdapat dalam kutipan dari cerpen “Tipuan Tukang Sihir Gadungan”  berikut, “betapa canggih sapu terbang itu. Pesawat supersonik saja, yang melebihi kekuatan suara, tak sampai tiga ratus ribu kilometer per detik”.  Dari kutipan tersebut menjelaskan tentang betapa besar pengetahuan pengarang  untuk mampu menggambarkanya, dalam hal ini anak-anak pun tidak mungkin untuk menuliskan hal semacam itu dalam pembuatan cerpennya. 



      MENGUNGKAP JARINGAN SINDIKAT PENGEMIS


      Si Dul seorang anak SMP yang dapat mengungkap jaringan uang palsu, mendapat tugas dari kepala detektif Swasta, yaitu Prof Teddy Suryatmaja. Untuk menyelidiki sindikat pengemis yang beredar di kota. Dalam penyelidikan Si Dul dibantu oleh Bamby, seorang anak yang gemuk dan suka makan permen. Saat tiba dilokasi pengintaian Si Dul dibuat  kaget oleh Bamby, karena apa yang dibicarakan Bamby benar. Dan Si Dul mengakui kepandaian si Bamby dengan bicara dalam batin.    


      Kajian cerpen tersebut terdapat unsur-unsur intrinsik yang meliputi :
      1. Tema
      Cerpen tersebut mengangkat tema “Keberanian”, Yaitu mengenai keberanian seorang anak SMP dalam mengungkap suatu masalah yang terjadi dimasyarakat, dimana seorang anak SMP tersebut mampu mengungkap masalah sindikat uang palsu yang terjadi dalam masyarakat.
      1. Tokoh
      Dalam cerpen ini terdapat tiga tokoh yang berperan, seperti Si Dul seorang anak yang rendah diri,      merasa tidak percaya, dan menjadi penasaran. Tokoh yang kedua Prof  Teddy Suryatmaja yang merasa takjub. Tokoh yang ketiga Bamby, seorang anak yang Ramah, watak tokoh tersebut dapat dilihat dari kutipan kalimat berikut.
       “Ah Biasa saja, itu Cuma kebetulan”, kutipan tersebut menjelaskan tentang rendah diri,  
      “bagaimana mungkin seorang seorang bertubuh tambun, berotak jenius”, kutipan tersebut    menjelaskan tentang perasaan tidak percaya,
      bener nggak apa yang dikatan Bamby”.kutipan tersebut mejelaskan tentang rasa penasaran Si Dul. “Aku tertarik dengan pemberitaan wartawan seputar reputasimu, masih muda, jenius”. Kutipan tersebut menjelaskan tentang perasaan takjub Prof Teddy Suryatmaja.
      “Hai, Bamby melambaikan tangan seperti manja”, kutipan tersebut menjelaskan tentang keramahan Bamby.
      c. Sudut Pandang
      Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam cerpen tersebut adalah sudut pandang orang  ketiga baik dalam cerita maupun diluar cerita seperti penggunaan kata dia dan –nya, seperti pada kutipan berikut ”Jangan lihat dari fisiknya, jelek-jelek dia seorang penyelidik yang cekatan dan encer otaknya”, dan menyebutkan nama tokoh secara langsung “Proesor Teddy menyeruput kopi didepanya”.

      1. Latar
      Cerpen tersebut terjadi dibeberapa tempat seperti, di Truk Kontainer, Kios, dan Lampu Merah. Hal ini dapat dibuktikan melalui kalimat berikut.
      “seorang Kepala Detektif Swasta mengundangnya disebuah truk kontainer yang disulap menjadi ruangan”, kutipan tersebut menjelaskan tentang tempat atau suasana di truk container.
      Dari balik kios tukang Koran, Si Dul pura-pura baca Koran”, kutipan tersebut menjelaskan tentang suasana diKios.
      “Disudut lampu merah, seorang pengemis laki-laki tampak menengadah”. kutipan tersebut menjelaskan tentang suasana di lampu merah.
            e. ALUR
      Dalam cerpen tersebut pengarang menggunakan alur maju, yaitu dengan menceritakan jalannya cerita secara runtut dan jelas, mulai dari awal cerita sampai akhir cerita. Pemeran menjalani serangkaian kegiatan secara teratur atau runtut seperti perbincangan antara Si Dul, Prof  Teddy Suryatmaja, Bamby dari dalam truk, hinggá akhirnya Si Dul dan Bamby Turun ke jalan raya untuk bertugas.  
      f. Gaya cerita
      Gaya cerita yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah klimaks yakni permasalahan yang dihadapi oleh pemeran atau tokoh semakin memuncak dan tidak mengalami suatu happy ending atau sebuah penyelesaian yang bahagia pada akhir ceritanya. Hal ini Dikarenakan cerpen ini bersambung.
      1. Amanat
      Amanat atau pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui cerpen tersebut mengenai keberanian anak-anak agar mau dan mampu melihat seseorang itu tidak hanya dari bentuk fisiknya saja melaikan dari sisi yang lainya, mungkin dari cara berpikirnya, sikapnya dan mungkin dari hatinya.



      Cerpen “Mengungkap  Jaringan Sindikat Pengemis” ini, kurang  pantas dibaca oleh anak-anak karena menggunakan kata-kata yang sulit dipahami, Seperti penggunaan bahasa inggris “Raptors Watch Institute” yang belum begitu di mengerti oleh anak-anak. Sehingga Cerpen tersebut tidak layak untuk dinikmati oleh anak-anak, karena dalam penyusunan kalimatnya cerpen tersebut cenderung mengarah ke pembaca remaja atau dewasa dan tidak mengarah keanak-anak, sehingga cerpen ini pantas jika di baca oleh anak SMP, SMA atau orang dewasa.


      Mutiyah, Gadis Cilik Pemberani Penakhluk Perampok


      Mutiyah seorang anak yang rajin, Suatu malam dia mengerjakan PR hingga malam dan Ibunya mengingatkan untuk diselesaikan dan istirahat. PR yang belum terselesaikan tadi terbawa dalam mimpinya, Ia pun terbangun, saat bersiap tidur kembali Mutiyah mendengar suara pintu dicongkel. Ia mengintip dari lubang kunci kamarnya, ternyata ada orang masuk rumah dengan mencongkel pintu. Mutiyah memberanikan diri keluar lewat jendela dan berlari kerumah Pak RT, sesampainya rumah Pak RT Mutiyah berteriak, Rampook. Seketika warga berkumpul dan menuju rumah Mutiyah. Warga dapat menangkap 2 perampok. Esok harinya polisi datang dan mengucapkan terima kasih  kepada Mutiyah, karena keberaniannya 2 perampok yang dicari-cari polisi dapat tertangkap.


      Kajian cerpen tersebut terdapat unsur-unsur intrinsik yang meliputi :
      1. Tema
      Dalam cerpen ini tema yang ingin diangkat yaitu “Keberanian”. Yakni keberanian seorang anak Perempuan untuk keluar rumah ditengah malam untuk mencari bantuan dengan cara berlari kerumah Pak RT dan memberitahu kepada warga disekitar rumahnya, bahwa di rumahnya ada perampok. 
      b.      Tokoh penokohan
      Beberaa tokoh yang terdapat dalam cerpen ini yaitu: Mutiyah, seorang anak perempuan yang rajin belajar, ketakutan, dan pemberani. Ibu menasihati. Pak RT dan Warga yang merasa penasaran. watak para tokoh tersebut dapat dilihat dari kutipan kalimat berikut.
      Mutiyah mengerjakan PR dan belajar untuk pelajaran esok hari”, kutipan tersebut menjelaskan tentang sikap Mutiyah yang rajin belajar
      Hati Mutiyah makin berdetak keras” kutipan tersebut menjelaskan tentang rasa ketakutan Mutiyah.
      “Tiyah sudah dulu belajarnya, besok kamu harus bangun pagi untuk subuhan" kutipan tersebut menjelaskan tentang nasihat Ibu kepada Mutiyah
      “Tiyah ada apa? Mana rampoknya”,kutipan tersebut menjelaskan tentang rasa penasaran warga.
      1. Sudut pandang
      Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah sudut pandang orang ketiga baik dalam cerita maupun diluar cerita seperti penggunaan kata dia dan  -nya dan menyebutkan nama tokoh secara langsung. Hal ini dapat diketahui melalui kutipan berikut
      “iapun terbangun, sadar dari mimpinya”, kutipan tersebut menjelaskan tenang penggunaan sudut pandang oang orang ketiga.
      Tiyah langsung melompat keatas tempat tidur”. Kutipan tersebut menjelaskan tentang penggunaan nama tokoh secara langsung.
      d.      Latar
      Latar atau tempat terjadinya cerita yang terdapat dalam cerpen tersebut meliputi, kamar Mutiyah, rumah Mutiyah dan didepan  rumah Pak RT.
      Ibu mendatangi kamarnya dan mengingatkan agar diselesaikan”, kutipan tersebut menjelaskan tentang suasana di kamar Mutiyah.
      “beberapa orang masuk melalui pintu rumahnya yang sudah terbuka  karena dicongkel oleh para perampok”. Kutipan tersebut menggambarkan suasana di rumah Mutiyah.
      Setelah sampai di depan rumah Pak RT, Mutiyah berteriak”.  Kutipan tersebut menjelaskan tentang suasana didepan rumah Pak RT
      e.       Alur
      Alur atau jalanya cerita yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah alur maju dimana pengarang menceritakan secara runtut dan jelas, mulai dari awal cerita sampai akhir cerita, seperti Mutiyah mengerjakan PR sampai larut malam dan ditengah malam ada perampok memasuki rumahnya hingga keesokan harinya Polisi datang kerumah Tiyah dan mengucapkan terima kasih.
      f.       Gaya cerita
      Gaya cerita yang digunakan cerpen tersebut adalah anti klimaks yakni permasalahan yang dihadapi oleh para tokoh semakin mereda atau menurun dan mengalami suatu happy ending yaitu sebuah penyelesaian cerita yang berakhir bahagia yang dialami oleh para tokoh dari semua masalah-masalah yang dihadapai.
      g.      Amanat
      Amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui cerpen tersebut yaitu mengenai Keberanian, yaitu menumbuhkan keberanian bagi anak-anak agar tidak merasa takut dalam menghadapi masalah-masalah yang sering muncul dan begitu berat untuk memecahkanya, karena semua masalah pasti akan ada jalan keluar untuk menyelesaikannya.  
                 

      Cerpen “Mutiyah, Gadis Cilik Pemberani Penakhluk Perampok” ini, cukup baik Jika dilihat dari segi manapun. Sehingga cerpen ini layak untuk dinikmati oleh anak-anak maupun orang dewasa, karena dalam cerpen tersebut mengandung pesan moral yang luar biasa untuk ditiru maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cerpen ini lebih cenderung ditujukan untuk anak-anak, karena cukup baik untuk membangun pribadi pada diri anak, yakni untuk berani menghadapi semua masalah yang muncul dalam kehidupan seharí-hari. 

      Tipuan Tukang Sihir Gadungan


      Suatu hari ada nenek sihir yang hidup dikampung, dengan memakai pakaian serba hitam ia berdalih mampu mengobati orang sakit dengan kedipan mata. Dengan penasaran aku dengan teman-temanku menyusun rencana untuk mengetahui kelemahanya dengan mengintip rumahnya. Kami berlima mengintip rumahnya, ternyata ia sibuk menghitung uang hasil memperdayai orang sekampung. masuklah seekor kucing hitam lalu dielus-elus nenek tua itu. Tiba-tiba ada seekor tikus masuk tak hanya satu tapi lebih dari sepuluh ekor. mengetahui hal itu sang kucing ketakutan, untuk melindungi kucing kesayangannya nenek tua itu kabur. Setelah aku memberitahu orang kampung tentang nenek penipu itu, mereka langsung mengobrak-abrik rumahnya.    


      Dalam kajian cerpen tersebut terdapat unsur-unsur intrinsik yang meliputi :
      a.       Tema
      Dalam cerpen tersebut tema yang diangkat mengenai Keberanian dan Kejelian. Yakni keberanian dan kejelian beberapa anak desa untuk mengungkap penipuan yang dilakukan oleh seorang nenek tua yang mengaku sebagai tukang sihir sakti, hingga akhirnya anak-anak itu dapat mengungkap siapa sebenarnya nenek Sihir tersebut, 
      b.      Tokoh dan penokohan
      Beberapa tokoh yang terdapat dalam cerpen ini meliputi, Nenek Sihir yang memiliki sifat Pembohong, Amir yang penasaran dan berusaha memimpin, dan teman-teman yang menyusun rencana. Watak para tokoh tersebut dapat diketahui dari kutipan berikut,
       “dia berkoar-koar sanggup mengobati orang dengan kedipan mata”. Kutipan tersebut menjelaskan tentang sifat Nenek Sihir yang pembohong
       “Aku penasaran, ingin membuktikan kemampuanya”, kutipan tersebut menjelaskan tentang sifat Amir yang merasa penasaran
      “Aku berisyarat melambaikan tangan agar mereka maju”. Kutipan tersebut menjelaskan tentang sifat Amir yang memimpin
      “ya,kita pergoki dan kita cari tahu kelemahannya” kutipan tersebut menjelaskan tentang sifat teman-teman Amir yang sedang menyusun rencana
      c. Sudut pandang
      Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam cerpen tersebut adalah sudut pandang orang pertama dalam cerita, hal ini karena adanya penggunaan kata aku, dan pengarang ikut berperan secara langsung dalam cerita.  Hal ini dapat diketahui dari kutipan berikut ini,
      aku berkumpul dengan teman-temanku”. kutipan tersebut menjelaskan tentang penggunaan sudut pandang orang pertaama dalam cerita.
      d. Latar
      Latar atau tempat terjadinya cerita dalam cerpen tersebut yakni, di tanah lapang, dan dirumah Nenek Sihir, latar tersebut dapat diketahui dari kutipan berikut ini,
      “tiap pagi ditanah lapang, dia berkoar-koar”, kutipan tersebut menjelaskan suasana di tanah lapang.
      “seekor tikus sawah berlari, sikucing hitam mengejar”. Kutipan tersebut menjelaskan suasana di rumah Nenek Sihir
            e. Alur
      Alur atau jalanya cerita dalam cerpen ini, menggunakan alur  maju dimana pengarang menceritakan secara runtut dan jelas, mulai dari awal cerita sampai akhir cerita. Hal ini dapat diketahui dari berkoar-koarnya nenek Sihir di pagi hari hingga siang hari dan dimalam harinya anak-anak mengintip rumah Nenek sihir untuk mengetahui siapa sebenarnya nenek sihir tersebut, dipagi harinya warga mengobrak-abrik rumah penyihir karena Amir telah memberitahu siapa sebenarnya Nenek itu.
      f.       Gaya cerita
      Gaya cerita yang digunakan pengarang dalam cerpen tersebut, adalah anti klimaks yakni permasalahan yang dihadapi oleh para tokoh dalam cerita semakin menurun atau mereda, sehingga mengalami suatu happy ending yaitu suatu penyelesaian akhir cerita yang bahagia oleh para tokoh dari masalah-masalahnya.
            e. Amanat
      Amanat atau pesan yang ingin disampaikan melalui cerpen ini mengenai suatu “Kebohongan”. Sepandai-pandainya orang berbohong maka suatu saat kebohongan tersebut akan diketahui oleh orang lain juga. Seperti kebohongan yang dilakukan seorang Nenek Tua dalam cerita tersebut yang mengaku sebagai penyihir yang sakti.

           
      Dalam cerpen “Tipuan Tukang Sihir Gadungan” ini, kurang pantas jika dibaca oleh anak-anak. Hal  ini dapat dilihat dari pemilihan kata, penyusunan kalimat, dan penggunaan suatu teknologi yang mungkin tidak dapat dimengerti oleh anak-anak, seperti “pesawat supersonik”. Selain itu penggunaan kata berkonotasi juga membuat anak-anak semakin tidak paham apa maksud dari kata tersebut seperti“berkoar-koar. Sehingga anak-anak akan merasa bingung jika membaca cerita tersebut. Dan jika dilihat dari pemilihan kata serta penggunaan kata berkonotasi, cerpen ini lebih ditujukan untuk anak yang duduk disekolah SMP, SMA ataupun orang dewasa.


      Sepatu Beda Sebelah


      Banu dan Agim adalah penyemir sepatu yang setiap pagi menyusuri stasiun. Pada lebaran kali ini, Banu memecah celengannya karena ingin membeli sepatu model terbaru, dengan uang recehan Banu dan Agim pergi ketoko. Penjaga toko melihat mereka dengan jijik karena pakaiannya yang kotor, dan melayani dengan seenaknya. Sesampainya dirumah Banu mencoba sepatunya, ternyata besar sebelah. Banu mencoba memakai sepatu itu dengan menyiasatinya, ternyata malah membuat kakinya luka. Ia menyadari karena dengan sepatu itu, dia akan memamerkanya pada anak-anak lainya. Akhirya Banu berpikir untuk memberikan sepatu itu kepada orang yang kakinya buntung, karena dirasa lebih bermanfaat.


      Dalam kajian cerpen tersebut terdapat unsur-unsur intrinsik yang meliputi :
      1.      Tema
      Dalam cerpen tersebut tema yang diangkat yaitu mengenai “Semangat dan Penyesalan”. yaitu  semangat bekerja keras dan menabung untuk dapat membeli sepatu yang diinginkan, dan penyesalan yang mendalam dari tokoh karena tujuannya membeli sepatu baru untuk memamerkan keteman-temannya yang lain.
      2.      Tokoh dan penokohan
      Beberapa tokoh yang terdapat dalam cerpen tersebut meliputi, Banu yang memiliki sebuah keinginan hingga merasa putus asa, Agim bertanya kepada banu, dan Penjual sepatu yang merasa jijik melihat keduanya. Watak tokoh tersebut dapat diketahui melalui kutipan berikut,
       aku akan beli sepatu saja, di toko”, kutipan tersebut menjelaskan tentang keinginan Banu.
      “Lantas bagiamana, pupus sudah keinginanku memakai sepatu baru”, kutipan tersebut menjelaskan tentang keputus asaan Banu.
      “Benar kamu ingin beli sepatu, tidak baju”,kutipan tersebut menjelaskan tentang pertanyaan Agim kepada Banu.
      “Penampilan yang kotor dan lusuh ,,,membuat penjual merasa jiji,”, kutipan tersebut menjelaskan sifat penjual yang jijik kepada banu dan Agim.
      3.      Sudut pandang
      Sudut pandang yang digunakan oleh Pengarang  dalam cerpen  tersebut adalah sudut pandang orang  ketiga dalam cerita maupun diluar cerita, hal ini diperkuat dengan penggunaan kata “ dia dan  -nya, seperti “Dia tak sabar untuk sampai di rumah dan mencobanya”. dan menyebutkan nama tokoh secara langsung, “Banu dan Agim berjalan menyusuri etalase toko di pinggiran jalan raya”.
      4.      Latar
      Latar atau tempat terjadinya suatu cerita dalam cerpen tersebut meliputi, pinggir jalan, rumah, dan ditoko. latar tersebut dapat diketahui dari kutipan berikut ini,
      Banu dan Agim berjalan menyusuri etalase toko di pinggiran jalan raya”, kutipan tersebut menjelaskan tentang suasana di pinggir jalan.
      Pada lebaran kali ini, Banu memecah celengannya”, kutipan tersebut menjelaskan suasana di rumah Banu.
      Bu beli sepatunya, yang itu”, kutipan tersebut menjelaskan suasana ditoko.       

      5.      Alur
      Alur atau jalanya cerita yang digunakan dalam cerpen tersebut yaitu alur  maju, dimana pengarang menceritakan secara runtut dan jelas, mulai dari awal cerita sampai akhir cerita. Ini dapat diketahui dari kegiatan Banu dan Agim yang menyemir sepatu, saat berjalan pulang Banu melihat sepatu yang bagus sehingga ingin membelinya, saat ditoko mereka bertemu pelayan yang seenaknya melayani hingga sepatunya beda sebelah yang mereka pusing untuk memberikan kepada sepatu tersebut.

      6.                  Gaya cerita
      Gaya cerita yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah anti klimaks yakni permasalahan yang dihadapi oleh para tokoh semakin mereda atau menurun dan mengalami suatu “happy ending” yaitu suatu  penyelesaian yang bahagia  pada akhir cerita tersebut.

      7.                  Amanat
      Amanat atau pesan yang ingin disampaikan melalui cerpen “Sepatu Beda Sebelah “ yaitu jika mempunyai keinginan untuk membeli atau mengingikan sesuatu  janganlah diniatkan untuk pamer pada orang lain,  keinginan tersebut akan mengalami menjadi sebuah masalah bagi yang menginginkanya.



      Dalam cerpen “Sepatu Beda Sebelah” tersebut, cukup baik jika dikaji dari berbagai aspek, sehingga cerpen ini pantas untuk dibaca anak-anak karena dalam cerpen tersebut terdapat nilai moral atau nilai pembelajaran yang luar biasa untuk ditiru oleh anak-anak. Jika dilihat dari penyusunan kalimatnya cerpen ini pantas dibaca oleh anak-anak, sehingga mereka akan dapat dengan mudah memahami, ataupun  mengetahui jalannya cerita secara jelas.

      Buah Kebaikan Tukang Sepatu


      Disebuah negeri, hidup seorang pembuat sepatu, dengan selembar kulit yang tersisa, ia membuat sepatu yang bagus sekali. Setelah jadi sepatu itu dipasang dietalase rumahnya, hingga malam tak ada yang mau membelinya. Saat turun hujan, pembuat sepatu berdoa, dan seorang pengemis mengetok pintu untuk meminta makan. Pembuat sepatu berterus terang bahwa tidak ada makanan dirumahnya. Dengan rasa iba ia mempersilahkan pengemis itu untuk menginap dirumahnya. Pengemis melihat sepasang sepatu yang indah dan memintanya, dengan rasa kasihan maka sepatu itu diberikan. Keesokan harinya ia tidak mendapati pengemis tersebut. Tak lama datang utusan dari kerajaan, dan menanyakan keberadaan pembuat sepatu. Setelah dijelaskan, akhirnya pembuat sepatu diajak ke istana, dan Dia hidup mewah berkecukupan di Istana.           


      Dalam kajian cerpen tersebut terdapat unsur-unsur intrinsik yang meliputi :
      1. Tema
      Dalam cerpen tersebut tema yang diangkat mengenai “Keikhlasan”, yaitu keikhlasan yang dilakukan oleh tukang pembuat sepatu untuk membantu seorang pengemis yang kehujanan dan kelaparan, sementara dirinya dalam kondisi yang serba kekurangan.
      2.   Tokoh dan penokohan
      Beberpa tokoh yang terdapat dalam cerpen tersebut meliputi, Pembuat sepatu yang merasa putus asa, berserah diri, merasa kasihan dan juga baik hati. Dan seorang Pengemis yang meminta-minta, watak tokoh tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
      Aku sudah tidak bisa membuat sepatu lagi, karena uangku habis”, kutipan tersebut menjelaskan tentang sikap Pembuat sepatu yang putus asa.
      “Ya Allah, jika ini ujianmu, semoga engkau memberikan ketabahan kepadaku”, kutipan tersebut menjelaskan tentang sikap pembuat sepatu yang berserah diri.
      “kamu bisa masuk dan menghangatkan badan”, kutipan tersebut menjelaskan tentang sikap pembuat sepatu yang merasa kasihan.
      “ya sudah, kalau kamu mau pakai saja sepatu itu”, kutipan tersebut menjelaskan tentang kebaikan hati Pembuat sepatu.
      “Maaf Pak, berilah saya sedikit uang atau makanan untuk mengganjal perut”, kutipan tersebut menjelaskan tentang pengemis yang meminta-minta.


      3.      Sudut pandang
      Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen tersebut yakni sudut pandang orang  ketiga baik dalam cerita maupun diluar cerita, karena pengarang menggunakan kata ganti orang ketiga karena adanya kata “dia dan –nya”, seperti kutipan berikut  Dia memasang sepatu tersebut di etalase rumahnya” dan menyebutkan nama tokoh secara langsung, seperti kutipan berikut “Sejak itu Pembuat sepatu tinggal di istana selamanya”.
      4.      Latar
      Latar atau tempat terjadinya cerita dalam cerpen tersebut meliputi, dirumah Pembuat sepatu, latar tersebut dapat diketahui dari kutipan berikut.
      Kamu boleh tidur disini. Oya, saya hanya punya air minum, langsung ambil saja”, kutipan tersebut menjelaskan tentang suasana dirumah pembuat sepatu.
      5.      Alur
      Dalam cerpen tersebut Alur yang digunakan adalah alur maju, dimana pengarang menceritakan secara runtut dan jelas, mulai dari awal cerita sampai akhir cerita. Hal ini terlihat dari keseharian tukang sepatu yang membuat sepatu, hingga suatu malam pengemis mengetuk pintu untuk minta makanan. Tanpa disadari ternyata pengemis itu raja yang menyamar dan Pembuat sepatu di jemput utusan kerajaan untuk tinggal di Istana.
      6.      Gaya cerita
      Gaya cerita yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah anti klimaks yakni permasalahan yang dihadapi oleh para pemeran semakin mereda atau menurun dan mengalami suatu happy ending, yaitu penyelesaian yang bahagia  pada akhir cerita.
      7.      Amanat
      Amanat atau pesan yang ingin disampaikan melalui cerpen tersebut mengenai Keikhlasan. Yaitu jika menolong orang dengan ikhlas dan tidak mengharapkan suatu imbalan, maka suatu saat akan mendapatkan balasan yang tidak dapat diduga dari yang Maha Kuasa.    


      Dalam cerpen “Buah Kebaikan Tukang Sepatu” tersebut cukup baik jika dilihat dari berbagai aspek. Karena dalam cerpen tersebut penyusunan kalimatnya begitu mudah untuk dipahami anak-anak, selain itu dalam cerpen tersebut terdapat pula pesan moral yang sangat baik untuk ditiru maupun diterapkan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari. Maka cerpen tersebut tepat jika ditujukan untuk anak-anak.




      PERBANDINGAN ANTAR CERPEN



      Cerpen yang diperoleh dari media cetak tersebut yang akan dinilai ada lima, antara lain berjudul  Mengungkap Jaringan Sindikat Pengemis, Mutiyah,Gadis Pemberani Penakhluk Perampok, Tipuan Tukang Sihir Gadungan, Sepatu Beda sebelah, dan Buah Kebaikan Tukang Sepatu, kelima cerpen tersebut merupakan cerpen yang ditujukan untuk anak-anak, walaupun para penulisnya bukan dari kalangan anak-anak.
      Dari kelima cerpen tersebut yang paling menarik yaitu “Buah Kebaikan Tukang Sepatu”, karena ditengah-tengah keadaan yang serba kekurangan “Pembuat Sepatu”  masih saja mau menolong seorang pengemis yang kelaparan dan basah kuyup karena kehujanan, Walaupun “Pembuat Sepatu” tidak memilliki uang atau makanan untuk dibagikan kepada Pengemis itu. Dengan bijaksana “Pembuat Sepatu” menyuruh Pengemis itu untuk berteduh dan menginap dirumahnya. Tak hanya itu,  Si Pembuat Sepatu juga merelakan sepatunya yang bagus  dan mahal itu saat dipinta oleh Si Pengemis. Tanpa disadari oleh Si Pembuat Sepatu ternyata Pengemis itu adalah seorang Raja yang menyamar sebaga Pengemis, dan akhirnya Pembuat Sepatu hidup serba kecukupan diistana.
      Cerpen yang kurang menarik adalah “Mengungkap Jaringan Sindikat Pengemis”, karena dalam cerpen tersebut terdapat kata atau bahasa asing yang tidak dapat dimengerti oleh anak-anak, walaupun sudah ada penjelasannya. Selain itu Pemeran yang menjadi Detektif Cilik berlagak layaknya derektif dewasa, dan seperti seorang detektif  beneran. Dari pemilihan bahasa ataupun  kata-katanya masih banyak menggunakan bahasa tingkat tinggi, yaitu kata-kata yang tidak dimengerti oleh anak-anak dan kebanyakan hanya dimengerti oleh remaja dan orang dewasa.  Sehingga membuat anak-anak merasa bingung saat membaca maupun memahami cerpen tersebut.
      Kelima Cerpen tersebut memang pantas disebut sebagai cerpen anak-anak namun ada beberapa cerpen yang belum pantas untuk di tujukan kepada anak-anak, karena sebagian besar pengarangnya bukan dari anak-anak, melainkan dari orang dewasa yang sudah terbiasa menulis cerpen anak-anak.




      Subscribe To RSS

      Sign up to receive latest news