PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Menulis Puisi
merupakan satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Diharapkan dengan penguasaan keterampilan menulis siswa
dapat menggungkapkan pikiran perasaan yang dimilikinya setelah menjalani proses
pembelajaran dalam berbagai tulisan (Nurgiantoro, 2002:203).
Salah satu cara
untuk mengembangkan apresiasi sastra pada anak didik ialah dengan pengajaran
puisi. Tujuan pengajaran puisi di sekolah adalah agar siswa memperoleh
kesadaran yang lebih terhadap dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan
sekitar, memperoleh kesenangan, dan anak memperoleh mengetahuan dan pengertian
dasar tentang puisi. Selain itu, yang perlu mendapat perhatian dalam pengajaran
puisi di sekolah adalah pemilihan bahan pengajaran dan penyajiannya
(Trimantara, 2005:2).
Standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) SMP/MTs kelas VII, pembelajaran puisi
diajarkan dalam tiga standar kompetensi yang meliputi aspek mendengar, membaca,
dan menulis. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat berdasarkan SKKD.
Standar kompetensi apresiasi puisi adalah mengungkapkan keindahan alam dan
pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi. Kompetensi dasarnya adalah
menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam. Standar kompetensi
tersebut terdapat dalam aspek menulis.
Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru bahasa Indonesia kelas VII A
SMP, diperoleh keterangan bahwa siswa kelas VII A
kurang mampu dalam menulis puisi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain faktor dari guru, siswa dan penyelenggara pendidikan atau
sekolah.
Faktor dari
guru yaitu guru dalam menyampaikan materi pada siswanya lebih banyak menerapkan
teknik ceramah dalam proses pembelajaran menulis puisi, misalnya guru
menerangkan langkah-langkah menulis puisi. Guru memberikan contoh dan memberi
tugas. Siswa menuliskan puisi berdasarkan apa yang didengar oleh guru sehingga
siswa sulit dalam menuangkan ide atau gagasan sesuai keinginan. metode yang
diterapkan guru tersebut membuat siswa kurang aktif sehingga proses
pembelajaran yang dilakukan kurang adanya respon dari siswa. Siswa pun terlihat
pasif dalam belajar. Selain itu, proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut mengakibatkan siswa kurang
adanya usaha untuk berfikir dan bersemangat dalam menulis sehingga tidak ada
peningkatan dalam menulis puisi.
Permasalahan yang dihadapi siswa dalam menulis
puisi disebabkan siswa kurang mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya secara
efektif karena suasana kelas yang kurang kondusif dan kurangnya penguasaan kosa
kata yang dimiliki siswa. Selain itu, ketertarikan
siswa dalam menulis puisi masih kurang, siswa masih malas untuk menulis puisi,
ramai saat pelajaran, dan kelihatan pasif pada saat pembelajaran berlangsung.
Masalah lain terjadi karena kurangnya buku-buku pengetahuan tentang menulis
puisi. Hal ini karena keterbatasan buku tersebut di perpustakaan sehingga hasil
belajar pun kurang memuaskan.
Permasalahan di
atas menjelaskan bahwa pembelajaran menulis puisi perlu diperbaiki untuk
meningkatkan kemampuan dan prestasi siswa. Pendekatan dan strategi belajar termasuk
faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Mengatasi
permasalahan tersebut perlu adanya
beberapa alternatif yang harus digunakan dan salah satu metode atau strategi
pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran menulis pengalaman di sini dan saat ini.
Menurut
Silberman, metode menulis pengalaman di sini dan saat ini (writing in the here and now) adalah sebuah cara dramatis untuk
meningkatkan perenungan secara mandiri dengan meminta siswa menuliskan laporan
tindakan kala ini (present tense) tentang sebuah pengalaman
yang mereka miliki seakan itu terjadi “di sini” dan “sekarang”. Metode menulis
pengalaman di sini dan saat ini
merupakan metode pembelajaran yang bertujuan mengaktifkan peserta didik
dalam kegiatan belajar-mengajar dengan cara merefleksikan pengalaman-pengalaman
yang telah mereka alami terkait dengan tema atau materi pelajaran.
Dengan
demikian, metode menulis pengalaman di sini dan saat ini dapat
dijadikan sebagai salah satu metode alternatif dalam proses pembelajaran yang
akan menjadikan proses pembelajaran lebih bervariasi sehingga tidak membosankan
siswa. Di samping itu, metode ini dapat membantu guru dalam melatih dan
mempertajam daya imajinasi siswa, meningkatkan kreativitas siswa, serta
meningkatkan semangat dan kemampuan siswa dalam menulis. Metode ini tidak hanya
mengembangkan aspek kognitif siswa, tetapi juga memaksimalkan aspek afektif dan
psikomotorik siswa.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas diperoleh keterangan bahwa pembelajaran menulis puisi di
SMP perlu diperbaiki untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi siswa.
Pendekatan dan strategi belajar termasuk faktor yang turut menentukan tingkat
keberhasilan siswa. Pendekatan belajar mengajar pada dasarnya adalah melakukan proses
belajar mengajar untuk memperoleh pemahaman. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan menulis puisi yaitu:
1) Guru menggunakan metode pembelajaran
yang kurang tepat.
2) Siswa kurang mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya secara efektif.
3) Kurangnya penguasaan kosa kata yang dimiliki siswa.
4) Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran menulis puisi.
5) Kurang tersedianya sarana pendukung
pembelajaran menulis puisi.
1.3 Pembatasan Masalah
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah kurangnya kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII A SMP.
Penyebab utamanya yaitu kurang tepatnya metode
pembelajaran menulis puisi yang selama
ini diterapkan. Peneliti memilih metode menulis
pengalaman di sini dan saat ini yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
menulis puisi dan perubahan perilaku siswa kelas VII A SMP dalam menulis puisi
setelah digunakan metode menulis pengalaman
di sini dan saat ini.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar
belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1) bagaimanakah
peningkatan kemampuan menulis puisi dengan metode menulis pengalaman di sini dan saat ini pada siswa kelas
VII A SMP?
2) bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VII A SMP setelah mengikuti
pembelajaran menulis puisi dengan metode menulis pengalaman di sini dan saat
ini?
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah
yang diajukan tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1) Peningkatan
kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan
metode menulis pengalaman di sini
dan saat ini pada siswa kelas
VII A SMP.
2) Perubahan perilaku siswa kelas VII A SMP setelah mengikuti pembelajaran
menulis puisi dengan metode menulis pengalaman di sini dan saat ini.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas
ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi siswa khususnya kelas VII A
SMP dan umumnya siswa kelas yang lain.
Secara praktis hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, khususnya bagi guru,
siswa, dan sekolah. Bagi
guru, penelitian ini di harapkan bermaanfaat untuk melakukan suatu
pendekatan terhadap proses pendidikan dan penganggapanya sebagai salah satu
kesatuan pelatihan yang memandang
seorang guru sebagai “hakim terbaik”
terhadap keseluruhan pengalaman pembelajaran. Selain itu, mengatasi kesenjangan
antara teori dengan praktik pendidikan dan mendorong
guru untuk mengembangkan sendiri konsep-konsep dan teorinya kemudian mempraktikannya
dalam kegiatan pembelajaran yang mereka
lakukan.
Bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan kemamampuan menulis puisi, memotivasi semangat
belajar siswa dalam mengerjakan tugas-tugas mandiri maupun terstruktur dan menumbuhkan
keberanian siswa dalam menuangkan ide atau gagasan serta inspirasinya kedalam
sebuah puisi.
Bagi sekolah, penelitian
ini diharapkan dapat mengembangkan budaya melakukan tindakan
kelas setiap kali guru menghadapi permasalahan pembelajaran dan diharapkan
dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah karena semakin meningkatkanya
prestasi siswa akan semakin menunjukkan bahwa sekolah tersebut adalah sekolah
yang bermutu.
2.2 Landasan Teoretis
Landasan teoretis yang akan
dipaparkan meliputi teori tentang menulis, puisi dan metode menulis pengalaman
di sini dan saat ini (writing in the here
and now). Teori-teori tersebut akan menjadi landasan dalam penelitian ini.
2.2.1 Menulis Kreatif
Menulis kreatif adalah keterampilan
berekspresi yang menonjolkan penekanan pada ekspresi diri secara pribadi, diantaranya
yaitu penekanan pengekspresian emosi, gagasan, atau ide. Menulis puisi
merupakan wujud komunikasi tidak langsung (bahasa tulis) yang menekankan pada
ekspresi diri, emosi, gagasan, dan ide. Selain itu, keterampilan menulis puisi
merupakan proses aktivitas berpikir manusia secara produktif ekspresif serta
didukung oleh proses pengetahuan, kebahasaan, dan teknik penulisan. Prinsip litentia poetica dalam menulis puisi
sangat diperhatikan, hal ini bertujuan agar puisinya benar-benar natural,
fleksibel, dan apa adanya yang merupakan wujud ekspresi diri secara bebas tanpa
mengikuti kaidah kebahasaan (Jabrohim 2003:17).
Dengan demikian, menulis kreatif adalah
kegiatan mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk karya sastra sebagai
sesuatu yang bermakna dengan memanfaatkan berbagai pengalaman dalam kehidupan
nyata. Menulis kreatif merupakan proses mengungkapkan kembali pengalaman manusia baik berupa pikiran, perasaan, permasalahan, kesan, dan semacamnya secara ekspresif dan imajinatif
melalui rangkaian kata dengan mengutamakan struktur
fisik dan batinnya.
2.2.2 Puisi
Puisi sebagai salah sebuah karya seni
sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur
dan unsur-unsurnya karena puisi adalah struktur yang tersusun dari
bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Begitu pula, puisi dapat
dikaji dari sudut kesejarahannya karena pula sepanjang sejarahnya dari waktu ke
waktu puisi selalu ditulis dan selalu dibaca orang (Pradopo, 1993:3). Berikut
ini akan dikaji dari sudut pandang pengertian puisi, unsur-unsur puisi, dan
jenis-jenis puisi.
2.2.2.1
Pengertian Puisi
Secara etimologi istilah puisi berasal dari
bahasa Yunani poeima yang berarti
membuat atau poeisis yang berarti
pembuatan. Puisi diartikan sebagai usaha membuat atau pembuatan karena lewat
puisi pada dasarnya seorang telah mencapai sesuatu dunia sendiri, yang mungkin
berisi pesan atau gambaran suasana-suasana baik secara fisik maupun batiniah
(Aminuddin, 2009:134).
Puisi merupakan pernyataan sastra yang
paling inti. (Pradopo, 1987:5) berpendapat bahwa puisi sebagai bagian karya
sastra mempunyai misi dan manfaat seperti karya sastra pada umumnya. Karya
sastra diciptakan oleh pengarang bukan sekadar untuk mengghibur, sebaiknya ia
pun bukanlah alat menyampaikan wejangan-wejangan
atau pendidikan semata ia merupakan jalinan atau perpaduan antar keduanya
(Suharianto, 1982:19).
Puisi itu adalah kata-kata yang terindah
dalam susunan terindah. Penyair memiliki
kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang,
simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya, dan
sebagainya, Coleridge (dalam Pradopo, 1993:6). Puisi merupakan pemikiran yang
bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu dengan memikirkan bunyi-bunyi
yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga
yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan
mempergunakan orkestra bunyi, Carlyle (dalam Pradopo, 1993:6)
Waluyo (1991:29) mengatakan bahwa puisi
adalah salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif. Tujuan penyair menulis puisi adalah untuk
menyampaikan buah pikirannya, gejolak perasaannya, dan luapan emosinya lewat
bahasa tulisan. Penyair menuliskan apa-apa yang dirasakan/dilihat dan dihayati
(Aftarudin, 1983:25).
Horace (dalam wellek 1993:25) mengatakan
bahwa puisi itu dulce dan utile yang berarti indah atau
menyenangkan dan bermanfaat. Berdasarkan pendapat di atas bahwa puisi adalah
hasil cipta seni sastra yang berisi pengungkapan pikiran dan perasaan penyair
secara imajinatif dengan menggunakan bahasa yang istimewa. Selain itu puisi
sebagai karya seni yang dapat bermanfaat bagi penikmatnya, disamping memberikan
hiburan atau kesenangan puisi mengandung nilai-nilai puisi mampu mempengaruhi
dan mengubah sikap hidup kearah yang baik.
2.2.2.2 Unsur-
unsur Puisi
Secara umum orang mengatakan bahwa
sebuah puisi dibangun oleh dua unsur penting, yakni bentuk dan isi. Istilah
bentuk dan isi tersebut oleh para ahli dinamai berbeda-beda, diantaranya unsur
tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi.
Waluyo (dalam Jabrohim 2003:34)
berpendapat bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang
bersama-sama membangun bait-bait puisi. Struktur fisik ini merupakan medium
pengungkapan struktur batin puisi. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam struktur
fisik puisi menurut Waluyo antara lain: diksi, pengimajinasian, kata kongkret,
majas (meliputi lambing dan kiasan), vertifikasi (meliputi rima, ritme, dan
metrum), tipografi, dan sarana retorika dan struktur batin puisi mencakup tema,
nada, perasaan, dan amanat.
Unsur-unsur puisi itu tidak berdiri
sendiri, tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan kesatuan dari unsur yang satu dan
unsur yang lainnya. Unsur-unsur itu juga menunjukkan diri secara fungsional, artinya
unsur-unsur itu berfungsi bersama unsur yang lain didalam kesatuan dengan
totalitasnya. Unsur-unsur pembangun puisi tersebut sebagai berikut.
2.2.2.2.1
Struktur Fisik
Puisi
Strukur
fisik atau struktur kebahasaan puisi disebut pula metode pengungkapan puisi.
Medium pengungkapan maksud yang hendak disampaikan penyair adalah bahasa.
Struktur fisik puisi yakni unsur estetik yang membangun struktur luar dari
puisi.
2.2.2.2.1.1
Diksi
Waluyo
(1991:72) mengungkapkan bahwa diksi merupakan pilihan kata. Kata-kata dalam
puisi bersifat konotatif, dan bersifat puitis. Perbendaharaan penyair sangat
berperan dalam pilihan kata. Kedudukan kata dalam puisi sangat menentukan
makna.
Jabrohim
(2003:35) mengemukakan bahwa diksi merupakan pilihan kata. Ada dua simpulan
penting tentang diksi. Pertama, diksi atau pilihan kata adalah kemampuan
membedakan secara tepat sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Kedua, diksi atau pilihan kata yang tepat
dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata bahasa
itu.
Diksi
berfungsi untuk mendapatkan kepadatan dan intensitas serta untuk mendapat
kesenangan dengan sarana puitis yang lain (Anternbernd dalam Pradopo 1993:54).
Penggunaan puisi didalam puisi disamping untuk mendapatkan kepuitisan juga
untuk mendapatkan nilai estetik. Melalui diksi yang baik penyair dapat
mecurahkan perasaan dan isi pikiran dengan ekspresi yang dapat menjelaskan pengalaman
jiwa (Pradopo 1993:54).
Wiyanto (2005:34-35) menyatakan bahwa
diksi adalah pemilihan kata untuk menyampaikan gagasan secara tepat. Selain
itu, diksi juga berarti kemampuan (1) memilih kata dengan cermat sehingga dapat
membedakan secara tepat nuansa makna (perbedaan makna yang halus) gagasan yang
ingin disampaikan, dan (2) kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan
situasi dan nilai rasa.
Berdasarkan pengertian-pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa diksi merupakan pilihan kata yang digunakan
penyair untuk menggungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaannya. Diksi atau
pilihan kata mempunyai peranan yang penting dan utama untuk mencapai
keefektifan dalam menulis puisi, karena kata-kata dalam puisi sangat menentukan
makna, serta memiliki efek terhadap pembacanya.
2.2.2.2.1.2
Pengimajian
Pengimajian diciptakan memberikan
gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup (lebih hidup)
gambaran dalam pikiran dan penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk
memberikan kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya
bisa disebut dengan istilah citra atau imaji (Jabrohim, dkk, 2003: 36).
Waluyo (2003:10-11) menyatakan bahwa
pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau
memperkonkretkan apa yang dinyatakan penyair. Melalui pemgimajinasian apa yang
digambarkan seolah-olah dapat dilihat, didengar dan dirasa. Menurut Waluyo
pengimajinasian menimbulkan tiga imajinasi, yaitu imaji visual, imaji auditif dan
imaji taktil. Imaji visual menampilkan kata yang menyebabkan apa yang
digambarkan penyair lebih jelas seperti dapat dilihat oleh pembaca.
Imaji auditif (imaji dengar) adalah
penciptaan ungkapan oleh penyair sehingga pembaca seolah-olah mendengar seperti
yang digambarkan oleh penyair. Imaji taktil (imaji perasaan) adalah penciptaan
ungkapan oleh penyair yang mampu mempengaruhi perasaan sehingga pembaca ikut
terpengaruh perasaannya (Waluyo, 2003:11).
Pengimajinasian oleh penyair diberi
peran untuk mengintensifkan,
menjernihkan, dan memperkaya pikiran. Imajinasi yang tepat akan lebih
hidup, lebih segar terasa, lebih ekonomis, dan dekat dengan kehidupan kita
sehingga diharapkan pembaca atau pendengar merasakan dan hidup dalam pengalaman
batin penyair.
2.2.2.2.1.3
Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang
digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana
batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Disini penyair berusaha
mengkonkretkan kata-kata, maksudnya kata-kata itu diupayakan agar dapat mengarah
kepada arti yang menyeluruh (Jabrohim, dkk, 2003:41).
Dengan demikian, hubungannya dengan
pengimajian kata konkret merupakan sebab syarat atau sebab terjadinya
pengimajinasian. Waluyo (dalam Jabrohim, dkk, 2003:41) mengatakan bahwa kata
yang diperkonkretkan, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau
keadaan yang dilukiskan penyair.
Berdasarkan pengertian di atas
penggunaan kata konkret dipergunakan sebagai simbol dalam karya sastra puisi.
Kata konkret digunakan agar pembaca seolah-olah pembaca membayangkan secara
jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Simbol kata konkret
sebenarnya melambangkan perasaan yang ingin disampaikan oleh pengarang.
2.2.2.2.1.4
Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif disebut pula majas atau bahasa
kiasan adalah bahasa yang digunakan untuk mengatakan sesuatu yang tidak dapat
mengungkapkan makna secara langsung (Waluyo 1991:83). Bahasa figuratif
oleh Waluyo disebut pula sebagai majas. Bahasa figuratif dapat membuat puisi
menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Pada kamus istilah sastra, Panuti Sujiman
menyebutkan; kiasan adalah majas yang mengandung perbandingan yang tersirat
sebagai pengganti kata atau ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau
kesejajaran makna diantaranya (Jabrohim, dkk, 2003:42).
Bahasa kiasan ada bermacam-macam
meskipun bermacam-macam mempunyai sesuatu hal (sifat) yang umum, yaitu
bahasa-bahasa kiasan tersebut mempertalikan sesuatu dengan cara
menghubungkannya dengan sesuatu yang lain, Altenbernd (dalam Pradopo, 1993:62).
Berdasarkan uraian di atas dapat
dikatakan bahwa pada umumnya bahasa figuratif dipakai untuk menghidupkan
lukisan untuk lebih mengkonkretkan dan lebih mengekspresikan perasaan yang
diungkapkan. Dengan demikian, pemakaian bahasa figuratif menyebabkan konsep-konsep abstrak terasa dekat
pada pembaca karena dalam bahasa figuratif
oleh penyair diciptakan kekonkretan, kedekatan, keakraban, dan
kesegaran.
2.2.2.2.1.5
Vertifikasi
Vertifikasi meliputi ritma, rima dan metrum. Ritma kata pungut
dari bahasa Inggris rhythm. Secara
umum ritma dikenal sebagai irama atau wirama, yakni pergantian turun naik,
panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur (Jabrohim, dkk,
2003:53).
Rima kata pungut dari bahasa Inggris rhyme, yakni pengulangan bunyi didalam
baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan
baris dan bait puisi. Adapun metrum adalah irama yang tetap, artinya
penggantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal yang disebabkan oleh (1)
jumlah suku kata yang tetap, (2) tekanan yang tetap, dan (3) alur suara menaik
dan menurun yang tetap (Jabrohim, dkk, 2003:53-54). Menurut Suharianto
(1982:55) rima adalah istilah lain untuk persajakan atau persamaan bunyi,
sedangkan irama, yang sering juga dikatakan ritme adalah tinggi rendah, panjang
pendek, keras lembut atau cepat dan lambatnya kata atau baris-baris suatu puisi
bila puisi itu dibaca.
Dari penjelasan di atas ritma, irama,
dan metrum mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu puisi. Aspek
tersebut berkaitan sekali dengan nada atau suasana puisi. Oleh karena itu,
puisi akan terlihat nyata dan lebih dapat menimbulkan kesan pada benak pembaca.
2.2.2.2.1.6
Tipografi
Jabrohim, dkk (2003:54) tipografi
merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan
prosa fiksi dan drama. Selain itu, merupakan pembeda yang sangat penting. Pada
prosa (baik fiksi maupun bukan) baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah
periodisitet namun, dalam puisi tidak demikian hal nya. Baris-baris dalam puisi
membentuk sebuah periodisitet yang disebut bait.
Baris-baris puisi itu diawali dari tepi
dan berakhir ditepi kanan. Tepi sebelah kiri maupun kanan sebuah baris puisi
tidak harus dipenuhi oleh tulisan, tidak seperti halnya jika kita menulis
prosa. Atas dasar hal demikian itu maka muncul berbagai macam tipe atau bentuk
puisi (Jabrohim, dkk, 2003:55).
Berdasarkan uraian di atas tipografi
puisi selain bertujuan untuk menampilkan aspek artistik visual, juga untuk
menciptakan nuansa makna dan menunjukkan adanya loncatan gagasan serta
memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan
penyairnya (Aminuddin, 2009:146).
2.2.2.2.1.7
Sarana Retorika
Tiap-tiap pengarang mempunyai gaya
masing-masing. Hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing
pengarang. Gaya dapat dikatakan sebagai “cap” seorang pengarang. Jenis-jenis
bentuk atau pola gaya ini disebut sarana retorika (rhetorical devices) (Jabrohim, dkk, 2003:57).
Dengan demikian, kaitannya dengan puisi,
Altenbernd (dalam Jabrohim, dkk, 2003:57) menyatakan bahwa sarana retorika
merupakan sarana kepuitisan yang berupa siasat pikiran. Dengan siasat itu para penyair berusaha menarik perhatian, pikiran
sehingga pembaca berkontemplasi dan tersugesti atas apa yang dikemukakan
penyair. Pada umumnya sarana retorika menimbulkan ketegangan puitis, karena
pembaca harus memikirkan efek apa yang ditimbulkan dan dimaksudkan oleh
penyairnya.
2.2.2.2.2 Stuktur
Batin Puisi
Menurut Waluyo struktur batin mencakup
tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat.
Keempat unsur itu menyatu dalam ujud penyampaian bahasa penyair (Jabrohim dkk,
2003:65).
2.2.2.2.2.1
Tema
Menurut Jabrohim, dkk (2003:65) tema
adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang. Sesuatu yang menjadi pikiran
tersebut dasar bagi puisi yang diciptakan oleh penyair. Sesuatu yang dipikirkan
itu dapat bermacam-macam, meliputi berbagai macam permasalahan hidup.
Permasalahan itu oleh penyair disusun dengan baik dan ditambah dengan ide,
gagasan, cita-cita, atau pendirian penyair.
Menurut Waluyo (2003:17) tema adalah gagasan pokok (subject matter) yang dikemukakan oleh
penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Pembaca sedikit banyak
harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi
tersebut. Oleh karena itu, tema bersifat khusus (diacu dari penyair), objektif
(semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas (bukan makna kias yang
diambil dari konotasinya).
Berdasarkan penjelasan di atas tema
merupakan sesuatu hal yang dipikirkan oleh penyair yang ingin dituangkan lewat
tulisannya. Selain yang dipikirkan oleh penyair, tema juga terbayang pandangan
hidup penyair atau bagaimana penyair melihat permasalahan yang dipikirkannya
itu. Tema merupakan gagasan dalam sebuah puisi.
2.2.2.2.2.2
Nada dan Suasana
Menurut Jabrohim, dkk (2003:66) nada
adalah sikap penyair kepada pembaca. Dalam menulis puisi, penyair bisa menjadi
bersikap menggurui, menasihati, menghina, menyindir atau bisa jadi pula ia
bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Bahkan, ada pula
penyair yang hanya bersikap main-main saja seperti banyak dijumpai pada
puisi-puisi mbeling.
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca
setelah membaca puisi. Ini berarti sebuah puisi akan membwa akibat psikologis
pada pembacanya. Akibat psikologis ini terjadi karena nada yang dituangkan
penyair dalam puisi (Jabrohim, dkk, 2003:66-67).
2.2.2.2.2.3
Perasaan
Waluyo (2003:39-40) puisi mengungkapkan
perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat kita tanggkap kalau
puisi itu dibaca keras dalam poetry
reading atau deklamasi. Perasaan yang menjiwai puisi bisa perasaan gembira,
sedih, terharu, terasing, tersinggung, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal.
2.2.2.2.2.4
Amanat
Menurut Jabrohim, dkk (2003:67) amanat
atau tujuan adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.
Waluyo mengatakan bahwa amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan
juga berada dibalik tema yang diungkapkan amanat yang hendak disampaikan oleh
penyair namun, lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan.
Amanat, pesan, atau nasihat merupakan
kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri
oleh pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat
puisi (Waluyo, 2003:40).
2.2.2.3 Jenis-jenis puisi
Suharianto (1982:59-64) menyebutkan
puisi dibagi menjadi empat macam yaitu puisi diafan, puisi prismatis, puisi
kontemporer dan puisi mbeling. Puisi diafan sering disebut puisi transparan,
artinya jernih atau bening. Puisi diafan atau trasparan ialah puisi yang mudah
dilihat, artinya mudah dipahami isinya karena hampir semua kata-katanya sangat
terbuka, tidak banyak memanfaatkan lambang-lambang atau kiasan-kiasan.
Puisi prismatis ialah jenis puisi yang
menggunakan bahasa kiasan atau simbolik. Kata-kata
dalam jenis puisi ini sering mempunyai kemungkinan makna lebih dari satu selain itu
,dalam puisi prismatis bermakna konotatif dan makna yang tersirat tidak sama
dengan makna yang tersurat.
Puisi kontemporer merupakan golongan
puisi prismatis. Perbedaannya puisi prismatis masih bertolak dan mengandalkan
kata sebagai penyampaian maksud penyairnya, sedangkan puisi jenis ini tidak
terikat oleh makna pada umumnya melainkan dibiarkan bebas menciptakan kesan
sesuai dengan yang dirasakan oleh pembacanya. Dengan demikian, yang ingin
dicapai dalam puisi kontemporer ialah terciptanya komunikasi estetik dan bukan
komunikasi pemahaman seperti umumnya puisi-puisi yang masih mempercayai kata
sebagai alat menyampaikan ide atau gagasan.
Puisi mbeling ialah bentuk-bentuk puisi
yang tidak mengikuti aturan. Maksud dari aturan puisi ialah ketentuan-ketentuan
yang umumnya berlaku dalam penciptaan suatu
puisi. Dasar puisi mbeling adalah
main-main. Kata-kata dipermaikan, demikian juga masalah-masalah yang menjadi
objek pengamatannya.
2.2.3
Metode Menulis
Pengalaman di sini dan saat ini
Metode menulis pengalaman di sini
dan saat ini adalah sebuah metode pembelajaran yang dapat membantu peserta
didik dalam merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah mereka alami secara
langsung. Menurut Silberman, metode menulis pengalaman di sini dan saat ini
(writing in the here and now) adalah sebuah cara dramatis untuk
meningkatkan perenungan secara mandiri dengan meminta siswa menuliskan laporan
tindakan kala ini (present tense) tentang sebuah pengalaman
yang mereka miliki seakan itu terjadi “di sini” dan “sekarang”. Aktivitas ini
memungkinkan siswa untuk memikirkan pengalaman yang mereka miliki.
2.2.3.1 Langkah-langkah
dan Variasi Metode Menulis Pengalaman di sini dan saat ini
Silberman menggambarkan langkah-langkah
metode menulis pengalaman di sini dan saat ini sebagai berikut.
1.
Guru memilih jenis pengalaman yang diinginkan
untuk ditulis oleh siswa, bisa berupa peristiwa masa lampau atau yang akan
datang. Diantara contoh yang dapat diangkat adalah problem baru, peristiwa keluarga,
hari pertama menjalani pekerjaan baru, presentasi, situasi belajar, dan
pengalaman dengan seorang teman.
2.
Guru
menginformasikan kepada peserta didik tentang pengalaman yang telah dipilih
untuk tujuan penulisan reflektif. Guru memberitahu mereka bahwa cara yang
berharga untuk merefleksikan pengalaman adalah dengan menghidupkannya kembali
untuk pertama kali disini dan saat ini. Cara ini akan menimbulkan dampak yang
lebih jelas dan lebih dramatis.
3.
Siswa
menyediakan kertas putih untuk menulis dan menciptakan privasi dan suasana
hening.
4.
Guru
memerintahkan siswa untuk menulis saat ini, tentang pengalaman yang telah
dipilih. Perintahkan mereka untuk memulai awal pengalaman dan menulis apa yang
sedang mereka lakukan dan rasakan. Guru menyuruh peserta didik untuk menulis
sebanyak mungkin yang mereka inginkan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi
dan perasaan-perasaan yang dihasilkannya.
5.
Guru
memberikan waktu yang cukup untuk menulis. Jangan sampai siswa merasa
terburu-buru. Bila sudah selesai, guru mengajak mereka untuk membacakan hasil
refleksinya.
6.
Guru
dan siswa mendiskusikan hasil refleksi dan tindakan-tindakan baru yang mungkin
dilakukan dimasa yang akan datang.
Variasi metode menulis pengalaman di sini dan saat ini
sebagai berikut.
1.
Untuk membantu siswa bersemangat
dalam menulis reflektif, pertama, lakukanlah latihan khayalan mental atau
adakan diskusi kelompok yang relevan dengan topik yang anda tugaskan.
2.
Perintahkan
siswa untuk saling bercerita tentang apa yang telah mereka tulis. Salah satu
alternatifnya adalah dengan menndorong siswa untuk membacakan karya mereka yang
sudah selesai. Alternatif yang kedua adalah dengan meminta pasangan untuk
saling bercerita tentang apa yang mereka tulis.
2.2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Menulis Pengalaman di sini dan saat ini
Kelebihan metode menulis pengalaman di sini dan saat ini
sebagai berikut.
1.
Melatih
dan mempertajam daya imajinasi siswa.
2.
Meningkatkan
kreatifitas siswa.
3.
Meningkatkan
semangat dan kemampuan siswa alam menulis.
4.
Meningkatkan
pemahaman siswa terhadap pesan inti materi pelajaran.
5.
Menghubungkan
materi pelajaran dengan realitas kehidupan.
Kekurangan metode menulis pengalaman di sini dan saat ini
sebagai berikut.
1.
Kesulitan
bagi sebagian siswa yang merasa tidak mempunyai pengalaman yang terkait dengan
materi pelajaran, juga bagi siswa yang memiliki kecerdasan linguistik rendah.
2.
Penggunaan
waktu dalam kegiatan pembelajaran kurang efisien. Sebab, terkadang siswa banyak
mengulur dan menunda pekerjaannya. Apalagi jika siswa belum terbiasa menulis
dan menuangkan gagasan. Tentu saja hal ini membutuhkan waktu yang tidak
sebentar.
3.
Pendalaman
dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran berkurang. Hal ini terjadi
karena fokus yang ingin dibidik oleh
metode menulis pengalaman di sini dan saat ini adalah pengalaman
siswa dalam mengamalkan materi pelajaran, bukan materi pelajaran itu sendiri.
2.2.3.3 Pembelajaran Puisi dengan Metode Menulis Pengalaman di sini dan saat ini
Pembelajaran sebagai proses belajar yang
dibangun oleh guru untuk megembangkan kreativitas berpikir yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik
terhadap materi pembelajaran. Menulis
puisi merupakan kegiatan untuk melahirkan dan mengungkapkan perasaan, ide,
gagasan dalam bentuk tertulis dengan memperhatikan diksi (pilihan kata), bentuk
dan bunyi serta ditata secara cermat sehingga mengandung makna khusus sesuai
dengan kondisi diri penulis dan lingkungan sosial yang ada disekitarnya.
Pembelajaran
menulis puisi dalam penelitian ini menggunakan metode menulis pengalaman di sini
dan saat ini. Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode menulis
pengalaman di sini dan saat ini pada pembelajaran menulis puisi sebagai berikut.
1.
Guru
memilih tema yang sesuai dengan materi pembelajaran menulis puisi yaitu
peneliti mengambil tema “keindahan alam”.
2.
Mendeskripsikan
jenis pengalaman yang terkait dengan tema “keindahan alam” yang akan ditulis
oleh siswa. Tentu ada banyak sekali pengalaman yang terkait dengan tema
“Keindahan alam”. Misalnya keindahan alam pedesaan, pegunungan, laut, air
terjun, dsb.
3.
Memberikan
waktu dan kesempatan kepada siswa untuk mulai menulis tentang pengalaman yang telah
dipilihnya. Sebaiknya siswa diberi waktu yang cukup agar mereka bisa bebas dan
tenang dalam menuangkan pengalamannya di atas kertas.
4.
Guru
menyuruh peserta didik untuk menulis sebanyak mungkin yang mereka inginkan
tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dan perasaan-perasaan yang
dihasilkannya kedalam bentuk puisi. Siswa juga diberi kesempatan untuk menulis
dimana saja, tidak hanya didalam kelas. Hal yang terpenting adalah privacy
dan kenyamanan siswa terjamin.
5.
Setelah
siswa selesai menuliskan pengalamannya kedalam bentuk puisi, selanjutnya guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membacakan tulisannya secara
bergiliran. Untuk mengefesienkan waktu,
hanya diambil beberapa sampel siswa, tidak usah seluruhnya.
6.
Kegiatan
selanjutnya adalah mendiskusikan hasil refleksi mereka dan merumuskan beberapa
tindakan atau rekomendasi yang bisa mereka lakukan dimasa depan.
7.
Guru
menyimpulkan hasil diskusi dan merumuskan pesan dari pembelajaran menulis puisi
dengan tema “keindahan alam”.
Menurut Hidayat metode pembelajaran
terbaik adalah menyampaikan materi kepada siswa dengan melibatkan emosinya. Kondisi
emosi siswa yang bersemangat pada saat menerima informasi dari proses belajar
menyebabkan pengalaman pembelajaran tersebut diserap oleh otak dan masuk ke
dalam memori jangka panjang sehingga menjadi pengalaman yang tak terlupakan
seumur hidup. Pada menulis pengalaman di sini dan
saat ini
merupakan
salah satu upaya melibatkan emosi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.