• Pages

      Monday, January 2, 2017

      Cerita Anak-anak




      Anak-anak hidup dalam masa perkembangan, baik fisik maupun mental. Orang tua dan guru wajib membimbing perkembangan anak-anak ke arah yang positif agar kelak mereka menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna dalam kehidupan. Salah satu sarana untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan sastra yang disajikan dalam bentuk cerita yang sesuai dengan perkembangan anak-anak. Cerita anak-anak diciptakan pengarang bukan sekedar ingin menyampaikan sebuah cerita, melainkan juga untuk menyampaikan nasihat-nasihat atau nilai-nilai pendidikan yang berguna bagi proses perkembangan pendidikan anak-anak.
      1)        Hakikat Cerita Anak-anak
      Anak-anak mengalami perkembangan kejiwaan dari aneka pengaruh, salah satunya adalah cerita anak-anak. Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri. Berkaitan dengan fungsi sastra sebagai alat pendidikan seperti halnya yang terdapat pada cerita anak-anak Horate dalam Wellek dan Warren berpendapat fungsi karya sastra itu menghibur dan memberikan kegembiraan (dalam Budianta 1996: 25). Cerita yang baik akan menyenangkan bagi anak-anak maupun orang dewasa. Cerita adalah salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau didengar oleh orang yang tidak bisa membacanya (Majid 2001: 8). Cerita bagi anak-anak sungguh berarti. Selain sebagai bacaan penghibur, ada sisi lain yang bermanfaat baginya ialah sebagai pengasah rasa simpati pada perbuatan baik dalam jiwanya (Sugihastuti 1995: 37).
      Tarigan (1994: 5) berpendapat bahwa anak-anak adalah cerita yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak masa kini, yang dapat dilihat dan dipahami melalui mata anak-anak.
      Menurut Sugihastuti (1996: 70), cerita anak-anak adalah media seni, yang mempunyai ciri-ciri tersendiri sesuai dengan selera penikmatnya. Tidak seorang pengarang cerita anak-anak pun yang sanggup berkarya dengan mengabaikan dunia anak-anak. Dunia anak-anak tidak dapat diremehkan dalam proses kreatifnya. Bahasa cerita anak-anak merupakan wujud dari sebuah proses dialektik yang bertolak dari idiom dunia yang berpikirnya dalam usaha dan perjalananya menjadi orang dewasa. Pada ciri-ciri ini, bahasa anak mengalami perkembangan tersendiri. Pengarang cerita anak, mau tidak mau menciptakan karya mereka dalam semangat bahasa anak-anak. Tanpa pengetahuan yang memadai akan rasa bahasa anak-anak dalam menciptakan karyanya, pengarang cerita anak-anak akan gagal. Hal tersebut senada dengan pendapat Majid (2001: 26) mengatakan para pengarang cerita anak hendaknya memilih kata-kata yang mudah diucapkan dan dipahami oleh anak-anak.
      Dari pengertian itu dapat dikatakan bahwa cerita anak-anak adalah suatu karangan untuk anak berusia dua sampai duabelas tahun yang berkisah tentang terjadinya suatu peristiwa, kejadian dan sebagainya, dan menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang yang dapat dilihat dan dipahami melalui mata anak dan bahasa yang digunakan dalam cerita anak-anak harus disesuaikan dengan perkembangan jiwa dan kognitif anak.
      2)        Jenis Cerita Anak-anak
      Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010: 216-303), Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri. Sedangkan jenis cerita anak-anak adalah:
      a.     Cerita-cerita Fiktif
      Di dalamnya termasuk dongeng umum, Fable, Sage, Legenda, dan Mitos. Cerita semacam Hikayat Panca Tandean, Cerita 1001 Malam, Ali Baba, Aladin, Sinbad Si Pelaut, cerita-cerita anak dan cerita wayang, dapat digolongkan dalam klasifikasi ini. Walaupun jalan ceritanya adalah hasil khayalan semata-mata, tetapi unsur-unsur dalam ceritanya adalah bahan baku yang nyata.
      b.    Cerita-cerita Nonfiktif
      Cerita-cerita ini tidak mengandung unsur khayalan, dan penuh rekayasa/ imajinasi. Pada cerita-cerita ini anak-anak dibawa ke alam dunia nyata.
      c.     Cerita-cerita Informatif
      Dari istilahnya saja kita dapat menarik kesimpulan bahwa cerita semacam ini mengandung informasi atau unsur penerangan. Pihak pembaca bukan saja bisa menikmati sebuah jalan cerita menarik atau mengasyikan, melainkan juga dapat menarik pelajaran praktis dari dalamnya.

      DAFTAR PUSTAKA
      Budianta. 1996. Petunjuk Praktis Mengarang Cerita Anak-Anak. Jakara: Balai Pustaka.
      Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
      Majid, Abdul Aziz Abdul. 2001. Mendidik Anak Dengan Cerita. Jakarta: Remaja RosdaKarya.
      Sugihastuti. 1995. Serba Serbi Anak. Yogyakarta: Putaka Belajar.

      Subscribe To RSS

      Sign up to receive latest news