4:52 AM
Unknown
No comments
Kajian CERPEN Anak Media Cetak
PENDAHULUAN
Cerpen merupakan media pembelajaran dalam sastra
Indonesia, selain puisi, novel, maupun drama. Cerpen merupakan sebuah
sarana untuk menyalurkan bakat seseorang dalam bentuk cerita yang
dikemas dalam sebuah wacana yang mudah untuk dipahami dan lebih
sederhana. Cerpen juga merupakan salah satu karya sastra yang bayak
digemari oleh masyarakat, Salah satunya cerpen mengenai anak-anak
atau cerpen yang memuat semua hal yang berkaitan dengan dunia
anak-anak. Dalam hal ini, minat atau antusiasme
masyarakat dengan adanya cerpen, hal
ini terbukti dengan banyaknya cerpen-cerpen yang terbit di media
surat kabar, majalah, maupun kumpulan cerpen. Sehingga dengan mudah
ditemukan dari semua kalangan, Terutama oleh anak-anak, seperti
adanya majalah Bobo, Si Dul, semakin menambah keinginan anak-anak
untuk menciptakan suatu karya.
Segala hal yang berkaitan dengan cerpen, mulai
dari kepengarangan, tata bahasa, penyusunan kalimat, dan lain-lain,
akan dikaji secara mendalam. Hal ini merupakan pelatihan untuk
mengkritik karya sastra, terutama karya sastra yang berhubungan
dengan anak-anak. Dengan mengadakan pengkajian secara mendalam
melalui media cerpen anak, maka akan dapat ditemukan sebuah
kesimpulan yang memuaskan. Kesimpulan tersebut mengacu pada layak
atau tidaknya sebuah karya disebut sebagai karya sastra anak ataupun
cerpen anak-anak.
Cerpen yang akan dikaji adalah cerpen-cerpen yang
terdapat pada majalah anak “Si Dul”, yang terbit pada tahun 2006.
Cerpen-cerpen tersebut antara lain, Mengungkap
Jaringan Sindikat Pengemis, Mutiyah,Gadis Pemberani Penakhluk
Perampok, Tipuan Tukang Sihir Gadungan, Sepatu Beda sebelah, dan Buah
Kebaikan Tukang Sepatu. Cerpen tersebut
merupakan hasil karya dari beberapa pengarang, jika dilihat dari
penyusunan kalimatnya pengarang tersebut adalah orang dewasa.
Hal ini terdapat dalam kutipan dari cerpen “Tipuan Tukang Sihir
Gadungan” berikut, “betapa canggih sapu terbang itu.
Pesawat supersonik saja, yang melebihi kekuatan suara, tak sampai
tiga ratus ribu kilometer per detik”. Dari kutipan
tersebut menjelaskan tentang betapa besar pengetahuan pengarang
untuk mampu menggambarkanya, dalam hal ini anak-anak pun tidak
mungkin untuk menuliskan hal semacam itu dalam pembuatan cerpennya.
MENGUNGKAP JARINGAN SINDIKAT
PENGEMIS
Si
Dul seorang anak SMP yang dapat mengungkap jaringan uang palsu,
mendapat tugas dari kepala detektif Swasta, yaitu Prof Teddy
Suryatmaja. Untuk menyelidiki sindikat pengemis yang beredar di kota.
Dalam penyelidikan Si Dul dibantu oleh Bamby, seorang anak yang gemuk
dan suka makan permen. Saat tiba dilokasi pengintaian Si Dul dibuat
kaget oleh Bamby, karena apa yang dibicarakan Bamby benar. Dan Si Dul
mengakui kepandaian si Bamby dengan bicara dalam batin.
Kajian cerpen
tersebut terdapat unsur-unsur intrinsik yang meliputi :
- Tema
Cerpen
tersebut mengangkat tema “Keberanian”, Yaitu mengenai keberanian
seorang anak SMP dalam mengungkap suatu masalah yang terjadi
dimasyarakat, dimana seorang anak SMP tersebut mampu mengungkap
masalah sindikat uang palsu yang terjadi dalam masyarakat.
- Tokoh
Dalam
cerpen ini terdapat tiga tokoh yang berperan, seperti Si Dul seorang
anak yang rendah diri, merasa tidak percaya, dan menjadi
penasaran. Tokoh yang kedua Prof Teddy Suryatmaja yang merasa
takjub. Tokoh yang ketiga Bamby, seorang anak yang Ramah,
watak tokoh tersebut dapat dilihat dari kutipan kalimat berikut.
“Ah
Biasa saja, itu Cuma kebetulan”, kutipan tersebut menjelaskan
tentang rendah diri,
“bagaimana mungkin seorang seorang bertubuh tambun,
berotak jenius”, kutipan tersebut menjelaskan tentang
perasaan tidak percaya,
“bener
nggak apa yang dikatan Bamby”.kutipan tersebut mejelaskan
tentang rasa penasaran Si Dul. “Aku tertarik dengan pemberitaan
wartawan seputar reputasimu, masih muda, jenius”. Kutipan
tersebut menjelaskan tentang perasaan takjub Prof Teddy Suryatmaja.
“Hai,
Bamby melambaikan tangan seperti manja”, kutipan tersebut
menjelaskan tentang keramahan Bamby.
- Sudut Pandang
Sudut
pandang yang digunakan oleh pengarang dalam cerpen tersebut adalah
sudut pandang orang ketiga baik dalam cerita maupun diluar
cerita seperti penggunaan kata dia dan –nya, seperti pada
kutipan berikut ”Jangan lihat dari fisiknya, jelek-jelek dia
seorang penyelidik yang cekatan dan encer otaknya”, dan
menyebutkan nama tokoh secara langsung “Proesor Teddy menyeruput
kopi didepanya”.
- Latar
Cerpen
tersebut terjadi dibeberapa tempat seperti, di Truk Kontainer, Kios,
dan Lampu Merah. Hal ini dapat dibuktikan melalui kalimat berikut.
“seorang
Kepala Detektif Swasta mengundangnya disebuah truk kontainer yang
disulap menjadi ruangan”, kutipan tersebut menjelaskan
tentang tempat atau suasana di truk container.
“Dari
balik kios tukang Koran, Si Dul pura-pura baca Koran”, kutipan
tersebut menjelaskan tentang suasana diKios.
“Disudut
lampu merah, seorang pengemis laki-laki tampak menengadah”. kutipan
tersebut menjelaskan tentang suasana di lampu merah.
e.
ALUR
Dalam
cerpen tersebut pengarang menggunakan alur maju, yaitu dengan
menceritakan jalannya cerita secara runtut dan jelas, mulai dari awal
cerita sampai akhir cerita. Pemeran menjalani serangkaian kegiatan
secara teratur atau runtut seperti perbincangan antara Si Dul, Prof
Teddy Suryatmaja, Bamby dari dalam truk, hinggá akhirnya Si Dul dan
Bamby Turun ke jalan raya untuk bertugas.
- Gaya cerita
Gaya
cerita yang digunakan dalam cerpen tersebut
adalah klimaks
yakni permasalahan yang dihadapi oleh pemeran atau tokoh semakin
memuncak dan tidak mengalami suatu happy
ending atau sebuah
penyelesaian yang bahagia
pada akhir ceritanya. Hal ini
Dikarenakan cerpen ini bersambung.
- Amanat
Amanat
atau pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui cerpen
tersebut mengenai keberanian anak-anak agar mau dan mampu melihat
seseorang itu tidak hanya dari bentuk fisiknya saja melaikan dari
sisi yang lainya, mungkin dari cara berpikirnya, sikapnya dan mungkin
dari hatinya.
Cerpen
“Mengungkap Jaringan Sindikat Pengemis” ini, kurang pantas
dibaca oleh anak-anak karena menggunakan kata-kata yang sulit
dipahami, Seperti penggunaan bahasa inggris “Raptors
Watch Institute” yang belum begitu di
mengerti oleh anak-anak. Sehingga Cerpen tersebut tidak layak untuk
dinikmati oleh anak-anak, karena dalam penyusunan kalimatnya cerpen
tersebut cenderung mengarah ke
pembaca remaja atau dewasa dan
tidak mengarah keanak-anak, sehingga cerpen ini pantas jika di baca
oleh anak SMP, SMA atau
orang dewasa.
Mutiyah, Gadis Cilik Pemberani Penakhluk Perampok
Mutiyah
seorang anak yang rajin, Suatu malam dia mengerjakan PR hingga malam
dan Ibunya mengingatkan untuk diselesaikan dan istirahat. PR
yang belum terselesaikan tadi terbawa dalam mimpinya, Ia pun
terbangun, saat bersiap tidur kembali Mutiyah mendengar suara pintu
dicongkel. Ia mengintip dari lubang kunci kamarnya, ternyata ada
orang masuk rumah dengan mencongkel pintu. Mutiyah memberanikan diri
keluar lewat jendela dan berlari kerumah Pak RT, sesampainya rumah
Pak RT Mutiyah berteriak, Rampook. Seketika warga berkumpul dan
menuju rumah Mutiyah. Warga dapat menangkap 2 perampok. Esok harinya
polisi datang dan mengucapkan terima kasih kepada Mutiyah, karena
keberaniannya 2 perampok yang dicari-cari polisi dapat tertangkap.
Kajian cerpen
tersebut terdapat unsur-unsur intrinsik yang meliputi :
- Tema
Dalam
cerpen ini tema yang ingin diangkat yaitu
“Keberanian”. Yakni keberanian seorang anak Perempuan untuk
keluar rumah ditengah malam untuk mencari bantuan dengan cara berlari
kerumah Pak RT dan memberitahu kepada warga disekitar rumahnya, bahwa
di rumahnya ada perampok.
- Tokoh penokohan
Beberaa
tokoh yang terdapat dalam cerpen ini yaitu: Mutiyah,
seorang anak perempuan yang rajin belajar,
ketakutan,
dan
pemberani.
Ibu menasihati.
Pak RT dan Warga
yang merasa penasaran.
watak para tokoh tersebut dapat dilihat dari kutipan kalimat berikut.
“Mutiyah
mengerjakan PR dan belajar untuk pelajaran esok hari”,
kutipan tersebut menjelaskan tentang sikap Mutiyah yang rajin
belajar“
“Hati
Mutiyah makin berdetak keras” kutipan
tersebut menjelaskan tentang rasa ketakutan Mutiyah.
“Tiyah
sudah dulu belajarnya, besok kamu harus bangun pagi untuk subuhan"
kutipan tersebut menjelaskan tentang
nasihat Ibu kepada Mutiyah
“Tiyah
ada apa? Mana rampoknya”,kutipan tersebut
menjelaskan tentang rasa penasaran warga.
- Sudut pandang
Sudut
pandang yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah sudut pandang
orang ketiga baik dalam cerita maupun diluar cerita seperti
penggunaan kata dia dan -nya dan menyebutkan nama tokoh
secara langsung. Hal ini dapat diketahui melalui kutipan
berikut
“iapun
terbangun, sadar dari mimpinya”, kutipan tersebut menjelaskan
tenang penggunaan sudut pandang oang orang ketiga.
“Tiyah
langsung melompat keatas tempat tidur”. Kutipan tersebut
menjelaskan tentang penggunaan nama tokoh secara langsung.
- Latar
Latar
atau tempat terjadinya cerita yang terdapat dalam cerpen tersebut
meliputi, kamar Mutiyah, rumah Mutiyah dan didepan rumah Pak RT.
“Ibu
mendatangi kamarnya dan mengingatkan agar diselesaikan”,
kutipan tersebut menjelaskan tentang suasana di kamar Mutiyah.
“beberapa
orang masuk melalui pintu rumahnya yang sudah terbuka karena
dicongkel oleh para perampok”.
Kutipan tersebut menggambarkan suasana di rumah Mutiyah.
”Setelah
sampai di depan rumah Pak RT, Mutiyah
berteriak”. Kutipan tersebut
menjelaskan tentang suasana didepan rumah Pak RT
- Alur
Alur
atau jalanya cerita yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah alur
maju dimana pengarang menceritakan secara runtut dan jelas, mulai
dari awal cerita sampai akhir cerita, seperti Mutiyah mengerjakan PR
sampai larut malam dan ditengah malam ada perampok memasuki rumahnya
hingga keesokan harinya Polisi datang kerumah Tiyah dan mengucapkan
terima kasih.
- Gaya cerita
Gaya
cerita yang digunakan cerpen tersebut adalah
anti klimaks yakni permasalahan yang
dihadapi oleh para tokoh semakin mereda atau menurun dan mengalami
suatu happy ending yaitu
sebuah
penyelesaian cerita yang berakhir
bahagia yang dialami oleh para tokoh
dari semua masalah-masalah yang
dihadapai.
- Amanat
Amanat
yang ingin disampaikan kepada pembaca
melalui cerpen tersebut yaitu mengenai Keberanian, yaitu menumbuhkan
keberanian bagi anak-anak agar tidak merasa takut dalam menghadapi
masalah-masalah yang sering muncul dan begitu berat untuk
memecahkanya, karena semua masalah pasti akan ada jalan keluar untuk
menyelesaikannya.
Cerpen
“Mutiyah, Gadis Cilik Pemberani Penakhluk Perampok” ini, cukup
baik Jika dilihat dari segi manapun. Sehingga cerpen ini layak untuk
dinikmati oleh anak-anak maupun orang dewasa, karena dalam cerpen
tersebut mengandung pesan moral yang luar biasa untuk ditiru maupun
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cerpen ini lebih cenderung
ditujukan untuk anak-anak, karena cukup baik untuk membangun pribadi
pada diri anak, yakni untuk berani menghadapi semua masalah yang
muncul dalam kehidupan seharí-hari.
Tipuan Tukang Sihir Gadungan
Suatu
hari ada nenek sihir yang hidup dikampung,
dengan memakai pakaian serba hitam ia berdalih mampu mengobati
orang sakit dengan kedipan mata. Dengan penasaran
aku dengan teman-temanku menyusun rencana untuk mengetahui
kelemahanya dengan mengintip rumahnya. Kami berlima mengintip
rumahnya, ternyata ia sibuk menghitung uang hasil memperdayai orang
sekampung. masuklah seekor kucing hitam lalu dielus-elus nenek tua
itu. Tiba-tiba ada seekor tikus masuk tak hanya satu tapi lebih dari
sepuluh ekor. mengetahui hal itu sang kucing ketakutan, untuk
melindungi kucing kesayangannya nenek tua itu kabur. Setelah aku
memberitahu orang kampung tentang nenek penipu itu, mereka langsung
mengobrak-abrik rumahnya.
Dalam kajian cerpen tersebut terdapat unsur-unsur intrinsik yang
meliputi :
- Tema
Dalam
cerpen tersebut tema yang diangkat mengenai Keberanian dan
Kejelian. Yakni keberanian dan kejelian beberapa anak desa untuk
mengungkap penipuan yang dilakukan oleh seorang nenek tua yang
mengaku sebagai tukang sihir sakti, hingga akhirnya anak-anak itu
dapat mengungkap siapa sebenarnya nenek Sihir tersebut,
- Tokoh dan penokohan
Beberapa
tokoh yang terdapat dalam cerpen ini meliputi, Nenek Sihir yang
memiliki sifat Pembohong, Amir yang penasaran dan berusaha memimpin,
dan teman-teman yang menyusun rencana. Watak para tokoh tersebut
dapat diketahui dari kutipan berikut,
“dia
berkoar-koar sanggup mengobati orang dengan kedipan mata”.
Kutipan tersebut menjelaskan tentang sifat Nenek Sihir yang pembohong
“Aku
penasaran, ingin membuktikan kemampuanya”, kutipan tersebut
menjelaskan tentang sifat Amir yang merasa penasaran
“Aku
berisyarat melambaikan tangan agar mereka maju”. Kutipan
tersebut menjelaskan tentang sifat Amir yang memimpin
“ya,kita
pergoki dan kita cari tahu kelemahannya” kutipan tersebut
menjelaskan tentang sifat teman-teman Amir yang sedang menyusun
rencana
c. Sudut pandang
Sudut
pandang yang digunakan oleh pengarang dalam cerpen tersebut adalah
sudut pandang orang pertama dalam cerita, hal ini karena adanya
penggunaan kata aku, dan pengarang ikut berperan secara
langsung dalam cerita. Hal ini dapat diketahui dari kutipan berikut
ini,
“aku
berkumpul dengan teman-temanku”. kutipan tersebut menjelaskan
tentang penggunaan sudut pandang orang pertaama dalam cerita.
d. Latar
Latar
atau tempat terjadinya cerita dalam cerpen tersebut yakni, di tanah
lapang, dan dirumah Nenek Sihir, latar tersebut dapat diketahui dari
kutipan berikut ini,
“tiap
pagi ditanah lapang, dia berkoar-koar”, kutipan tersebut
menjelaskan suasana di tanah lapang.
“seekor
tikus sawah berlari, sikucing hitam mengejar”. Kutipan tersebut
menjelaskan suasana di rumah Nenek Sihir
e.
Alur
Alur
atau jalanya cerita dalam cerpen ini, menggunakan alur maju dimana
pengarang menceritakan secara runtut dan jelas, mulai dari awal
cerita sampai akhir cerita. Hal ini dapat diketahui dari
berkoar-koarnya nenek Sihir di pagi hari
hingga siang hari dan dimalam harinya
anak-anak mengintip rumah Nenek sihir untuk
mengetahui siapa sebenarnya
nenek sihir tersebut, dipagi harinya warga
mengobrak-abrik rumah penyihir karena Amir telah memberitahu
siapa sebenarnya Nenek itu.
- Gaya cerita
Gaya
cerita yang digunakan pengarang dalam cerpen tersebut, adalah
anti klimaks yakni permasalahan yang dihadapi oleh para tokoh
dalam cerita semakin menurun atau mereda, sehingga mengalami suatu
happy ending yaitu suatu penyelesaian akhir cerita yang
bahagia oleh para tokoh dari masalah-masalahnya.
e.
Amanat
Amanat
atau pesan yang ingin disampaikan melalui cerpen ini mengenai suatu
“Kebohongan”. Sepandai-pandainya orang berbohong maka suatu saat
kebohongan tersebut akan diketahui oleh orang lain juga. Seperti
kebohongan yang dilakukan seorang Nenek Tua dalam cerita tersebut
yang mengaku sebagai penyihir yang sakti.
Dalam
cerpen “Tipuan Tukang Sihir Gadungan” ini, kurang pantas jika
dibaca oleh anak-anak. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan kata,
penyusunan kalimat, dan penggunaan suatu teknologi yang mungkin tidak
dapat dimengerti oleh anak-anak, seperti “pesawat supersonik”.
Selain itu penggunaan kata berkonotasi juga membuat anak-anak semakin
tidak paham apa maksud dari kata tersebut seperti“berkoar-koar.
Sehingga anak-anak akan merasa bingung jika membaca cerita
tersebut. Dan jika dilihat dari pemilihan kata serta penggunaan kata
berkonotasi, cerpen ini lebih ditujukan untuk anak yang duduk
disekolah SMP, SMA ataupun orang dewasa.
Sepatu Beda Sebelah
Banu
dan Agim adalah penyemir sepatu yang setiap pagi menyusuri stasiun.
Pada lebaran kali ini, Banu memecah celengannya
karena ingin membeli sepatu model terbaru, dengan uang recehan Banu
dan Agim pergi ketoko. Penjaga toko melihat mereka dengan jijik
karena pakaiannya yang kotor, dan melayani dengan seenaknya.
Sesampainya dirumah Banu mencoba sepatunya, ternyata besar sebelah.
Banu mencoba memakai sepatu itu dengan menyiasatinya, ternyata malah
membuat kakinya luka. Ia menyadari karena dengan sepatu itu, dia akan
memamerkanya pada anak-anak lainya. Akhirya Banu berpikir untuk
memberikan sepatu itu kepada orang yang kakinya buntung, karena
dirasa lebih bermanfaat.
Dalam kajian cerpen tersebut terdapat unsur-unsur intrinsik yang
meliputi :
- Tema
Dalam
cerpen tersebut tema yang diangkat yaitu
mengenai “Semangat dan Penyesalan”.
yaitu semangat bekerja keras dan menabung untuk dapat membeli sepatu
yang diinginkan, dan penyesalan yang mendalam dari tokoh karena
tujuannya membeli sepatu baru untuk memamerkan keteman-temannya yang
lain.
- Tokoh dan penokohan
Beberapa
tokoh yang terdapat dalam cerpen tersebut meliputi, Banu yang
memiliki sebuah keinginan hingga merasa putus asa, Agim bertanya
kepada banu, dan Penjual
sepatu yang merasa jijik melihat keduanya. Watak tokoh tersebut dapat
diketahui melalui kutipan berikut,
“aku
akan beli sepatu saja, di toko”,
kutipan tersebut menjelaskan tentang keinginan Banu.
“Lantas
bagiamana, pupus sudah keinginanku
memakai sepatu baru”, kutipan
tersebut menjelaskan tentang keputus asaan Banu.
“Benar
kamu ingin beli sepatu, tidak
baju”,kutipan tersebut menjelaskan
tentang pertanyaan Agim kepada Banu.
“Penampilan
yang kotor dan lusuh ,,,membuat
penjual merasa jiji,”, kutipan tersebut menjelaskan sifat penjual
yang jijik kepada banu dan Agim.
- Sudut pandang
Sudut
pandang yang digunakan oleh Pengarang dalam cerpen
tersebut adalah sudut pandang orang
ketiga
dalam cerita maupun diluar cerita, hal ini diperkuat dengan
penggunaan kata “ dia dan -nya,
seperti “Dia tak sabar untuk sampai di
rumah dan mencobanya”. dan
menyebutkan nama tokoh secara langsung, “Banu
dan Agim berjalan menyusuri etalase toko di pinggiran jalan raya”.
- Latar
Latar
atau tempat terjadinya suatu cerita dalam cerpen tersebut meliputi,
pinggir jalan, rumah, dan ditoko. latar tersebut dapat
diketahui dari kutipan berikut ini,
“Banu
dan Agim berjalan menyusuri etalase toko di pinggiran jalan raya”,
kutipan tersebut menjelaskan tentang
suasana di pinggir jalan.
“Pada
lebaran kali ini, Banu memecah celengannya”,
kutipan tersebut menjelaskan suasana di rumah Banu.
“Bu
beli sepatunya, yang itu”, kutipan
tersebut menjelaskan suasana ditoko.
- Alur
Alur
atau jalanya cerita yang digunakan dalam cerpen tersebut yaitu alur
maju, dimana pengarang menceritakan secara
runtut dan jelas, mulai dari awal cerita sampai akhir cerita. Ini
dapat diketahui dari kegiatan Banu dan Agim yang
menyemir sepatu, saat berjalan pulang Banu melihat
sepatu yang bagus sehingga ingin membelinya, saat ditoko
mereka bertemu pelayan yang seenaknya melayani
hingga sepatunya beda sebelah yang mereka pusing
untuk memberikan kepada sepatu tersebut.
- Gaya cerita
Gaya
cerita yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah
anti klimaks yakni permasalahan yang
dihadapi oleh para tokoh semakin mereda atau menurun dan mengalami
suatu “happy ending” yaitu
suatu penyelesaian
yang bahagia
pada akhir cerita tersebut.
- Amanat
Amanat
atau pesan yang ingin disampaikan melalui cerpen “Sepatu
Beda Sebelah “ yaitu jika mempunyai
keinginan untuk membeli atau mengingikan sesuatu janganlah diniatkan
untuk pamer pada orang lain, keinginan tersebut akan mengalami
menjadi sebuah masalah bagi yang menginginkanya.
Dalam
cerpen “Sepatu Beda Sebelah”
tersebut, cukup baik jika dikaji dari berbagai aspek, sehingga cerpen
ini pantas untuk dibaca anak-anak karena dalam cerpen tersebut
terdapat nilai moral atau nilai pembelajaran yang luar biasa untuk
ditiru oleh anak-anak. Jika dilihat dari penyusunan kalimatnya cerpen
ini pantas dibaca oleh anak-anak, sehingga mereka akan dapat dengan
mudah memahami, ataupun mengetahui jalannya cerita secara jelas.
Buah
Kebaikan Tukang Sepatu
Disebuah
negeri, hidup seorang pembuat sepatu, dengan selembar kulit yang
tersisa, ia membuat sepatu yang bagus sekali. Setelah
jadi sepatu itu dipasang dietalase rumahnya, hingga malam tak ada
yang mau membelinya. Saat turun hujan, pembuat sepatu berdoa, dan
seorang pengemis mengetok pintu untuk meminta makan. Pembuat sepatu
berterus terang bahwa tidak ada makanan dirumahnya. Dengan rasa iba
ia mempersilahkan pengemis itu untuk menginap dirumahnya. Pengemis
melihat sepasang sepatu yang indah dan memintanya, dengan rasa
kasihan maka sepatu itu diberikan. Keesokan harinya ia tidak
mendapati pengemis tersebut. Tak lama datang utusan dari kerajaan,
dan menanyakan keberadaan pembuat sepatu. Setelah dijelaskan,
akhirnya pembuat sepatu diajak ke istana, dan Dia hidup mewah
berkecukupan di Istana.
Dalam kajian cerpen
tersebut terdapat unsur-unsur intrinsik yang meliputi :
1. Tema
Dalam
cerpen tersebut tema yang diangkat mengenai “Keikhlasan”,
yaitu keikhlasan yang dilakukan oleh tukang pembuat sepatu untuk
membantu seorang pengemis yang kehujanan dan kelaparan, sementara
dirinya dalam kondisi yang serba kekurangan.
- Tokoh dan penokohan
Beberpa
tokoh yang terdapat dalam cerpen tersebut
meliputi, Pembuat sepatu yang merasa putus asa, berserah diri, merasa
kasihan dan juga baik hati. Dan seorang Pengemis yang meminta-minta,
watak tokoh tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
“Aku
sudah tidak bisa membuat sepatu lagi, karena uangku habis”, kutipan
tersebut menjelaskan tentang sikap Pembuat sepatu yang putus asa.
“Ya
Allah, jika ini ujianmu, semoga engkau
memberikan ketabahan kepadaku”, kutipan
tersebut menjelaskan tentang sikap pembuat sepatu yang berserah diri.
“kamu
bisa masuk dan menghangatkan badan”, kutipan
tersebut menjelaskan tentang sikap pembuat sepatu yang merasa
kasihan.
“ya
sudah, kalau kamu mau pakai saja sepatu itu”,
kutipan tersebut menjelaskan tentang kebaikan hati Pembuat sepatu.
“Maaf
Pak, berilah saya sedikit uang atau makanan untuk mengganjal perut”,
kutipan tersebut menjelaskan tentang pengemis yang meminta-minta.
- Sudut pandang
Sudut
pandang yang digunakan dalam cerpen tersebut yakni sudut pandang
orang ketiga
baik dalam cerita maupun diluar cerita, karena pengarang menggunakan
kata ganti orang ketiga karena adanya kata “dia
dan –nya”, seperti kutipan berikut
“Dia memasang sepatu tersebut di
etalase rumahnya” dan menyebutkan
nama tokoh secara langsung, seperti kutipan berikut “Sejak
itu Pembuat sepatu tinggal di istana selamanya”.
- Latar
Latar
atau tempat terjadinya cerita dalam cerpen tersebut meliputi, dirumah
Pembuat sepatu, latar tersebut dapat diketahui dari kutipan berikut.
“Kamu
boleh tidur disini. Oya, saya hanya punya air minum, langsung ambil
saja”, kutipan tersebut menjelaskan
tentang suasana dirumah pembuat sepatu.
- Alur
Dalam
cerpen tersebut Alur yang digunakan adalah
alur maju, dimana pengarang menceritakan
secara runtut dan jelas, mulai dari awal cerita sampai akhir cerita.
Hal ini terlihat
dari keseharian tukang sepatu yang membuat sepatu, hingga suatu malam
pengemis mengetuk pintu untuk minta makanan.
Tanpa disadari ternyata pengemis itu raja
yang menyamar dan Pembuat sepatu di
jemput utusan kerajaan untuk tinggal di Istana.
- Gaya cerita
Gaya
cerita yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah anti
klimaks yakni permasalahan yang
dihadapi oleh para pemeran semakin mereda atau menurun dan mengalami
suatu happy ending, yaitu
penyelesaian yang bahagia
pada akhir cerita.
- Amanat
Amanat
atau pesan yang ingin disampaikan melalui cerpen tersebut mengenai
Keikhlasan. Yaitu jika menolong orang dengan ikhlas dan tidak
mengharapkan suatu imbalan, maka suatu saat akan mendapatkan balasan
yang tidak dapat diduga dari yang Maha Kuasa.
Dalam cerpen “Buah Kebaikan Tukang Sepatu” tersebut cukup baik
jika dilihat dari berbagai aspek. Karena dalam cerpen tersebut
penyusunan kalimatnya begitu mudah untuk dipahami anak-anak, selain
itu dalam cerpen tersebut terdapat pula pesan moral yang sangat baik
untuk ditiru maupun diterapkan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.
Maka cerpen tersebut tepat jika ditujukan untuk anak-anak.
PERBANDINGAN ANTAR CERPEN
Cerpen yang diperoleh dari media cetak tersebut
yang akan dinilai ada lima, antara lain berjudul Mengungkap
Jaringan Sindikat Pengemis, Mutiyah,Gadis Pemberani Penakhluk
Perampok, Tipuan Tukang Sihir Gadungan, Sepatu Beda sebelah, dan Buah
Kebaikan Tukang Sepatu, kelima cerpen
tersebut merupakan cerpen yang ditujukan untuk anak-anak, walaupun
para penulisnya bukan dari kalangan anak-anak.
Dari kelima cerpen tersebut yang
paling menarik yaitu “Buah Kebaikan Tukang Sepatu”, karena
ditengah-tengah keadaan yang serba kekurangan “Pembuat Sepatu”
masih saja mau menolong seorang pengemis yang kelaparan dan basah
kuyup karena kehujanan, Walaupun “Pembuat Sepatu” tidak memilliki
uang atau makanan untuk dibagikan kepada Pengemis itu. Dengan
bijaksana “Pembuat Sepatu” menyuruh Pengemis itu untuk berteduh
dan menginap dirumahnya. Tak hanya itu, Si Pembuat Sepatu juga
merelakan sepatunya yang bagus dan mahal itu saat dipinta oleh Si
Pengemis. Tanpa disadari oleh Si Pembuat Sepatu ternyata Pengemis itu
adalah seorang Raja yang menyamar sebaga Pengemis, dan akhirnya
Pembuat Sepatu hidup serba kecukupan diistana.
Cerpen yang kurang
menarik adalah “Mengungkap Jaringan
Sindikat Pengemis”, karena dalam
cerpen tersebut terdapat kata atau bahasa asing yang tidak dapat
dimengerti oleh anak-anak, walaupun sudah ada penjelasannya. Selain
itu Pemeran yang menjadi Detektif Cilik berlagak layaknya derektif
dewasa, dan seperti seorang detektif beneran. Dari pemilihan bahasa
ataupun kata-katanya masih banyak menggunakan bahasa tingkat tinggi,
yaitu kata-kata yang tidak dimengerti oleh anak-anak dan kebanyakan
hanya dimengerti oleh remaja dan orang dewasa. Sehingga
membuat anak-anak merasa bingung saat membaca maupun memahami cerpen
tersebut.
Kelima Cerpen tersebut memang pantas disebut sebagai cerpen anak-anak
namun ada beberapa cerpen yang belum pantas untuk di tujukan kepada
anak-anak, karena sebagian besar pengarangnya bukan dari anak-anak,
melainkan dari orang dewasa yang sudah terbiasa menulis cerpen
anak-anak.
0 comments:
Post a Comment