• Pages

      Saturday, November 2, 2013

      KAJIAN PROSA FIKSI INDONESIA


      KAJIAN PROSA FIKSI INDONESIA
       Novel Jalan Tak Ada Ujung 
      Oleh : Kusnadi

      1. LATAR BELAKANG

      Novel merupakan salah satu dari jenis karya satra yang disukai masyarakat, karya sastra bentuk novel merupakan karya yang diminati selain cerpen, puisi, komik, ataupun dongeng. Sehingga masyarakat selalu menantikan kehadiran karya-karya selanjutnya, hal ini terjadi karena gaya dari penceritaan tiap novel selalu bervariasi, sehingga mampu membuat pembaca menjadi takjub saat membaca dan mengikuti jalannya cerita.
      Dalam novel “Jalan Tak Ada Ujung” ini, menceritakan tentang perjuangan seorang tokoh yang ikut berjuang membela kemerdekaan negara. Yaitu guru Isa, seorang guru yang terlibat kedalam sebuah gerakan kemerdekaan dan tokoh ”Hazil” tokoh begitu menginginkan revolusi untuk melawan penjajah yang seenaknya saja merebut kebebasan mereka sebagai warga negara Indonesia. Dalam terdapat berbagai unsur yang digambarkan secara detail oleh pengarang, sehingga terbentuklah alur cerita yang begitu kompleks, yang memiliki keterkaitan antara unsur- unsur yang begitu mendominasi jalannya cerita, yakni unsur psikologi, unsur ekonomi, unsur nasionalis, unsur sosial, unsur budaya, dan unsur percintaan, unsur trend, unsur ideologi. Alur cerita pada novel kali ini menggunakan alur maju, dikarenakan menyajikan penceritaan yang dimulai dari awal perjuangan dan tanpa menceritakan masa lalu (Flashback) tiap tokoh.
      Kehidupan Guru Isa selalu diusik oleh ketakutannya, yaitu tampak setiap saat dia mendengar tembakan senjhata pasukan serdadu Inggris menyerbu rakyat pribumiosa. Guru Isa hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan. Bahkan untuk makan sehari-hari saja, Istrinya “Fatimah” harus mencari hutangan beras untuk makan. Selain itu ditambah lagi dengan penyakit yang diderita Guru Isa yang tidak mampu memberikan kepuasan kebutuhan seksual kepada “Fatimah” isterinya. Keadaan tersebut tak menyurutkan kebersamaan hidup mereka walaupun timbul ketidakharmonisan dalam kehidupan mereka.
      Guru Isa memiliki sahabat yang sangat baik dan mahir memainkan biola. Dia bernama Hazil. Melihat kondisi buruk akibat penyerangan serdadu Inggris, hazil mengajak Guru Isa untuk ikut bergabung dalam sebuah organisasi pemberontakan. Atas ajakannya tersebut, Guru Isa menetujui walaupun dengan keadaan terpaksa. Tanpa disadari, semakin sering Hazil berkunjung ke rumahnya, bahkan setiap hari, tak menyurutkan perasaan saling mencintai antara Karena merasa tidak bisa dipuaskan secara batin oleh guru Isa, istrinya kemudian berselingkuh dengan teman guru Isa sendiri, Hazil. Guru Isa tahu akan hal itu, tetapi ia lebih memilih untuk diam.
      Kelebihan yang dimiliki oleh novel tersebut, Ceritanya benar-benar memberikan semangat untuk bela negara, menggambarkan pemaparan setiap tokoh tidak secara langsung tetapi begitu jelas perbedaan yang Nampak antar tokoh. Bagian yang paling menarik adalah keterikatan antara konflik yang satu dengan yang lainnya. Banyak terdapat konflik-konflik kecil akan tetapi semua konflik itu tetap merujuk pada tema novel tersebut, sehingga tidak membuat cerita itu kabur. Kekurangan yang dimiliki opleh novel tersebut, Pemilihan bahasanya yang sederhana, selain itu kalimatnya sulit untuk dipahami penyusunan kalimatnya. Yakni pembaca merasa kesulitan untuk memahami maksud yang terkandunga dalam kalimat maupun cerita tersebut.

      - Landasan Teori
      1. Analisis struktural merupakan hal yang harus dilakukan untuk memahami prosa (baik cerpen, novel atau roman) yaitu dengan memahami struktur fisik dan struktur batin yang terdapat di dalamnya. Sebelum melakukan analisis karya sastra dengan menggunakan pendekatan apapun, haruslah menggunakan pendekatan strukturalisme.
      Analisis struktural merupakan prioritas utama sebelum diterapkannya analisis yang lain. Tanpa analisis struktural tersebut, kebulatan makna yang dapat digali dari karya tersebut tidak dapat ditangkap. Makna unsur-unsur karya sastra hanya dapat ditangkap, dipahami sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu di dalam keseluruhan karya sastra.
      1. Stilistika adalah cabang ilmu lnguistik terapan yang mengarah kepada studi tentang gaya (style) atau kajian terhadap wujud pemakaian kebahasaan, khususnya yang terdapat dalam karya sastra. Sedangkan gaya (style) adalah suatu hal yang pada umumnya tidak lagi mengandung sifat kontroversial, menyaran pada pengertian cara penggunaan bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, dalam bentuk tertentu, dan untuk tujuan tertentu. Itulah sebabnya gaya (style) sangat tergantung pada konteks, bentuk, dan tujuan yang hendak dicapai, dan bertujuan untuk memperoleh efek artistik yang bermakna.
      2. Pendekatan pragmatik ini memiliki pengertian sebagai nilai guna atau manfaat untuk membantu menemukan suatu kesenangan estetik (keindahan), mendapatkan pendidikan, dan dapat menunjukkan rasa cinta terhadap Tanah Air Indonesia dengan wujud nasionalis.
      3. Pendekatan tekstual merupakan suatu pendekatan yang berusaha mengkaji aspek-aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra, maka karya sastra yang dijadikan sasaran kajian di sini adalah karya sastra yang mengembangkan kejiwaan tokoh-tokohnya, yakni karya sastra yang berupa cerkan (cerita rekaan). Semua masalah kejiwaan menyangkut tokoh dalam cerkan dapat dipandang sebagai masalah psikologi.
      Pola Struktur Karya Sastra


      1. PEMBAHASAN

      Unsur pembangun cerita dari novel ”Jalan Tak Ada Ujung” tersebut harus berawal dari pola struktur karya sastra. Dari pola tersebut akan dapat dianalisis dan ditemukan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Berikut Pola struktur yang dapat digambarkan.
      I II III IV V

      Pengenalan konflik klimaks antiklimak penyelesaian

      Unsur pembangun sebuah novel secara garis besar terbagai menjadi dua macam unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

      1. Unsur Intrinsik
      Unsur intrinsik adalah unsur pembangun karya sastra yang terdapat dalam cerita itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra tersebut telihat begitu hidup sebagai karya sastra. Unsur intrinsik yang terkandung dalam novel “Jalan Tak Ada Ujung” sebagai berikut:
      1. Tema :
      Tema yang terdapat dalam cerpen terrsebut yaitu mengangkat tentang masalah yang menyelimuti batinnya, yaitu mengenai rasa ketakutan yang begitu mendalam terhadap tentara serdadu, dan yang terutama mengenai penyakit yang diderita selama usia pernikannya. Intinya ”perasaan takut yang berlebihan dapat menusuk jiwa”.
      1. Alur
      Alur yang digunakan yaitu alur maju. Karena dalam novel tersebut dimulai dari pengenalan tokoh dan kemunculan tokoh guru Isa, dimana tokok ini digambarkan sebagai seorang penakut. Rasa penakut tersebut telah lama menjangkitnya, sehingga mengakibatkan Guru Isa menjadi mudah takut dan cemas jika melihat tentara serdaduselain itu ia juga tidak mampu dalam melayani kebutuhan biologis isterinya. Sehingga isterinya berselingkuh dengan teman karibnya.
      1. Latar atau Setting pada novel tersebut sangat jelas menggambarkan bagaimana keadaan paska kemerdekaan. Setiap konflik digambarkan dengan tererinci mulai dari penyebab konflik, inti dari konflik hingga akibat dari konflik itu sendiri, dalam novel “Jalan Tak Ada Ujung” akan dijelaskan beberapa latar yang terdapat didalam, yakni sebagai berikut:
      1. Jalan Jaksa.
      Ketika tembakan pertama di Gang Jaksa itu memecah kesunyian pagi Guru Isa sedang berjalan kaki menuju sekolahnya di Tanah Abang”
      1. Warung Pak Damrah
      Di warung Pak Damrah enam orang sedang duduk minum-minum
      1. Di Jalan kebon Sirih
      Di Jalan Kebon Sirih polisi militer yang duduk di sebelahnya mengeluarkan rokok.....”
      1. Di Kampung
      orang-orang kampung itu hanya melihat saja pada mereka, dan berseru merdeka! Merdeka! Merdeka!”
      1. Rumah Guru Isa
      mereka dalam kamar kerja di rumah Guru isa. Hazil berdiri dekat jendela”
      1. Tokoh Penokohan
      1. Guru Isa : Tokoh Protagonis. Ia seorang yang selalu dibayangi oleh rasa takutnya dan ia memiliki sifat yang lembut. Selain itu, ia menyukai musik dan senang akan olahraga sepak bola.
      ‘“Astagfirullah!” isa berseru dalam hatinya terkejut dan ngeri ketakutan”
      Kutipan tersebut menjelaskan tentang rasa takut yang dialami oleh Guru Isa
      1. Fatimah : Istri Guru Isa yang tidak setia pada suaminya dan ia selingkuh dengan sahabat Guru Isa.
      Fatimah mula-mula mencoba untuk mengelakannya, tidak terlalu yakin dan kuat, berbisik “kita berdosa…dosa…berdosa,”tetapi perkataanya hilang ditelan cium Hazil, dan akhirnya dia mengalah, mengalah dan mengalah”
      Kutipan tersebut menjelaskan tentang ketidaksetiaan dan perselingkuhan yang dilakukan Fatimah kepada Hazil sahabat dari Guru Isa suaminya
      1. Hazil : Ia seoarang pejuang dan menjadi sahabat Guru Isa. Ia melakukan perselingkuhan bersama istri Guru Isa.


      1. Sudut Pandang
      Sudut pandang yang digunakan oleh Pengarang dalam penulisan novel “Jalan Tak Ada Ujung” ini adalah menggunakan sudut pandang orang ketiga sebagai pelaku uatama baik dalam cerita maupun diluar cerita. Bukti pengarang menggunakan kata ganti orang ketiga adalah seperti adanya penggunaan kata “ dia dan –nya” dan menyebutkan nama tokoh secara langsung.

      1. Gaya Cerita
      Gaya cerita atau penceritaan yang digunakan oleh pengarang dalam penulisan novel “Jalan Tak Ada Ujung“ ini adalah antiklimaks yakni permasalahan yang dihadapi oleh pemeran atau tokoh utama semakin menurun atau mereda sehingga mengalami suatu “happy ending” atau penyelesaian yang bahagia pada akhir cerita tersebut. Atau bagaimana kepastian mengenai nasib yang di alami oleh tokoh utama masih belum dapat diketahui dengan jelas, dan pembaca hanya bisa menebak-nebak nasib yang dialami oleh para tokoh tersebut.


      1. Pesan atau amanat
      Salah satu pesan yang terdapat da;am novel “Jalan Tak Ada Ujung“ yaitu tentang rasa kesetiakawanan yaitu rasa yang terjalin antara guru Isa dengan Hazil, mereka berjuang bersama untuk memberontak terhadap serdadu-serdadu bangsa lain. Selain itu Juga terdapat pesan yang digambarkan dengan jelas oleh tokoh utama, yaitu mengenai kesabaran yang dimiliki Guru Isa dalam menjalani kehidupan yang begitu dirasa berat baginya karena memiliki persoalan batin yang begitu dalam. Hal inilah yang menjadi menariknya novel tersebut, dengan kesabaran dan keberanian melawan rasa takut dalam dirina sendiri membuat Guru Isa mampu terlepas dari beban ataupun persoalan yang bergejolak dalam batinnya.


      1. Unsur Ekstrinsik
      Unsur ekstrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara tak langsung turut serta membangun cerita atau unsur penggerak diluar cerita. Pada unsur karya sastra kali ini, pengarang ingin menyampaikan bebrapa aspek yang menjadi kelebihan dalam paparan cerita. Unsur ekstrinsik tersebut terdiri atas beberapa unsur pendukung lainnya, unsur pendukung tersebut antara lain.
      1. Unsur Sosial
      Dalam unsur sosial tersebut, dapat terlihat jelas bahwa pengarang begitu mengetahui seluk-beluk dari masyarakat didaerah tersebut. Sehingga pengarang mendapatkan gambaran-gambaran mengenai segala tindakan sosial yang sering dilakukan oleh masyarakat didaerah tersebut. Keterkaitan antar tokoh dapat lebih terlihat sehingga karakteristik penokohan dapat mengena sesuai yang diharapkan oleh pengarangnya. Karakteristik penokohan tersebut dapat terlihat pada kutipan berikut.
      Jakarta. Bulan September. Tahun 1946. Pagi. Tiga orang kanak-kanak kecil sedang bermain-main di jalan Gang Jaksa. Mereka bertiga, tetapi hanya seorang saja yang mempunyai layang-layang. Sedang yang seorang menarik layang-layang, yang lain membantu menolong mengangkatnya tinggi-tinggi, hingga tumitnya terangkat dan ia berdiri di ujung kakinya. Yang seorang lagi memberi perintah dan nasehat. Hal 2, paragraf 1.
      Sebuah bus PMI berhenti di pinggir jalan di depan rumah. Empat orang gadis muda pakai uniform Palang Merah melompat turun. Seorang muda yang memakai ban tangan PMI dibantu oleh sopir menurunkan usungan. Mereka membukakan tempat bagi keempat gadis PMI itu, orang muda dan sopir itu meletakkan usungan di sebelah orang Tiong-Hoa yang kena tembak, menunggu. Gadis-gadis itu bekerja dengan cepat...
      Dari kutipan diatas menjelaskan adanya unsur sosial yang erat antara seseorang dengan orang lain dan rasa kemanusiaan yang dilakukan oleh PMI untuk menolong, sehingga mereka saling membutuhkan dan menumbuhkan rasa persaudaraan yang erat.
      2. Unsur Psikologi
      Unsur Psikologi ataupun kejiwaan merupakan unsur yang sulit dipisahkan dari terbentuknya suatu kejadian dalam cerita. Dalam unsur ini pengarang lebih menonjolkan jiwa para tokoh maupun dari masyarakatnya, sehingga memunculkan unsur psikis yang dialami tokoh yang terlibat konflik di dalam cerita. Jika seorang tokoh di dalam cerita digambarkan mengalami tekanan ekonomi ataupun ketakutan, maka tokoh tersebut akan mengalami gangguan psikis yang akan selalu terbayang dan teringat terus dibenaknya. Dari pemaparan tersebut, dapat terlihat dalam kutipan berikut.
      Dalam hatinya yang sederhana dan penyayang pada semua orang tidak bisa masuk kemungkinan manusia berbuat demikian. Darah orang luka yang menyembur membasahi baju merah dan pekat, menyakitkan hatinya. Dan menakutkan hatinya juga. Orang-orang yang berdiri di luar rumah mereka bertanya apa yang sedang terjadi, tapi Isa tidak dapat menjawab. Ia terlalu dalam jatuh pada kekacauan pikirannya sendiri.
      Hal 17, paragraf 3.
      Dalam teriak itu tersembunyi perasaan yang lebih besar dari kemarahan. Perasaan kesayangan seorang ayah pada anak, dan rasa takut mengetahui anaknya pergi menemui bahaya maut. Dalam teriak itu juga tersembunyi rasa takut Mr. Kamarudin sendiri. Rasa takut yang dipendamkannya jauh-jauh di dalam hatinya. Takut melihat perubahan-perubahan masa, dan perubahan-perubahan pada diri anaknya sendiri. Hal 20, paragraf 3.
      Dia telah pergi ke dokter. Dan dokter mengatakan, bahwa impotensinya adalah semacam psychischenya sendiri. Yang dapat mengobatinya hanya jiwanya sendiri. Atau sesuatu di luar yang dapat melepaskan tekanan jiwanya yang merasa tidak kuasa. Hal 29, paragraf 1.
      Dalam kutipan tersebut tergambar jelas bahwa psikologi yang dimiliki tokoh dapat mempengaruhi perwatakan dan jiwa. Dengan merasakan dan melihat kejadian-kejadian yang mengerikan, maka dengan jelas tokoh mengalami gangguan psikis yang selalu membayanginya.

      3. Unsur Ekonomi
      Unsur yang hampir sama dengan unsur psikologi, dikatakan seirama karena ada hal yang saling terkait antara satu unsur yang membuat tokoh merasakan dampak yang mengganggu jiwanya. Seperti tekanan yang menghimpitnya dalam masalah ekonomi di keluarganya. Tekanan psikis akibat perekonomian seperti ini sering terjadi dikalangan masyarakat. Karena miskin, dapat mencuri, karena kekurangan, dapat merampok. Hal itu Nampak pada kutipan berikut.
      Hari-hari depan yang kabur dan menakutkan. Keselamatan istri dan anaknya. Penghidupan yang semakin mahal dan gaji yang tidak cukup. Hutang pada warung yang sudah dua bulan tidak dibayar. Sewa rumah yang sudah dihutang tiga bulan. Perhiasan istrinya di pajak gadai... Hal 18, paragraf 2.
      Sedang menggesek biola pikirannya melayang. Terkenang pada istrinya, dompetnya kosong, beras yang mesti dibeli. Dapatkah Fatimah berhutang di warung.
      Hal 26, paragraf 3.
      Ketika dia hendak menutupkan lemari kembali, tiba-tiba pandangannya terpaut pada bungkusan buku-buku tulis yang baru. Sesuatu berkilas dalam pikirannya. Sesuatu berkata, bahwa dengan mengambil dan menjual beberapa puluh buku itu dia akan mendapatkan uang tambahan. Hal 68, paragraf 4.
      Dari kutipan diatas dapat diketahui betapa berpengaruhnya unsur ekonomi terhadap pembentukan karakteristik seorang tokoh, sehingga tokoh mau mencuri dikarenakan himpitan perekonomian dan gaji yang tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-harinya. Niat yang timbul di benak tokoh tersebut karena hasrat untuk memenuhi janji terhadap istrinya, pasti dia akan membawa uang. sehingga niat mencuri langsung muncul ketika melihat tumpukan buku baru di dalam lemari kelasnya.

      4. Unsur Nasionalis
      Unsuri ini akan membahas tentang semangat juang pemuda Indonesia dalam menghadapi penjajah. Semangat tinggi dan tekad bulat untuk membela bangsanya dari Belanda dan Jepang. Berikut merupakan kutipan yang disampaikan.
      Dia berdiri dari kursi dan melangkah mendekati anaknya. ”Berikan pistol itu ke sini!” perintahnya. Hazil mundur selangkah. ”Jangan Ayah! Kita perlu senjata untuk perjuangan kemerdekaan.” Hal 20, paragraf 1.
      ”Ah, jiwa musik ini – jiwa yang dimasukkan Chopin ke dalamnya – api yang membakar cinta pada tanah airnya, hebat seperti hembusa taufan... itu aku tidak bisa bangunkan dalam gesekan biolaku.” Hal 33, dialog 2.
      Dari kutipan terlihat jelas adanya semangat juang untuk kemerdekaan Negara Indonesia. Semangat tinggi yang berkobar-kobar tanpa mengharapkan imbalan dari siapa pun. Cinta terhadap tanah air dapat dituangkan dalam sebuah lagu yang dimainkan menggunakan alat musik biola. Merdeka harus rela mati. Mati berperang lebih mulia daripada mati karena menyerahkan diri pada penjajah.


      1. PENUTUP

      3.1 Layak tidaknya dibaca
      Dalam kaitannya dengan layak atau tidaknya sebuah novel untuk dibaca tergantung dari setiap pembaca yang menanggapinya. Karya sastra diciptakan sebagai unsur penghibur yang didalamnya terdapat beberapa unsur pendidik yang dapat dijadikan acuan maupun diterapkan dalam mejalani kehidupan bermasyarakat. Selain itu juga terdapat beberapa unsur mengenai sosial, psikologi dan lainnya, sehingga novel tersebut begitu pantas untuk dipublikasikan atau dibaca oleh masyarakat.
      Novel “Jalan Tak Ada Ujung” yang mengangkat kisah tentang perjuangan para pemuda untukmerebut kemerdekaan bangsa Indonesia ini begitu menarik untuk diikuti dan diketahui alur ceritanya, karena didalamnya terdapat beberapa kisah yang benar-benar realis, penggambaran tokoh tidak secara langsung tetapi sangat jelas perbedaan antara tokoh satu dengan tokoh lain. Setingnya dibuat sedetail mungkin. Setiap konflik digambarkan dan dipaparkan secara rinci, mulai dari penyebab konflik, klimaks, ending.

      3.2 Rekomendasi pembaca
      Novel “Jalan Tak Ada Ujung” direkomendasikan untuk semua kalangan. Tetapi yang paling diutamakan dalam membaca novel ini adalah kalangan remaja, karena agar mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air terutama menguatkan rasa bela bangsa dan negaranya. Novel ini bahasanya sangat beragam dan kompleks sehingga anak-anak usia 15 tahun kebawah kurang menyukai novel ini dikarenakan anak-anak belum memiliki dan belum mampu memahami kosakata yang disajikan dalam cerita.
      Penulisan kalimat dalam novel ini menggunakan kosakata sederhana yang terkadang berbelit-belit, sehingga pembaca yang ingin menikmati novel tersebut terkadang merasa bosan dan jenuh. Novel tersebut dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita terhadap sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia.

      Daftar Pustaka

      Lubis Mochtar. 1952. Jalan Tak Ada Ujung. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
      Saad, Saleh. 1967. “Penelitian Kesusastraan”, dalam Lukman Ali (ed.). Bahasa dan
      Kesusastraan Indonesia sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru. Jakarta: Gunung Agung.
      Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya.
      Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
      Suroso, dkk. 2009. Kritik Sastra (Teori, Metodologi, dan Aplikasi). Yogyakarta: Almatra
      Publishing.
      Kutha, Nyoman Ratna. 2009. Stilistika (Kajian Puitika Bahasa, Sastra dan Budaya). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
      http://ciew.blogspot.com/2008/12/analisis-novel-jalan-tak-ada-ujung.html


      0 comments:

      Post a Comment

      Subscribe To RSS

      Sign up to receive latest news