4:57 AM
Unknown
No comments
KAJIAN
PROSA FIKSI INDONESIA
Novel Jalan Tak Ada
Ujung
Oleh : Kusnadi
- LATAR BELAKANG
Novel
merupakan salah satu dari jenis karya satra yang disukai masyarakat,
karya sastra bentuk novel merupakan karya yang diminati selain
cerpen, puisi, komik, ataupun dongeng. Sehingga masyarakat selalu
menantikan kehadiran karya-karya selanjutnya, hal ini terjadi karena
gaya dari penceritaan tiap novel selalu bervariasi, sehingga mampu
membuat pembaca menjadi takjub saat membaca dan mengikuti jalannya
cerita.
Dalam novel “Jalan Tak Ada Ujung” ini,
menceritakan tentang perjuangan seorang tokoh yang ikut berjuang
membela kemerdekaan negara. Yaitu guru Isa, seorang guru yang
terlibat kedalam sebuah gerakan kemerdekaan dan tokoh ”Hazil”
tokoh begitu menginginkan revolusi untuk melawan penjajah yang
seenaknya saja merebut kebebasan mereka sebagai warga negara
Indonesia. Dalam terdapat berbagai unsur yang digambarkan secara
detail oleh pengarang, sehingga terbentuklah alur cerita yang begitu
kompleks, yang memiliki keterkaitan antara unsur- unsur yang begitu
mendominasi jalannya cerita, yakni unsur psikologi, unsur ekonomi,
unsur nasionalis, unsur sosial, unsur budaya, dan unsur percintaan,
unsur trend, unsur ideologi. Alur cerita pada novel kali ini
menggunakan alur maju, dikarenakan menyajikan penceritaan yang
dimulai dari awal perjuangan dan tanpa menceritakan masa lalu
(Flashback) tiap tokoh.
Kehidupan
Guru Isa selalu diusik oleh ketakutannya, yaitu tampak setiap saat
dia mendengar tembakan senjhata pasukan serdadu Inggris menyerbu
rakyat pribumiosa. Guru Isa hidup dengan kondisi ekonomi yang serba
kekurangan. Bahkan untuk makan sehari-hari saja, Istrinya “Fatimah”
harus mencari hutangan beras untuk makan. Selain itu ditambah lagi
dengan penyakit yang diderita Guru Isa yang tidak mampu memberikan
kepuasan kebutuhan seksual kepada “Fatimah” isterinya. Keadaan
tersebut tak menyurutkan kebersamaan hidup mereka walaupun timbul
ketidakharmonisan dalam kehidupan mereka.
Guru
Isa memiliki sahabat yang sangat baik dan mahir memainkan biola. Dia
bernama Hazil. Melihat kondisi buruk akibat penyerangan serdadu
Inggris, hazil mengajak Guru Isa untuk ikut bergabung dalam sebuah
organisasi pemberontakan. Atas ajakannya tersebut, Guru Isa menetujui
walaupun dengan keadaan terpaksa. Tanpa disadari, semakin sering
Hazil berkunjung ke rumahnya, bahkan setiap hari, tak menyurutkan
perasaan saling mencintai antara Karena merasa tidak bisa dipuaskan
secara batin oleh guru Isa, istrinya kemudian berselingkuh dengan
teman guru Isa sendiri, Hazil. Guru Isa tahu akan hal itu, tetapi ia
lebih memilih untuk diam.
Kelebihan yang dimiliki oleh
novel tersebut, Ceritanya
benar-benar memberikan semangat untuk bela negara,
menggambarkan
pemaparan setiap tokoh
tidak secara langsung tetapi begitu jelas
perbedaan yang Nampak antar tokoh.
Bagian yang paling menarik adalah keterikatan antara konflik yang
satu dengan yang lainnya. Banyak terdapat konflik-konflik kecil akan
tetapi semua konflik itu tetap merujuk pada tema novel tersebut,
sehingga tidak membuat cerita itu kabur.
Kekurangan yang
dimiliki opleh novel tersebut,
Pemilihan bahasanya yang sederhana,
selain itu kalimatnya sulit untuk dipahami penyusunan kalimatnya.
Yakni pembaca merasa kesulitan untuk memahami maksud yang terkandunga
dalam kalimat maupun cerita tersebut.
-
Landasan Teori
- Analisis struktural merupakan hal yang harus dilakukan untuk memahami prosa (baik cerpen, novel atau roman) yaitu dengan memahami struktur fisik dan struktur batin yang terdapat di dalamnya. Sebelum melakukan analisis karya sastra dengan menggunakan pendekatan apapun, haruslah menggunakan pendekatan strukturalisme.
Analisis struktural merupakan prioritas utama sebelum diterapkannya
analisis yang lain. Tanpa analisis struktural tersebut, kebulatan
makna yang dapat digali dari karya tersebut tidak dapat ditangkap.
Makna unsur-unsur karya sastra hanya dapat ditangkap, dipahami
sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu di dalam
keseluruhan karya sastra.
- Stilistika adalah cabang ilmu lnguistik terapan yang mengarah kepada studi tentang gaya (style) atau kajian terhadap wujud pemakaian kebahasaan, khususnya yang terdapat dalam karya sastra. Sedangkan gaya (style) adalah suatu hal yang pada umumnya tidak lagi mengandung sifat kontroversial, menyaran pada pengertian cara penggunaan bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, dalam bentuk tertentu, dan untuk tujuan tertentu. Itulah sebabnya gaya (style) sangat tergantung pada konteks, bentuk, dan tujuan yang hendak dicapai, dan bertujuan untuk memperoleh efek artistik yang bermakna.
- Pendekatan pragmatik ini memiliki pengertian sebagai nilai guna atau manfaat untuk membantu menemukan suatu kesenangan estetik (keindahan), mendapatkan pendidikan, dan dapat menunjukkan rasa cinta terhadap Tanah Air Indonesia dengan wujud nasionalis.
- Pendekatan tekstual merupakan suatu pendekatan yang berusaha mengkaji aspek-aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra, maka karya sastra yang dijadikan sasaran kajian di sini adalah karya sastra yang mengembangkan kejiwaan tokoh-tokohnya, yakni karya sastra yang berupa cerkan (cerita rekaan). Semua masalah kejiwaan menyangkut tokoh dalam cerkan dapat dipandang sebagai masalah psikologi.
Pola Struktur Karya Sastra
- PEMBAHASAN
Unsur
pembangun cerita dari novel ”Jalan Tak Ada Ujung” tersebut harus
berawal dari pola struktur karya sastra. Dari pola tersebut akan
dapat dianalisis dan ditemukan
unsur-unsur yang terkandung didalamnya.
Berikut Pola struktur yang dapat digambarkan.
I II III IV V
Pengenalan konflik klimaks antiklimak
penyelesaian
Unsur
pembangun sebuah novel secara garis besar terbagai menjadi dua macam
unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
- Unsur Intrinsik
Unsur
intrinsik adalah unsur pembangun karya sastra yang terdapat dalam
cerita itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra
tersebut telihat begitu hidup sebagai karya sastra. Unsur intrinsik
yang terkandung dalam novel “Jalan Tak Ada Ujung” sebagai
berikut:
- Tema :
Tema yang terdapat dalam cerpen terrsebut yaitu
mengangkat tentang masalah yang menyelimuti batinnya, yaitu mengenai
rasa ketakutan yang begitu mendalam terhadap tentara serdadu, dan
yang terutama mengenai penyakit yang diderita selama usia
pernikannya. Intinya ”perasaan takut yang berlebihan dapat
menusuk jiwa”.
- Alur
Alur yang digunakan yaitu alur maju. Karena
dalam novel tersebut dimulai dari
pengenalan tokoh dan kemunculan
tokoh guru Isa, dimana tokok ini
digambarkan sebagai seorang penakut.
Rasa penakut tersebut telah lama
menjangkitnya, sehingga mengakibatkan Guru
Isa menjadi mudah takut dan cemas jika melihat tentara
serdaduselain itu ia juga tidak mampu dalam
melayani kebutuhan biologis isterinya. Sehingga
isterinya berselingkuh dengan teman
karibnya.
- Latar atau Setting pada novel tersebut sangat jelas menggambarkan bagaimana keadaan paska kemerdekaan. Setiap konflik digambarkan dengan tererinci mulai dari penyebab konflik, inti dari konflik hingga akibat dari konflik itu sendiri, dalam novel “Jalan Tak Ada Ujung” akan dijelaskan beberapa latar yang terdapat didalam, yakni sebagai berikut:
- Jalan Jaksa.
“Ketika
tembakan pertama di Gang Jaksa itu memecah kesunyian pagi Guru Isa
sedang berjalan kaki menuju sekolahnya di Tanah Abang”
- Warung Pak Damrah
“Di
warung Pak Damrah enam orang sedang duduk minum-minum”
- Di Jalan kebon Sirih
“Di
Jalan Kebon Sirih
polisi militer yang duduk di sebelahnya mengeluarkan rokok.....”
- Di Kampung
“orang-orang
kampung itu hanya melihat saja pada mereka, dan berseru merdeka!
Merdeka! Merdeka!”
- Rumah Guru Isa
“mereka
dalam kamar kerja di rumah Guru isa. Hazil berdiri dekat jendela”
- Tokoh Penokohan
- Guru Isa : Tokoh Protagonis. Ia seorang yang selalu dibayangi oleh rasa takutnya dan ia memiliki sifat yang lembut. Selain itu, ia menyukai musik dan senang akan olahraga sepak bola.
‘“Astagfirullah!” isa berseru dalam hatinya terkejut dan
ngeri ketakutan”
Kutipan tersebut menjelaskan tentang rasa takut yang dialami oleh
Guru Isa
- Fatimah : Istri Guru Isa yang tidak setia pada suaminya dan ia selingkuh dengan sahabat Guru Isa.
“Fatimah mula-mula mencoba untuk mengelakannya, tidak terlalu
yakin dan kuat, berbisik “kita berdosa…dosa…berdosa,”tetapi
perkataanya hilang ditelan cium Hazil, dan akhirnya dia mengalah,
mengalah dan mengalah”
Kutipan tersebut menjelaskan tentang ketidaksetiaan dan
perselingkuhan yang dilakukan Fatimah kepada Hazil sahabat dari Guru
Isa suaminya
- Hazil : Ia seoarang pejuang dan menjadi sahabat Guru Isa. Ia melakukan perselingkuhan bersama istri Guru Isa.
- Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan oleh Pengarang dalam penulisan novel
“Jalan Tak Ada Ujung” ini adalah menggunakan sudut
pandang orang ketiga sebagai pelaku uatama baik dalam cerita
maupun diluar cerita. Bukti pengarang menggunakan kata ganti orang
ketiga adalah seperti adanya penggunaan kata “ dia dan –nya”
dan menyebutkan nama tokoh secara langsung.
- Gaya Cerita
Gaya cerita atau penceritaan yang digunakan oleh pengarang dalam
penulisan novel “Jalan Tak Ada Ujung“ ini adalah
antiklimaks yakni permasalahan yang dihadapi oleh pemeran atau
tokoh utama semakin menurun atau mereda sehingga mengalami suatu
“happy ending” atau penyelesaian yang bahagia pada
akhir cerita tersebut. Atau bagaimana kepastian mengenai nasib yang
di alami oleh tokoh utama masih belum dapat diketahui dengan jelas,
dan pembaca hanya bisa menebak-nebak nasib yang dialami oleh para
tokoh tersebut.
- Pesan atau amanat
Salah
satu pesan yang terdapat da;am novel “Jalan
Tak Ada Ujung“ yaitu tentang
rasa kesetiakawanan yaitu rasa yang terjalin antara guru Isa dengan
Hazil, mereka berjuang bersama untuk memberontak terhadap
serdadu-serdadu bangsa lain. Selain itu Juga terdapat pesan yang
digambarkan dengan jelas oleh tokoh utama, yaitu mengenai kesabaran
yang dimiliki Guru Isa dalam menjalani kehidupan yang begitu dirasa
berat baginya karena memiliki persoalan batin yang begitu dalam. Hal
inilah yang menjadi menariknya novel tersebut, dengan kesabaran dan
keberanian melawan rasa takut dalam dirina sendiri membuat Guru Isa
mampu terlepas dari beban ataupun persoalan yang bergejolak dalam
batinnya.
- Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara tak langsung
turut serta membangun cerita atau unsur penggerak
diluar cerita. Pada unsur karya sastra kali ini, pengarang ingin
menyampaikan bebrapa aspek yang menjadi kelebihan dalam paparan
cerita. Unsur ekstrinsik tersebut terdiri atas beberapa unsur
pendukung lainnya, unsur pendukung tersebut antara lain.
1. Unsur Sosial
Dalam unsur sosial tersebut, dapat terlihat jelas
bahwa pengarang begitu mengetahui seluk-beluk dari masyarakat
didaerah tersebut. Sehingga pengarang mendapatkan gambaran-gambaran
mengenai segala tindakan sosial yang sering dilakukan oleh masyarakat
didaerah tersebut. Keterkaitan antar tokoh dapat lebih terlihat
sehingga karakteristik penokohan dapat mengena sesuai yang diharapkan
oleh pengarangnya. Karakteristik penokohan tersebut dapat terlihat
pada kutipan berikut.
Jakarta. Bulan September. Tahun 1946. Pagi.
Tiga orang kanak-kanak kecil sedang bermain-main di jalan Gang Jaksa.
Mereka bertiga, tetapi hanya seorang saja yang mempunyai
layang-layang. Sedang yang seorang menarik layang-layang, yang lain
membantu menolong mengangkatnya tinggi-tinggi, hingga tumitnya
terangkat dan ia berdiri di ujung kakinya. Yang seorang lagi memberi
perintah dan nasehat. Hal 2, paragraf
1.
Sebuah bus PMI berhenti di pinggir jalan di
depan rumah. Empat orang gadis muda pakai uniform Palang Merah
melompat turun. Seorang muda yang memakai ban tangan PMI dibantu oleh
sopir menurunkan usungan. Mereka membukakan tempat bagi keempat gadis
PMI itu, orang muda dan sopir itu meletakkan usungan di sebelah orang
Tiong-Hoa yang kena tembak, menunggu. Gadis-gadis itu bekerja dengan
cepat...
Dari kutipan diatas menjelaskan adanya unsur
sosial yang erat antara seseorang dengan orang lain dan rasa
kemanusiaan yang dilakukan oleh PMI untuk menolong, sehingga mereka
saling membutuhkan dan menumbuhkan rasa persaudaraan yang erat.
2. Unsur Psikologi
Unsur Psikologi ataupun kejiwaan merupakan unsur
yang sulit dipisahkan dari terbentuknya suatu kejadian dalam cerita.
Dalam unsur ini pengarang lebih menonjolkan jiwa para tokoh maupun
dari masyarakatnya, sehingga memunculkan unsur psikis yang dialami
tokoh yang terlibat konflik di dalam cerita. Jika seorang tokoh di
dalam cerita digambarkan mengalami tekanan ekonomi ataupun ketakutan,
maka tokoh tersebut akan mengalami gangguan psikis yang akan selalu
terbayang dan teringat terus dibenaknya. Dari pemaparan tersebut,
dapat terlihat dalam kutipan berikut.
Dalam hatinya yang sederhana dan penyayang pada
semua orang tidak bisa masuk kemungkinan manusia berbuat demikian.
Darah orang luka yang menyembur membasahi baju merah dan pekat,
menyakitkan hatinya. Dan menakutkan hatinya juga. Orang-orang yang
berdiri di luar rumah mereka bertanya apa yang sedang terjadi, tapi
Isa tidak dapat menjawab. Ia terlalu dalam jatuh pada kekacauan
pikirannya sendiri.
Hal 17, paragraf 3.
Dalam teriak itu
tersembunyi perasaan yang lebih besar dari kemarahan. Perasaan
kesayangan seorang ayah pada anak, dan rasa takut mengetahui anaknya
pergi menemui bahaya maut. Dalam teriak itu juga tersembunyi rasa
takut Mr. Kamarudin sendiri. Rasa takut yang dipendamkannya jauh-jauh
di dalam hatinya. Takut melihat perubahan-perubahan masa, dan
perubahan-perubahan pada diri anaknya sendiri. Hal
20, paragraf 3.
Dia telah pergi ke dokter. Dan dokter
mengatakan, bahwa impotensinya adalah semacam psychischenya
sendiri. Yang dapat mengobatinya hanya jiwanya sendiri. Atau sesuatu
di luar yang dapat melepaskan tekanan jiwanya yang merasa tidak
kuasa. Hal 29, paragraf 1.
Dalam kutipan tersebut tergambar jelas bahwa
psikologi yang dimiliki tokoh dapat mempengaruhi perwatakan dan jiwa.
Dengan merasakan dan melihat kejadian-kejadian yang mengerikan, maka
dengan jelas tokoh mengalami gangguan psikis yang selalu
membayanginya.
3. Unsur Ekonomi
Unsur yang hampir sama dengan unsur psikologi,
dikatakan seirama karena ada hal yang saling terkait antara satu
unsur yang membuat tokoh merasakan dampak yang mengganggu jiwanya.
Seperti tekanan yang menghimpitnya dalam masalah ekonomi di
keluarganya. Tekanan psikis akibat perekonomian seperti ini sering
terjadi dikalangan masyarakat. Karena miskin, dapat mencuri, karena
kekurangan, dapat merampok. Hal itu Nampak pada kutipan berikut.
Hari-hari depan yang
kabur dan menakutkan. Keselamatan istri dan anaknya. Penghidupan yang
semakin mahal dan gaji yang tidak cukup. Hutang pada warung yang
sudah dua bulan tidak dibayar. Sewa rumah yang sudah dihutang tiga
bulan. Perhiasan istrinya di pajak gadai... Hal
18, paragraf 2.
Sedang menggesek
biola pikirannya melayang. Terkenang pada istrinya, dompetnya kosong,
beras yang mesti dibeli. Dapatkah Fatimah berhutang di warung.
Hal 26, paragraf 3.
Ketika dia hendak
menutupkan lemari kembali, tiba-tiba pandangannya terpaut pada
bungkusan buku-buku tulis yang baru. Sesuatu berkilas dalam
pikirannya. Sesuatu berkata, bahwa dengan mengambil dan menjual
beberapa puluh buku itu dia akan mendapatkan uang tambahan. Hal
68, paragraf 4.
Dari kutipan diatas dapat diketahui betapa
berpengaruhnya unsur ekonomi terhadap pembentukan karakteristik
seorang tokoh, sehingga tokoh mau mencuri dikarenakan himpitan
perekonomian dan gaji yang tidak mencukupi untuk kehidupan
sehari-harinya. Niat yang timbul di benak tokoh tersebut karena
hasrat untuk memenuhi janji terhadap istrinya, pasti dia akan membawa
uang. sehingga niat mencuri langsung muncul ketika melihat tumpukan
buku baru di dalam lemari kelasnya.
4. Unsur Nasionalis
Unsuri ini akan membahas tentang semangat juang
pemuda Indonesia dalam menghadapi penjajah. Semangat tinggi dan tekad
bulat untuk membela bangsanya dari Belanda dan Jepang. Berikut
merupakan kutipan yang disampaikan.
”Dia berdiri dari kursi dan melangkah
mendekati anaknya. ”Berikan pistol itu ke sini!” perintahnya.
Hazil mundur selangkah. ”Jangan Ayah! Kita perlu senjata untuk
perjuangan kemerdekaan.” Hal 20,
paragraf 1.
”Ah, jiwa musik
ini – jiwa yang dimasukkan Chopin ke dalamnya – api yang membakar
cinta pada tanah airnya, hebat seperti hembusa taufan... itu aku
tidak bisa bangunkan dalam gesekan biolaku.” Hal
33, dialog 2.
Dari kutipan terlihat jelas adanya semangat juang
untuk kemerdekaan Negara Indonesia. Semangat tinggi yang
berkobar-kobar tanpa mengharapkan imbalan dari siapa pun. Cinta
terhadap tanah air dapat dituangkan dalam sebuah lagu yang dimainkan
menggunakan alat musik biola. Merdeka harus rela mati. Mati berperang
lebih mulia daripada mati karena menyerahkan diri pada penjajah.
- PENUTUP
3.1
Layak tidaknya dibaca
Dalam
kaitannya dengan layak atau tidaknya sebuah novel untuk dibaca
tergantung dari setiap pembaca yang
menanggapinya. Karya sastra diciptakan sebagai unsur penghibur
yang didalamnya terdapat
beberapa unsur pendidik yang dapat dijadikan acuan maupun
diterapkan dalam
mejalani kehidupan bermasyarakat. Selain itu juga terdapat beberapa
unsur mengenai sosial, psikologi dan lainnya, sehingga novel tersebut
begitu pantas untuk dipublikasikan atau dibaca oleh masyarakat.
Novel “Jalan Tak Ada Ujung” yang mengangkat
kisah tentang perjuangan para pemuda untukmerebut kemerdekaan
bangsa Indonesia ini begitu menarik untuk diikuti
dan diketahui alur ceritanya, karena
didalamnya terdapat beberapa kisah yang benar-benar realis,
penggambaran tokoh tidak secara langsung tetapi sangat jelas
perbedaan antara tokoh satu dengan tokoh lain. Setingnya dibuat
sedetail mungkin. Setiap konflik digambarkan dan dipaparkan
secara rinci, mulai dari penyebab konflik, klimaks, ending.
3.2
Rekomendasi pembaca
Novel
“Jalan Tak Ada Ujung” direkomendasikan untuk semua kalangan.
Tetapi yang paling diutamakan dalam membaca novel ini adalah kalangan
remaja, karena agar mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air
terutama menguatkan rasa bela bangsa dan negaranya.
Novel ini bahasanya sangat beragam dan
kompleks sehingga anak-anak usia 15 tahun kebawah kurang menyukai
novel ini dikarenakan anak-anak belum memiliki dan belum mampu
memahami kosakata yang disajikan dalam cerita.
Penulisan
kalimat dalam novel ini menggunakan
kosakata sederhana yang terkadang berbelit-belit,
sehingga pembaca yang ingin menikmati novel
tersebut terkadang merasa bosan dan jenuh.
Novel tersebut dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
kita terhadap sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia.
Daftar
Pustaka
Lubis
Mochtar. 1952. Jalan Tak Ada Ujung.
Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Saad,
Saleh. 1967. “Penelitian Kesusastraan”,
dalam Lukman Ali (ed.). Bahasa dan
Kesusastraan Indonesia sebagai Cermin Manusia
Indonesia Baru. Jakarta: Gunung Agung.
Pradopo,
Rachmat Djoko. 1995. Teori Sastra,
Metode Kritik dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Suroso,
dkk. 2009. Kritik Sastra (Teori,
Metodologi, dan Aplikasi). Yogyakarta:
Almatra
Publishing.
Kutha,
Nyoman Ratna. 2009. Stilistika
(Kajian Puitika Bahasa, Sastra dan Budaya).
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
http://ciew.blogspot.com/2008/12/analisis-novel-jalan-tak-ada-ujung.html
0 comments:
Post a Comment