4:54 AM
Unknown
3 comments
TELAAH
UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL
(RONGGENG
DUKUH PARUK)
PRAKATA
Dalam
novel karya Ahmad Tohari ini, kita dapat mengetahui betapa jelinya
pengarang dalam mendeskripsikan (menggambarkan) latar alam dan
pedesaan dari berbagai sudut pandang secara detail dan terperinci.
Pengarang yang memiliki sebuah nama Ahmad Tohari, merupakan seorang
laki-laki yang berasal dari Tingggarjaya, Jatilawang, Banyumas (Jawa
Tengah) ini, menjadi begitu terkenal ataupun populer dimasyarakat
setelah terbitnya novel triloginya, yaitu: Ronggeng Dukuh Paruk,
Lintang Kemukus Dini Hari dan Jantera Bianglala.
Dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk” ini, dapat terlihat
bahwa pengarang menggambarkan susana pedesaan dengan menggunakan
gaya bahasa yang begitu memukau yakni dengan menggunakan gaya bahasa
personifikasi dan lainya. Dan dapat dilihat pula unsur religiusitas
yang begitu pekat dalam menggambarkan keadaan pedesaan dan
menampakkan permasalahan kehidupan yang dialami tokoh-tokoh yang
sebagian besar tergolong dalam orang kecil ataupun orang
pinggiran.baik yang hidup di pedesaan maupun di perkotaan.
Ahmad Tohari dalam bercerita tidak pernah melepaskan diri sedikitpun
dari pengalaman hidup pedesaan yang dialaminya. Maka hampir semua
karyanya adalah menceritakan tentang kehidupan kalangan bawah atau
masyarakat lapisan bawah dengan latar alam.
Untuk menelaah novel “Ronggeng Dukuh Paruk” dengan
menggunakan unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam sebuah cerita dan
mengetahui lebih jauh bagaimana atau apa saja unsur yang terdapat
dalam sebuah cerita, kita harus mengkaji atau menelaah satu demi satu
dari tiap tokoh yang terdapat didalamnya. Dengan ini kita akan dapat
dengan mudah menemukan usur-unsur tersebut.
Dalam menelaah ataupun meresensi novel “Ronggeng Dukuh Paruk”
ini kita dituntut untuk dapat mengetahui berbagai macam karakter yang
ada di novel itu. Dan ini berguna untuk menambah kejelian kita untuk
menemukan dan menentukan apa saja unsur-unsur instrinsik dan
ekstrinsik dalam mengkaji atau meresensi, baik berupa cerpen, drama,
dongen maupun novel. Sebagai mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra
kita dituntut untuk bisa memecahkan masalah-masalah yang berkenaan
dengan sastra, seperti menelaah unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik
dalam cerpen, dongen maupun novel. Dan tentunya harus dapat
menentukan unsur struktural puisi baik fisik maupun batin.
Penyusun
PEMBAHASAN
1.
Menelaah unsur Instrinsik novel “Ronggeng
Dukuh Paruk”.
Dalam
novel Trilogi “Ronggeng Dukuh Paruk” ini, kita akan
menjumpai berbagai unsur instrinsik yang terkandung di dalam cerita
tersebut. Seperti, siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam
cerita, bagaimana sifat-sifat tokoh dan penokohan, tempat-tempat
dimana terjadinya cerita dll. Dalam tugas ini akan
dikaji secara teliti, dengan meresensi sebuah novel melalui Unsur
instrinsik maupun ekstrinsik sebuah cerita, diantaranya :
- TEMA
Dalam
novel “Ronggeng Dukuh Paruk” pengarang (Ahmad Tohari)
mengangkat cerita yang bertemakan tentang politik, sosial, dan
ekonomi. Cerita ini dibuat saat terjadinya Gerakan 30 September Tahun
1965, dimana pengarang menjadi saksi hidup dan tersadar atas
kejahatan yang dilakukan oleh PKI pada saat itu. Oleh karena itu,
Ahmad Tohari sering kali memuat tentang nasib manusia (rakyat) yang
menderita, dan secara garis besar cerita dalam novel ini mengiisah
tentang penderitaan, keterpinggiran atau kenelangsaan masyarakat
bawah.
- TOKOH DAN PENOKOHAN
Di
novel ini akan dibahas mengenai beberapa tokoh utama yang terdapat
dalam cerita, dan bagaimana saja penokohan yang mereka perankan dalam
jalannya cerita tersebut. Tokoh dan penokohan tersebut meliputi
berikut ini:
- Srintil :
- Merasa Takut. “masih merangkulku kuat-kuat, Srintil mengisak,…kurasakan tubuhnya hangat dan gemetar”
- Bersifat Kekanak-kanakan. “tetapi Srintil tidak malas melakukan perbuatan yang lucu dimata orang-orang Dukh Paruk. Bercengkrama dengan anak-anak gembala….”
- Merasa Rindu “sementara Srintil yang tidak tahu menahu soal malapetaka tempe bongkrek itu hanya teringat akan Rasus….”
- Merasakan Sedih “Srintil masih menundukan kepala, kini matanya basah. …”
- Menjadi Senang / ceria “lihatlah Srintil yang mulai tertawa melihat Goder gagal menangkap capung, dan wajah Sritil berseri-seri…..”
- Menjadi Gila “…..sementara itu Srintil terus berlagu….lalu terdengar Srintil terbahak-bahak…”.
- Rasus :
- Merasa senang “Srintil didandani dengan pakaian kebesaran seorang roonggeng. Aku melihat keris kecil yang kuberikan kepada Srintil terselip di pingggang ronggeng itu”.
- Berani “….ketika perampok itu membelakangiku, aku maju dengan hati-hati. Pembunuhan kulakukan untuk pertama kali….”
- Membayangkan “,,,penampilan Srintil membantuku mewjudkan anganku tentang pribadi perempuan yang telah melahirkanku”.
- Mengingat Masa Kecil “Ketika masih kecil aku sering keluar dari Dukuh Paruk malam hari bersama teman-teman untuk melihat pagelaran wayang kulit”.
- Tabah/ tenang “aneh, Rasus justru berada dalam ketenangan sempurna. Takzim dan khidmat ketika dia mengisap wajah nenek agar matanya tertutup….”
- Berserah diri “Aku bersembahyang, aku berdoa untuk Dukuh Paruk agar dia sadar…”
- Sakarya :
- Marah dan menuduh “apa sampean tidak mengerti semua ini terjadi karena ada sesuatu antara cucuku dan Rasus? kata Sakarya, nadanya menuduh….”
- Risau “perasaan kakek Srintil itu lebih dirisaukan oleh peristiwa-peristiwa kecil namun baginya penuh makna…..”
- Terkejut/ kaget “Sakarya terperanjat. Kata-kata bakar tak diduganya sama sekali. Kata-kata itu mengandung penghinaan….”
- Kartareja :
- Bingung “kesulitan pertama yang dihadapi Kartareja bukan masalah bagaimana memperbaiki alat musiknya, melainkan bagaimana dia mendapat para penabuh…”
- Senang “siapa yang akan menyalahkan Kartareja bila dukun ronggeng itu merasa telah menang secara gemilang….”
- Licik “jangan keliru yang asli buat Sulam. Lainya buat Dower, kata Kartareja….”
- Nyai Kartareja :
- Resah “di rumahnya Nyai Kartareja mulai merasa was-was karena ternyata Srintil tidak segera mengikutinya pulang…..”
- Berusaha Menjauhkan “maka Ntyai Kartareja harus berbuat sesuatu. Tali asmara yang mengikat Srintil dan Rasus harus diputuskan…..”
- Kecewa ”namun Nyai Kartareja memendam kekecawaan, mengapa yang memberikan motivasi kegairahan Srintil adalah Bajus….”
- SUDUT PANDANG
Sudut
pandang yang digunakan oleh Pengarang dalam penulisan novel “Ronggeng
Dukuh Paruk” ini adalah menggunakan sudut pandang orang
pertama sebagai pelaku utama seperti adanya kata “aku”
dan sudut pandang pengganti orang ketiga baik dalam cerita
maupun diluar cerita. Bukti pengarang menggunakan kata ganti orang
ketiga adalah seperti adanya kata “ dia dan –nya” dan
menyebutkan nama tokoh secara langsung.
- LATAR
Latar
atau tempat terjadinya cerita yang terdapat dalam novel “Ronggeng
Dukuh Paruk” ini adalah sebagai berikut:
- Dukuh Paruk. “dua puluh tiga rumah berada di pedukuhan itu, dihuni oleh orang-orang seketurunan…”.
- Ladang/ Kebun “ditepi kampung, tiga anak sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong. Yakni Rasus, Darsun dan Warta…”.
- Dibawah pohon nangka. “dipelataran yang membatu dibawah pohon nangka,...Srintil menari dan bertembang. Gendang, gong dan calung mulut mengiringinya..”.
- Rumah Nyai Kartareja. “di dalam rumah. Nyai Kartareja sedang merias Srintil. Tubuhnya yang kecil dan masih lurus tertutup kain sampai ke dada …”.
- Perkuburan. “rombongan bergerak menuju perkuburan dukuh paruk. Kartareja berjalan paling depan membawa pedupan….”.
- Pasar Dawuan. “Perkenalanku dengan pedagang singkong di pasar memungkinkan aku mendapat upah…”.
- Di Markas Tentara. “pada hari pertama menjadi tobang, banyak hal baru yang kurasakan…”
- Di Hutan. “Sampai di hutan, perburuan langsung dimulai. Dalam hal ini aku kecewa karena tiga orang tentara yang kuiringkan sama sekali tak berpengalaman dalam hal berburu…”.
- Rumah Sakarya.”kulihat dua orang perampok tetap tinggal diluar rumah, satu dibelakang dan lainya dihalaman…..Sakarya yang terkejut langsung mengerti…”.
- Rumah Nenek “selagi orang-orang Dukuh Paruk mengerumuni rumah Kartareja, aku duduk berdekatan dengan Srintil di beranda rumah neneku sendiri”.
- Rumah Sakum “Sakum tak terusik oleh hiruk pikuk anak-anaknya, jemarinya terus bekerja..…Sakum berhenti mendadak ketika Srintil melangkah mendekatinya ”.
- Rumah Tarim “panas udara mulai reda ketika Marsusi diterima oleh Kakek Tarim….”.
- Lapangan bola deka kantor Kecamatan.” Malam itu semangat kota kecil dawuan berpusat dilapangan sepak bola dekat kantor Kecamatan. Sebuah panggung lebar…..”
- Di Alaswangkal “hampir setengah hari ketika rombonhan dari Dukuh Paruk memasuki kampung Alaswangkal. Pemukiman penduduk…”.
- Kantor Polisi “dikantor itu ternyata bukan hanya polisi, melainkan tentara juga ada disana mereka segera mengenal siapa yang sedang melangkah…”
- Di Penjara/ Tahanan “ Saya Prajurit Dua Rasus. Saya ingin berjumpa Komandan kompleks tahanan ini secara pribadi…”.
- Di Sawah “di tengah sawah, seratus meter diSebelah barat dukuh paruk.Bajus memimpin..”
- Di Pantai “sampai dipantai Bajus memilih tempat yang agak terpencil buat memarkir jipnya…”
- Di Vila “...Bajus membelokan mobilnya ke halaman sebuah vila mungil yang ternyata kemudian sudah disewanya….”
- Rumah Sakit “…ketegangan yang meliputi hatiku hanpir berakhir ketika becak berhenti di gerbang rumah sakit tentara….”
- ALUR
Alur
atau jalanya cerita dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk”
menggunakan alur maju yang disertai dengan “flash back”
atau kembali ( mundur ) kemasa lalu, baik yang dialami oleh tokoh
utama atau pemeran lainya. Dalam cerita ini yakni ditengah-tengah
cerita pengarang menceritakan kembali masa lalu yang sempat dialami
oleh pemeran cerita. Seperti menceritakan kembali terjadinya
peristiwa tempe bongrek sebelas tahun yang lalu atau semasa bayinya
Srintil, yakni :
“
Orang-orang Dukuh Paruk pulang kerumah masing-masing. Mereka, baik
lelaki maupun perempuan, membawa kenangan yang dalam. Malam itu
kenangan atas Srintil meliputi semua orang Dukuh Paruk. Penampilan
Srintil malam itu mengingatkan kembali bencana yang menimpa Dukuh
Paruk sebelas tahun yang lalu........Sebelas tahun yang lalu ketika
Srintil masih bayi. Dukuh Paruk yang kecil basah kuyup tersiram
hujab lebat…”.
- GAYA CERITA
Gaya
cerita atau penceritaan yang digunakan oleh pengarang dalam penulisan
novel “ Ronggeng Dukuh Paruk “ ini adalah klimaks
yakni permasalahan yang dihadapi oleh pemeran utama semakin memuncak
dan tidak mengalami suatu “happy ending” atau penyelesaian
yang bahagia pada akhir cerita tersebut. Atau bagaimana
kepastian mengenai nasib yang di alami oleh tokoh utama masih belum
dapat diketahui dengan jelas, dan pembaca hanya bisa menebak-nebak
nasib yang dialami oleh para tokoh tersebut.
- AMANAT
Amanat
atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca
melalui novel “Ronggeng Dukuh Paruk” ini adalah: agar kita semua
mau dan mampu melihat seseorang itu tidak hanya dari luarnya saja
melainkan juga dari hatinya. Dan agar kita mau berpikir mengenai
tragedi-tragedi kemanusiaan yang terjadi disekeliling kita. Pesan
lain mungkin lebih cenderung kepada ketidak senangan atau kebencian
pengarang terhadap pengkhianatanyang dilakukan oleh PKI di akhir
September 1965. sehingga novel ini muncul dan menjadi penyuara
kegetiran hati pengarang yang menggambarkan keadaan di masa itu.
2.
Menelaah unsur Ekstrinsik novel “ Ronggeng Dukuh Paruk”.
Di
dalam novel Trilogi “Ronggeng Dukuh Paruk” ini kita akan
menemukan beberapa unsur Ekstrinsik yang terdapat didalamnya. Dan
mungki saja unsure-usur tersebut akan menambah daya pikir kita
sebagai mahasiswa, yang terkadang perlu untuk mengadakan perlawanan
tehadap ketidak puasan. Unsur ekstrinsik tersebut meliputi:
- Unsur Politik .
Unsur ini merupakan unsur yang paling utama terlintas dari benak
pengarang, karena pengarang merasa sangat prihatin terhadap
kesewenang-wenangan kekuasaan yang telah menindas orang-orang kecil
yang kebanyakan dari mereka tidak tahu menahu mengenai berbagai
persoalan tentang politik, khususnya persoalan mengenai pengkhianatan
yang dilakukan oleh PKI yang terjadi di akhir September 1965.
- Unsur Sosial.
Unsur ini kemungkinan besar mengangkat tentang kenyataan hidup yang
pernah terekam dibenak pengarang, yang terjadi saat pengkhianatan
PKI. Tumbuhnya kesadaran setiap orang Indonesia terhadap nilai-nilai
kemanusiaan masih menjadi persoalan yang penting dalam perjalanan
sejarah bangsanya. Banyak orang yang menyuarakan tentang demokrasi
dan hak asasi manusia , itu merupakan bukti bahwa masalah
kemanusiaan sangat sering terusik/ terjadi. Gambaran nyata terdapat
dinovel ini yang terwakili oleh sosok Srintil, Rasus dll, yang
berbicara tentang pentingnya kesadaran terhadap masalah kemanusiaan.
- Unsur Ekonomi.
Masalah yang ingin diangakat oleh pengarang diantaranya adalah
mengenai masalah ekonomi yang dialami oleh masyarakat, dalam hal ini
adalah “Dukuh Paruk”. Ini sering terlihat dalam pergantian
judul maupun pergantian bab, yang mana mengggambarkan kemiskinan
masyarakat “Dukuh Paruk” yang terletak ditengah-tengah pematang
sawah. Penggambaran ini tampak jelas terlihat seperti : digambarkan
luasnya ribuan hektar sawah yang mengelilingi desa telah tujuh bulan
kering kerontang,…. Sampai anak-anak kecil rela bersusah payah
mencabut singkong yang terpendam dalam ditanah kapur,,, itulah
sedikit gambaran keadaan ekonmi yang sedang dialami oleh masyarakat
“Dukuh Paruk”, dan keadaan itulah yang sebenarnya ingin
ditunjukan oleh pengarang kepada pembaca.
---------#######______#######______#######----------
3 comments:
Makasih bgt bro info nya, sangat bermanfaat buat anak saya. hehe
Jangan Lupa mampir ke blog EXPO Lowongan Kerja Terbaru ane ya Lowongan Kerja PT Astra Internasional Tbk
Saya mengucapkan terimakasih,karena tugas bahasa Indonesia saya terbantu dan sangat jelas untuk dipahami
cerita Ronggeng Dukuh paruk kan di buku bahasa Indonesia k13 ada dua cerita Ronggeng Dukuh paruk.. cerita berbeda dan saya ke sulitan mengerjakan nya sama sekali berbeda
Post a Comment