4:44 AM
Unknown
No comments
Variasi bahasa dari segi penuturannya berarti siapa yang menggunakan bahasa itu, dimana tempat tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakan.
Variasi bahasa dari segi penuturannya dibedakan menjadi empat bagian yaitu 1) ideolek, 2) dialek, 3) kronolek, 4) sosiolek atau dialek sosial. Berdasarkan data penelitian, dari empat bagian variasi bahasa segi penutur tersebut akan digunakan untuk pembahasan data dari variasi bahasa penjual dan pembeli di pasar hewan adalah Dialek.
Dialek
Dialek yaitu variasi bahasa dari sekelompok penuutur yang jumlahnya relatif dan berada pada suatu tempat, wilayah, ataupun area tertentu. Berikut tuturan yang merupakan bentuk Dialek.
1) Konteks : pertanyaaan pembeli kepada penjual tentang makanan ayam bangkok
Pembeli :” Liar berarti ya bu…Makanannya apa bu,,?.”
Penjual : “Makane Cuma itu tok ow, bekatul, nasi kemaren / nasi basi.”
(data 1)
Tuturan (1) pada data (1) terdapat dialek kota Pekalongan, seperti pada wacana Makane Cuma itu tok ow, bekatul, nasi kemaren / nasi basi, kata ow yang berarti suatu “penyaranan” saran agar pembeli mengikuti saran dari penjual. Di dalam bahasa Indonesia kata ow tidak memiliki arti.
2) Konteks: pertanyaan pembeli kepada penjual tentang cara pemeliharaan ayam bangkok
Pembeli : “Cara memeliharanya dikandang, apa di lepas bu?.”
Penjual : “Itu di lepas og, wonk itu buat aduan.”
(data 1)
Tuturan (3) data (1) pada wacana Itu di lepas og, wonk itu buat aduan terdapat kata og, kata tersebut berarti “penekanan”, penekanan pada kata sebelumnya. Dan kata wonk merupakan suatu “alasan”, yaitu alasan mengapa ayam bangkok itu dilepas. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “itu di lepas kok, karena itu buat aduan.”
3) Konteks: obrolan antara penjual dan pembeli tentang umur dan perawatan ayam
Pembeli :” Kira-kira umurnya berapa bulan bu?.”
Penjual : “Berapa bulan ow..? Biasanya kalo petelor itu satu tahun pho?
Satu tahun bisa bertelor.”
Pembeli : “Cara perawatannya gimana bu?.”
Penjual :” Itu agak susah ow, harusnya di kodong kalo lihat orang kan takut.”
(data 2)
Tuturan (2) pada data (2) terdapat tututran Berapa bulan ow..? Biasanya kalo petelor itu satu tahun pho? Satu tahun bisa bertelor, kata ow berarti “bertanya”, tetapi tidak membutuhkan sebuah jawaban dari lawan bicara. tuturan tersebut berbeda dengan tuturan Itu agak susah ow, harusnya di kodong kalo lihat orang kan takut kata ow berarti sebuah “penyaranan”, saran agar pembeli tidak melakukan hal selain yang dituturkan penjual.
4) Konteks: pertanyaan pembeli kepada penjual tentang perawatan hamster
Pembeli : Cara perawatannya yang Siria gimana mbak?
Penjual : Perawatannya tho, sing penting pake alas, batu siolit bisa di cuci 4 hari / 2 hari sekali, mbok rendem air terus di jemur. Perawatane misal udah hamil, jantannya dipisah, jantan dipisah. Nanti setelah melahirkan, anaknya jangan di pegang-pegang tangan, kalo udah bau tangan pasti di makan, dan jangan di buka tutup karena bisa stress.
(data 8)
Tuturan (4) data (8) pada wacana Perawatannya tho, sing penting pake alas, batu siolit bisa di cuci 4 hari / 2 hari sekali, mbok rendem air terus di jemur. Perawatane misal udah hamil, jantannya dipisah, jantan dipisah. Nanti setelah melahirkan, anaknya jangan di pegang-pegang tangan, kalo udah bau tangan pasti di makan, dan jangan di buka tutup karena bisa stress, terdapat kata bmok rendem, kata tersebut berarti “acuan atau saran” dari penjual dalam menjelaskan cara merawat hamster. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia akan menjadi di rendam. Dalam kalimatnya menjadi “... direndam air terus di jemur...”
5) Konteks: pertanyaan pembeli kepada penjual tentang umur ikan cucut
Pembeli : Sak munu iku umur’e piro mas?
Penjual : Sak mene yo sekitar satu tahunanlah.
(data 9)
Tuturan (5) data (9) pada wacana Sak mene yo sekitar satu tahunanlah. Terdapat kata Sak mene yo yang berarti “perkiraan” pada barang yang dimaksud, yaitu menunjukan pada perkiraan umur yang dimiliki oleh ikan cucut. Dalam bahasa Indonesia menjadi segini, jika diartikan menjadi segini ya sekitar satu tahunan.
6) Konteks: pertanyaan pembeli kepada penjual tentang jenis kucing anggora
Pembeli : Mbak, kucing anggoranya jenis apa aja?
Penjual : Persia, Himalaya ada, yang piknos ada, mbak’e mau yang mana wes…
(data 18)
Tuturan (6) data (18) pada wacana Persia, Himalaya ada, yang piknos ada, mbak’e mau yang mana wes. Terdapat kata wes yang berarti penjual memberi pilihan kepada pembeli untuk memilih diantara macam-macam kucing yang ada. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi terserah, dalam kalimat menjadi Persia, Himalaya ada, yang piknos ada, mbak’e mau yang mana terserah.
7) Konteks: pertanyaan pembeli kapada penjual tentang harga ikan koi
Pembeli : Oh, lha nek sing warna putih polos ini berapa?
Penjual : Iki nyandak satus selawe.
(Data 29)
Tuturan(7) data (29) pada wacana iki nyandak satus selawe. Terdapat kata nyandak yang berarti menunjukan “perkiraan” tentang harga yang dimiliki ikan koi, yaitu perkiraan bahwa harga ikan koi itu mencapai seratus dua puluh lima ribu rupiah.
8) Konteks: obrolan pembeli kepada penjual tentang harga Menthok jantan
Pembeli : Kalo yang jantan berapa bu?
Penjual : Kalo menthok tu kudune satu pasang ow…
Satu pasang nyampe’ 400 ribu..
Pembeli : Berarti kalo beli per ekor nggak boleh ya bu?
Penjual : Yo boleh…
(Data 39)
Tuturan (8) data (39) pada wacana Kalo menthok tu kudune satu pasang ow…
Satu pasang nyampe’ 400 ribu. Terdapat kata kudune yang berari suatu “himbauan” kepada pembeli, yaitu himbauan agar pembeli mau membeli satu pasang menthok. Dalam bahasa Indonesia kata tersebut memiliki arti seharusnya, jika diartikan akan menjadi “kalau menthok/itik itu seharusnya satu pasang,,,satu pasang mencapai 400 ribu.”
0 comments:
Post a Comment