• Pages

      Monday, December 15, 2014

      Variasi Bahasa



                        Oleh: Kus Naedhi

      Chaer (2004:80) Sebuah langue merupakan sebuah bahasa yang mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena penutur berbahasa tersebut, meski berada pada masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret, yang disebut Parole menjadi tidak seragam. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.
      Menurut Suwito (1993:3) timbulnya berbagai variasi bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor linguistik melainkan juga ditentukan oleh faktor non linguistik. Faktor linguistik menyangkut pemakaian bahasa dalam hubungannya dengan bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat, dan tata makna. Faktor nonlinguistik menyangkut pemakain bahasa dalam kaitannya dengan faktor sosial. Faktor sosial mengacu pada keheterogenan anggota masyarakat tutur baik ditinjau dari usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status sosial atau kemampuan sosial ekonomi dan berbagai kegiatan. Sedangkan faktor situasional meliputi siapa yang berbicara, siapa lawan bicara, kapan peembicaraan itu dilakukan, dimana pembicaraan itu berlangsung dan apa yang menjadi pokok pembicaraan.
      Variasi bahasa merupakan bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum. Variasi bahasa dibedakan berdasarkan penuturnya, pemakainya, keformalan, dan sarana. Variasi bahasa berdasarkan penutur berarti, siapa yang menggunakan bahasa itu, dimana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya dan kapan bahasa itu digunakannya. Berdasarkan pemakaiannya, berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya.
      Dari pendapat di atas, maka variasi bahasa dapat diartikan sebagai bahasa yang beragam dan bervariasi.  Yang jelas variasi atau ragam bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat sosial.

      1. Variasi dari Segi Penutur
      Chaer (2004:62-72) menyatakan bahwa variasi bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut idiolek, yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya.
      Chaer (2004:83) Variasi bahasa yang kedua berdasarkan penuturnya adalah yang disebut dialek, yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Para penutur dalam suatu dielek, meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek, yang berada dengan kelompok penutur lain, yang berada dalam dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga.
      Variasi ketiga berdasarkan penuturnya adalah yang disebut kronolekatau dialek temporal, yakni variasi bahasa yang digunakanoleh kelompok sosial pada masyarakat tertentu. Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah apa yang disebut sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan dan kelas sosial para penuturnya.
      Dari pendapat di atas, maka variasi dari segi penutur mempunyai bermacam-macam variasi bahasa. Para penutur dalam suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek.

      2. Variasi dari Segi Pemakaian
      Nababan (2004:68) menyatakan bahwa variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaannya, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa.
      Dari pendapat di atas, variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang kosa kata. Setiap bidang kegiatan ini mempunyai sejumlah kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain.
      3. Variasi dari Segi Keformalan
      Berdasarkan tingkat keformalan, Suwito (1993:20) membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu gaya atau ragam beku, gaya atau ragam resmi, gaya atau ragam usaha, gaya atau ragam santai, dan gaya atau ragam akrab.
      Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah di masjid, tata cara pengembalian sumpah, kitab undang-undang, akte notaries, dan surat-surat keputusan. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, tidak boleh diubah.
      Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditetapkan secara mantap sebagaisuatustandar.Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan bahasa baku atau standar yang hanya digunakan dalam situasi resmi, dan tidak dalam situasi yang tidak resmi.
      Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi.Jadi, dapat dikatakan ragam usaha ini adalah ragam bahasa yang paling operasional.Wujud ragam usaha ini berada di antara ragam formal dan ragam informal atau ragam santai.
      Ragam santai atau ragam kansual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, berolah raga, berekreasi, dan sebagainya.Ragam santai ini banyak menggunakan bentuk allegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan.
           Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antar anggota keluarga, atau antar teman yang sudah karib.Ragam ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang sering kali tidak jelas.
      Dari pendapat di atas, maka variasi dari segi keformalan mempunyai bermacam-macam variasi ragam bahasa. Para penutur dalam suatu tuturan  meskipun mereka mempunyai tuturan masing-masing, memiliki kesamaan ciri yang memadahi bahwa mereka berada dalam satu tuturan. Maka dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menggunakannya dari variasi segi keformalan tersebut.

      4. Variasi dari Segi Sarana
      Chaer (2004:95) menyatakan bahwa variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya dalam bertelepon atau bertelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki struktur yang tidak sama. Adanya ketidaksamaan wujud struktur ini karena dalam berbahasa lisan atau dalam penyampaian informasi secara lisan.
      Dari pengertian tersebut dapat pula ditarik kesimpulan bahwa dalam berbahasa tulis kita harus lebih menaruh perhatian agar kalimat-kalimat yang kita susun bisa dapat dipahami pembaca dengan baik. Kesalahan atau kcesalah pengertian dalam berbahasa lisan dapat segera diperbaiki atau diralat, tetapi dalam berbahasa tulis kesalahan atau kesalah pengertian baru kemudian bisa diperbaiki.

      0 comments:

      Post a Comment

      Subscribe To RSS

      Sign up to receive latest news