5:04 AM
Unknown
No comments
(Frase,
Kata, dan Kalimat)
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Bahasa adalah suatu fenomena yang menghubungkan
antara dunia makna dengan dunia bunyi. Dalam bahasa memiliki cakupan
yang begitu luas, sehingga jika membahas segala hal yang berkaitan
dengannya maka tidak akan pernah ada habisnya, dan begitu menarik
untuk diikuti terus-menerus. sehingga bahasa dimasukkan kedalam
materi pembelajaran disekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi.
Dalam pembelajaran berbahasa Indonesia tentunya
tak bisa terlepas dengan beberapa komponen dasar yang sering dipakai,
entah itu dipakai alam hal berkomunikasi dalam berkehidupan
sehari-hari maupun dipakai dalam pembelajaran. Dalam hal ini, yaitu
digunakan untuk berkomunikasi antar teman maupun dengan pengajar. Tak
hanya itu hal ini juga sering dipakai dalam penulisan maupun
pembahasan materi pelajaran.
Oleh karena itu, kiranya perlu diajarkan kepada
peserta didik yang belum begitu mengerti mengenai definisi kata,
frasa dan kalimat, maupun mengenai macam-macam yang dimilikinya.
Sehingga peserta didik akan mampu menggunakannya dengan baik dan
benar, seperti halnya yang diajarkan dalam berbahasa. Yaitu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan
Yang Diberlakukan (EYD).
Maka dalam pembuatan makalah kali ini akan dibahas
mengenai beberapa hal pokok tersebut, dimana hal ini merupakan hal
yang harus diajarkan, dimengerti serta dikuasai oleh peserta didik.
Hal ini dapat diajarkan dari tingkat yang bawah hingga tingkat atas,
yaitu dimulai dari pendidikan Dasar, Menengah, Atas, hingga
pendidikan Perguruan Tinggi. Terutama hal pokok yang sering digunakan
atau dibahas dalam pembelajaran yaitu seperti halnya kata, frasa,
dan kalimat.
Biasanya seorang pengajar hanya memberikan
gambaran mengenaihal tersebut, sehingga masih banyak peserta didik
yang menjadi kebingungan dikala mendapatkan tugas untuk
mengerjakannya.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah
ini meliputi:
- Agar dapat mengetahui tentang definisi kata, frasa dan kalimat.
- Agar dapat membuat contoh dari masing-masing pembahasan.
- Agar dapat mengetahui apa saja macam-macam pembagian setiap pokok pembahasan.
- Agar dapat menjelaskan dan membagi setiap kata, frasa, dan kalimat kedalam masing-masing kategori.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan
makalah ini meliputi.
- Mengetahui definisi tentang kata, frasa, dan kalimat.
- Dapat membuat contoh dari masing-masing pembahasan.
- Mengetahui berbagai macam pembagian ataupun pembedaan dari masing-masing pokok pembahasan.
- Menjelaskan dan mengetahui pembagian setiap kata, frsa, dan kalimat kedalam masing-masing kategori.
1.4 Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam pembahasan meliputi:
- Bagaimana definisi tentang kata dan kategorinya, ?
- Bagaimana definisi tentang frasa, jenis-jenis frasa, dan fungsi frasa?
- Bagaimana definisi tentang kalimat dan jenis-jenis kalimat?
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam proses belajar dan pembelajaran
bahasa Indonesia pastinya takkan
bisa terhindar atau dihindarkan jauh-jauh dari beberapa konsep
ataupun bagian dasar ini, seperti kata, frasa, dan kalimat. Dalam
kehidupan sehari-hari, hal tersebut jelas tidak jauh beda
dengan yang sering diajarkan dalam proses
belajar mengajar di sekolah, yakni dengan
membahas mengenai beberapa masalah pokok
seperti Kata, Frasa, dan Kalimat. Oleh karena itu, akan dibahas
mengenaib beberapa bagian tersebut. Yang
antara lain sebagai berikut.
- Kata
Dalam berbagai buku linguistik Eropa menyatakan bahwa kata merupakan
suatu bentuk yang memiliki susunan fonologis yang stabil, tidak bisa
berubah dan memiliki mobilitas dalam kalimat. Batasan tersebut
memiliki 2 hal.
- Setiap kata memiliki susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah, serta tidak dapat diselingi oleh fonem lain. Misalkan kata “sikat” urutan penulisan fonemnya yaitu /s//i//k//a//t/ urutan penulisan tersebut tidak dapat diubah menjadi /s//k//a//i//t/.
- Setiap kata memiliki kebebasan untuk berpindah tempat dalam suatu kalimat atau perpindahan tempatnya dapat diisi maupun digantikan dengan kata lain atau dipisahkan dari kata lain.
Kata menurut tata bahasawan tradisional adalah satuan bahasa yang
memiliki satu atau beberapa pengertian. Atau kata adalah deretan
huruf yang diapit dua buah spasi dan mamiliki arti. Kata adalah
rangkaian dari beberapa huruf ataupun suku kata yang membentuk satu
kesatuan dan memiliki sebuah makna. Secara
gramatikal kata mempunyai dua status, yakni sebagai satuan terbesar
dalam tataran morfologi, dan sebagai satuan
kecil dalam tataran sintaksis.
Sebagi satuan terbesar dalam
tataran morfologi, kata dapat dibentuk dari beberapa bentuk
dasar (yakni dapat berupa morfem yang terikat maupun bebas, ataupun
gabungan morfem) melalui proses suatu
morfologi afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Bagaimana kata
tersebut dibentuk, ternyata telah dibahas dalam buku Morfologi
Bahasa Indonesia (chaer, 2008)
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis kata,
khususnya yang termasuk dalam
kelas terbuka (nomina, verba, dan adjektiva) dapat mengisi fungsi
sintaksis. Contoh.
-
NenekMelirikKakekKemarinSubjekPredikatObjekKeterangan
Sedangkan kata-kata dari kelas tertutup
(numeralia, preposisi, konjungsi) hanya menjadi bagian dari frase
yang mengisi fungsi-fungsi sintaksis itu. Perhatikan kata numeralia
seekor,
preposisi di,
dan konjungsi dan
pada klausa berikut:
Seekor anjing dan
seekor kucing berkelahi di dapur.
Subjek predikat keterangan
Yang agak berbeda adalah kata dari kelas tertutup
yang ttermasuk adverbia. Ada adverbia yang bisa menduduki fungsi
keterangan dan ada juga yang menjadi bagian
dari frasa lain. Berikut adalah contohnya.
- Barangkali dia sakit keras
Keterangan Subjek
Predikat
- Nenek sedang membaca komik
Subjek Predikat Objek
Pada klausa 1 kata barangkali adalah adverbial yang mengisi
fungsi keterangan, dan adverbial sedang pada klausa 2
hanya menjadi bagian dari frasa sedang membaca yang mengisi
fungsi predikat.
Selain kata dari kategori verba, nomina, dan adjektifa, kata dari
kategori numeralia, pronominal, dan adverbia ada juga yang dapat
berdiri sendiri dalam kalimat minor, akan tetapi kata dari kategori
preposisi dan konjungsi tidak bisa. Yang dapat menyatakan suatu
perintah, maupun jawaban, contoh.
Komik’ ( yaitu sebagai sebuah kalimat jawaban atas pertanyaan: apa
yang dibaca paimen di kamar?)
Pinggir’ (yaitu sebagai suatu kalimat perintah dari seseorang
penumpang umum kepada sopir)
2.2 Frasa
Frasa atau frase adalah sebuah istilah yang digunakan dalam ilmu
linguistik.
Lebih tepatnya, frase merupakan satuan linguistik yang ukurannya
lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frase
adalah kumpulan dari kata nonpredikatif. Artinya frase tidak memiliki
predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frase dari klausa dan
kalimat
Frasa adalah satuan bahasa yang terdiri atas dua
kata ataupun lebih, dalam sebuah fungsi
sintaksis dalam kalimat, dan tidak membentuk suatu
makna yang baru. Dengan istilah lain, yaitu
dua kata yang memiliki satu atau sebuah fungsi dalam kalimat.contoh
dalam kalimat.
Adik saya senang makan kacang goreng di
kamar
Subjek predikat objek keterangan
Semua fungsi klausa diatas diisi oleh sebuah frasa; fungsi subjek
diisi oleh frasa adik saya, fungsi predikat diisi oleh frasa senang
makan, fungsi objek diisi oleh frasa kacang goring, dan fungsi
keterangan diisi oleh frasa dikamar.
Bahwa sebuah frasa bisa terdiri dari dua kata atau lebih dapat
dibuktikan dengan jelas dan mendaar. Misalnya, frasa adik saya
dapat dirubah menjadi adik saya yang bungsu ataupun adik
saya yang tinggal dijalan lemang Jakarta pusat. Begitu pula frasa
kacang goreng, dapat dirubah menjadi sebungkus kacang
goreng ataupun kacang goreng asin. Sedangkan frasa di
kamar dapat dirubah menjadi di kamar ayah, ataupun di
kamar belajar kakak.
Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat non predikatif, lazimnya juga dapat disebut dengan kata yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis didalam kalimat.
Dilihat dari keutuhannya sebagai frase ada
dua macam.
- Frasa Eksosentrik
Adalah frasa yang memiliki hubungan antara kedua
unsurnya sangat erat berkaitan, sehingga kedua unsurnya
tersebut tidak bisa dipisahkan sebagai pengisi
fungsi sintaksis. Contoh dalam kalimat.
Pasri berjualan di pasar
Kata yang bergaris bawah tersebut merupakan frasa eksosentrik, karena
jika kata pasar atau awalan di- dihilangi maka akan
menimbulkan sebuah kejanggalan dalam kalimat tersebut.
- Frasa Endosentrik
Adalah frasa yang salah satu unsurnya dapat
menggantikan kedudukan keseluruhannya, atau bila salah satu unsurnya
ditinggalkan kedudukanya sebagi pengisi fungsi sintaksis masih bisa
diterima. Dengan kata lain adalah frasa yang salah satu unsurnya
merupakan unsur inti sedangkan yang lain sebagai pelengkap. Contoh
dalam kalimat
Paijo naik mobil dinas
Kata yang bergaris bawah terrsebut merupakan frase endosentrik.
Karena jika salah satu unsurnya dihilangi tidak akan menimbulkan
kejanggalan dalam kalimat tersebut. Bagian yang tidak bisa
dihilangkan dalam frase endosentrik disebut inti frase, dan
bagian yang dapat ditinggalkan disebut atribut frase. Jadi,
pada frase mobil dinas, unsur mobil adalah inti frase
dan unsur dinas adalah atribut frase.
Jika dilihat dari hubungan dari kedua unsurnya dapat diketahui adanya
frase koordinatif dan frase subordinatif.
- Frase Koordinatif
Adalah suatu frase yang kedudukan kedua unsurnya sederajat atau
setingkat. Misalnya dalam frase nominal koordinatif yaitu seperti,
ayah ibu, kampung halaman, ayam itik, utang piutang, dan sawah
ladang. Frase verbal koordinatif yaitu seperti, makan minum,
jual beli, hilir mudik pulang pergi, dan belajar mengajar. Sedangkan
Frase adjektifal koordinatif yaitu seperti, kuat sehat, jauh
dekat, baik buruk, tua muda, dan besar kecil.
2. Frase Subordinatif
Adalah suatu frase yang kedudukan kedua unsurnya tidak sederajat,
unsur yang satu berstatus sebagai atasan dan yang lainnya sebagai
bawahan. Contoh frase subordinatif yang berupa frase nominal yaitu
seperti, sebuah mobil, mobil dinas, sate ayam dan sate Madura.
Frase verbal yaitu seperti, sedang mandi, mandi pagi, belum
makan dan makan tangan. dan yang berupa frase adjektifal yaitu
seperti, merah muda, jauh sekali, hijau daun dan tidak senang.
Sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis frase-farse tersebut juga
memiliki kategori, maka dapat dibedakan menjadi beberapa kategori.
- Frase Nominal
Yaitu frase yang mengisi sebagai fungsi subjek maupun fungsi objek,
seperti, adik saya, sebuah meja, rumah batu dan rumah makan.
- Frase Verbal
Yaitu frase yang mengisi sebagai fungsi predikatif. Seperti, suka
makan, sudah mandi, makan minum, tidak mau datang, dan belum
menerima.
- Frase Adjektifal
Yaitu frase yang mengisi sebagai fungsi predikatif. Seperti, sangat
indah, bagus sekali, merah muda, sangat senang sekali, dan merah
jambu.
- Frase preposisional
Yaitu frase yang mengisi sebagai fungsi keterangan. Seperti, di
pasar, ke Surabaya, dari gula dan ketan, kepada polisi dan pada tahun
2002.
2.3 Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud
lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang
utuh, dan diakhiri dengan titik dan penulisannya diawali dengan huruf
kapital. Yang merupakan sebuah satuandan berkedudukan diatas
klausa dan dibawah wacana.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun
tulisan yang mengunngkapkan satu pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan
diucapkan dengan suara yang naik turun, keras lembut, sela atau jeda,
dan diakhiri dengan intonasi akhir diikuti kesenyapan yang mencegah
terjadinya perpaduan antara asimilasi bunyi atau proses fonolagi
lainnya. Sehingga dalam pwerwujudan penulisannya diawali dengan
memakai huruf kapital dan diakhiri dengan suatu tanda baca.
Jenis Kalimat
Banyak nama diberikan orang terhadap adanya jenis
atau macam kalimat dalam buku ini diikuti
penamaan itu berdasarkan kriteria:
- Berdasarkan kategori klausanya dapat dibedakan oleh adanya kalimat verbal, kalimat adjektifal, kalimat nominal, kalimat preposisional, kalimat numeral, dan kalimat adverbial. seperti
- Kalimat verbal, yakni kalimat yang predikatnya berupa verba atau frase verbal. Contoh, suka makan, sudah mandi, makan minum.
- Kalimat adjektifal, yakni kalimat yang predikatnya berupa ejektiva atau frase ejektifal. contoh, sangat indah, bagus sekali, merah muda,
- Kalimat nominal, yakni kalimat yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal. Contoh sebuah meja, rumah batu.
- Kalimat preposisional, yakni kalimat yang predikatnya berupa frase preposional. Perlu dicatat kalimat jenis ini hanya digunakan dalam bahasa ragam nonformal. Contoh, di pasar, ke Surabaya.
- Kalimat numeral, yakni kalimat yang predikatnya berupa numeralia (menunjukan angka) atau frase numeral. Perlu dicatat kalimat dalam jenis ini hanya digunakan dalam bahasa ragam nonformal. Contoh, Itikku 3 ekor, ayam paijo 55 ekor.
- Kalimat adverbial, yakni kalimat yang predikatnya adverbia atau frase adverbial. Contoh, Sakit keras, sedang membaca.
- Berdasarkan modusnya atau bentuk sintaksisnya dapat dibedakan oleh adanya beberapa macam kalimat, seperti.
- Kalimat berita (deklaratif), yakni kalimat yang berisi tentang pernyataan belaka. Yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda titik. Contoh,
Nenek membaca komik dikamar.
Pasinem tertabrak kambing.
- Kalimat Tanya (interogatif), yakni kalimat yang berisi pertanyaan, yang perlu diberi sebuah jawaban. Yang diakhiri dengan tanda Tanya, contoh,
Buku apa yang dibaca paimin?
- Kalimat perintah (imperatif), yaitu kalimat yang berisi perintah, dan perlu diberi reaksi berupa tindakan, yang penulisannya diberi tanda seru, contoh,
Baca novel itu!
- Kalimat seruan (interjektif), yaitu kalimat yang menyatakan suatu ungkapan perasaan, yang diberi tanda seru, contoh.
Maju!
Hore!
Serbu!.
- Jika dilihat Berdasarkan kelengkapan dari unsur-unsurnya dapat dibedakan menjadi kalimat mayor dan kalimat minor.
- Kalimat mayor, yaitu kalimat yang memiliki unsur yang lengkap, dikatakan memiliki unsur yang lengkap karena terdiri ataupun terdapat unsur Subjek, predikat dan objek. Contoh kalimat
Paiman menulis surat cinta
- Kalimat minor yaitu kalimat yang unsur-unsurnya tidak lengkap, contoh
Di comal (yang merupakan jawaban dari pertanyaan, kamu
tinggal dimana?)
- Jika diamati Berdasarkan susunan subjek dan predikatnya dapat dibedakan menjadi kalimat biasa dan kalimat inversi.
- Kal biasa, yaitu kalimat yang tersusun selayaknya, dalam hal ini yaitu tersusun dengan pola yang benar. contoh
Srintil mengangis semalaman.
- Kalimat inversi, yaitu kalimat yang susunannya terbalik, contoh
Menangis Srintil semalam.
BAB III
PENUTUP
- Simpulan
Dalam proses belajar dan pembelajaran bahasa Indonesia pastilah
takkan bisa terhindar jauh-jauh dari bebrapa konsep dasar ini,
seperti kata, frasa, dan kalimat. Dalam berbagai buku linguistik
Eropa menyatakan bahwa kata merupakan suatu bentuk yang memiliki
susunan fonologis yang stabil, tidak bisa berubah dan memiliki
mobilitas dalam kalimat. Sebagi satuan terbesar dalam tataran
morfologi, kata dapat dibentuk dari beberapa bentuk dasar (yakni
dapat berupa morfem yang terikat maupun bebas, ataupun gabungan
morfem) melalui proses morfologi afiksasi, reduplikasi, maupun
komposisi.
Frasa adalah satuan bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih,
dalam sebuah fungsi sintaksis dalam kalimat, dan tidak membentuk
makna baru. Dengan istilah lain, yaitu dua kata yang memiliki satu
atau sebuah fungsi dalam kalimat. Yang meliputi frasa eksosentrik dan
frasa endosentrik, juga ada frasa koordinatif dan frasa subordinatif.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun
tulisan yang mengunngkapkan satu pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan
diucapkan dengan suara yang naik turun, keras lembut, sela atau jeda,
Berdasarkan kategori klausanya, berdasarkan modusnya, Berdasarkan
kelengkapan unsurnya, dan Berdasarkan susunan subjek dan predikatnya
- Saran
Untuk dapat mewujudkan sebuah pembelajaran yang berhasil, sebaikanya
seorang pengajar haruslah mendidik dan mengajar peserta didiknya
dengan penuh kasih sayang layaknya seorang orang tua denngan anaknya.
Sehingga dengan adanya kasih sayang tersebut, maka peserta didik akan
dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan baik. Selain itu
seorang pengajar haruslah memperhatikan setiap tingkah laku dari
peserta didiknya, jika memerlukan sosok seorang ibu atau bapak
seorang pengajar harus mampu memberikannya, demi kelancaran proses
pembelajaran.
Oleh
karena itu seorang pengjar harus mampu memperhatikan keadaan jiwa
peserta didik. Sehingga dalam proses pembelajaran bahasa yang
terutama saat membahas masalah kata, frasa, dan kalimat akan dapat
berjalan dengan lancer tanpa ada kendala apapun.
DAFTAR ISI
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis
Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses).
Jakarta: Rineka Cipta
0 comments:
Post a Comment