5:07 AM
Unknown
No comments
Contextual
Teaching Learning
BAB
I
PENDAHULUAN
Strategi Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu
proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan /
konteks lainnya. Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and
Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan
lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil. Dalam kelas kontektual, tugas guru
adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan
dengan strategi daripada member informasi. Tugas guru mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang
baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari
menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Metode pembelajaran yang digunakan seorang guru
akan sangat berpengaruh terhadap pemahaman belajar siswa terhadap
bahan ajar yang disajikan. Penggunaan metode dalam pengajaran yang
dipilih oleh seorang guru juga sangat berpengaruh terhadap aktivitas
belajarnya. Agar keaktifan belajar siswa dapat ditingkatkan seoptimal
mungkin, maka seorang guru perlu memvariasikan metode pembelajaran
yang digunakannya serta dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif. Diperlukan sebuah strategi belajar yang baru yang dapat
mendorong siswa untuk mengkonstruksikan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya dengan dunia nyata. Melalui metode pembelajaran
Contextual ( Contextual Teaching and Learning/ CTL ), siswa
diharapkan belajar melalui pengalaman dan bukan sekedar belajar atau
belajar dengan menghafal.
1.2
Tujuan
Tujuan
penyusunan makalah ini, meliputi beberapa aspek sebagai berikut.
- Untuk mengetahui bagaimana definisi pembelajaran contextual learning.
- Untuk mengetahui komponen-komponen sistem contextual learning.
- Untuk mengetahui penerapan contextual learning dalam pembelajaran.
- Untuk mengetahui bagaimana komponen pembelajaran efektif.
1.3
Manfaat
Manfaat
penyusunan makalah ini, meliputi beberapa aspek sebagai berikut.
- Mengetahui bagaimana definisi pembelajaran contextual learning.
- Dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengetahui komponen-komponen sistem contextual learning.
- Contextual learning dapat diterapkan dalam pembelajaran.
- Sebagai acuan untuk mengetahui bagaimana komponen pembelajaran efektif.
1.4
Rumusan Masalah
Permasalahan
yang akan dikaji dalam menyusun makalah ini sebagai berikut.
- Bagaimana definisi pembelajaran contextual learning?
- Bagaimana caranya komponen-komponen sistem contextual learning dapat dijadikan sebagai bahan acuan?
- Bagaimana caranya contextual learning dapat diterapkan dalam pembelajaran?
- Apa saja acuan untuk mengetahui bagaimana komponen pembelajaran efektif?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi pembelajaran Contextual Learning
Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning ( CTL ) adalah konsep belajar yang
mendorong guru untuk menghubungkan materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa. Dan mendorong guru untuk membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan mereka
sehari-hari.(Nurhadi, 2004:103) Setiap pembelajaran pasti akan
menampakkan keaktifan siswa yang belajar. Keaktifan belajar siswa
dalam proses belajar memainkan keanekaragaman kegiatan, baik kegiatan
fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati.
Kata kontekstual berasal dari kata Context
yang berarti “hubungan, konteks,
suasana dan keadaan konteks”. Sehingga Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai
suatu pembelajaran
yang berhubungan dengan suasana tertentu. Secara umum contextual
mengandung arti : yang berkenenan, relevan, ada hubungan atau kaitan
langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna dan
kepentingan.“Prinsipnya Contextual Teaching and
Learning adalah pembelajaran dengan makna, bermakna dan
dibermaknakan”. A. Syarifudin, Y. Pramediyani, (2008:2).
Dalam Contextual teaching learning (CTL), definisi
yang lebih dalam adalah sebuah proses pendidikan yang memiliki makna
membantu siswa melihat arti materi akademis yang mereka pelajari
melalui hubungan antara subjek-subjek akademis dengan kontek
kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian kegiatan-kegiatan tersebut
dikemblikan lagi pada karakteristik masing-masing individunya, yaitu
keterlibatan intelektual dan emosional siswa dalam proses belajar.
Keterlibatan itu terjadi pada saat kegiatan kognitif dalam pencapaian
atau perolehan pada saat siswa mengadakan latihan-latihan dalam
pembentukan keterampilan dan pada saat siswa menghayati dan
mengintegrasikan nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai.
Dengan kata lain metode Contextual Teaching and Learning mengarah
pada keaktifan mental, baik intelektual maupun emosional.
2.2
Komponen-komponen sistem contextual learning
Komponen-komponen sistem Contextual Teaching and
Learning yang mencerminkan prinsip-prinsip organisasi diri adalah
komponen-komponen yang membantu siswa tumbuh dan berkembang. Menurut
A. Chaedar Al Wasilah yang dikutip oleh Elaine B Johnson dalam buku
Contextual Teaching and Learning, CTL terbagi menjadi tiga sistem,
yaitu :
(1) CTL mencerminkan prinsip
kesaling bergantungan. Kesaling bergantungan mewujudkan diri.
(2) CTL mencerminkan
difrensiasi. Difrensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang siswa
untuk saling menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi
kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil
baru yang berbeda dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda
kemantapan dan kekuatan.
(3) CTL mencerminkan prinsip
pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika siswa
mencari dan menemukan kemampuan dan minat dari umpan balik yang
diberikan.
Dengan kata lain metode Contextual Teaching and
Learning berbeda dengan metode belajar dengan jalan menghafal. Dengan
menghafal, siswa hanya mendengar dan menerima lalu mengingat-ingat
kembali materi yang telah diberikan. Dengan metode CTL siswa diajak
untuk aktif dan siswa adalah pusat dari kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan.
2.3 Penerapan
contextual learning dalam pembelajaran
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
engkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan
sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Kembangkan sifat
keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat
belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai
contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan.
Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan
siswa.
Konsep dasar strategi Contextual
Teaching and Learning adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatn siswa secara
penuh untuk dapat menentukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dari
konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.
Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak
mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya
siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,
sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori
siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami
materi yang dipelajarinya, akan tetapi bgaiman materi pelajaran itu
dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari – hari. Materi
pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian
dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi
kehidupan nyata.
2.4 Komponen pembelajaran efektif
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses
pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk
memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural),
sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan
fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota masyarakat.
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah
pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu
mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan
fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal,
mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang
siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa.
Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan
perkembangan jaman.
Pemikiran Tentang Belajar
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri,
mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan
itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar dan
menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar;
tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan
pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi
kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja
dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.
Komponen-komponen pembelajaran yang efektif diantaranya meliputi:
1. Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan
membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan
tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara
tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan
dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau
mengingat pengetahuan.
2. Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan
baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan
mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan
wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan
siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang
lain yang didatangkan ke kelas.
3. Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/
konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi,
analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri
meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data,
analisis data, kemudian disimpulkan.
4. Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang
berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan
gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil
atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan
kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan
masyarakat.
5. Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu
kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu
sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how
to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model
dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan
elektronik.
6. Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian,
kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal
yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat
dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah;
pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu,
catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai
pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
7. Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan
kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata.
Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya
membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada
diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai
tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara,
menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.
Penerapan CTL dalam pembelajaran
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri
pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua toipik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa
dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam
kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran.
Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang
betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Simpulan
dari makalah ini meliputi aspek sebagai berikut.
Dalam
Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan
yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu
mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan
fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal,
mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang
siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa.
Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan
perkembangan jaman. CTL disebut pendekatan kontekstual karena konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
3.2
Saran
Saran
dari penyusun untuk dapat mencapai tujuan yang sesuai dengan
kompetensi dasar yang diharapkan. Maka hendaknya sebelum materi
Contextual Learning
diterapkan pada peserta didik dan
tujuannya yang hendak dicapai dalam setiap pembelajaran harus
benar-benar dipahami, dan agar kegiatan pemahaman mengenai metode
contextual learning dapat dilakukan dengan keprofesionalan yang sudah
didalami serta dapat diterapkan dalam lingkup masyarakat, terutama
pada dunia pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
A. Syarifudin, Y.
Pramediyani. 2008. Prinsip Contextual Teaching and Learning:
Nusantara Bumi Pramesti.
0 comments:
Post a Comment