• Pages

      Saturday, November 2, 2013

      STRATEGI BELAJAR MENGAJAR



      Contextual Teaching Learning


      BAB I
      PENDAHULUAN

      Strategi Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan / konteks lainnya. Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada member informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
      Metode pembelajaran yang digunakan seorang guru akan sangat berpengaruh terhadap pemahaman belajar siswa terhadap bahan ajar yang disajikan. Penggunaan metode dalam pengajaran yang dipilih oleh seorang guru juga sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajarnya. Agar keaktifan belajar siswa dapat ditingkatkan seoptimal mungkin, maka seorang guru perlu memvariasikan metode pembelajaran yang digunakannya serta dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif. Diperlukan sebuah strategi belajar yang baru yang dapat mendorong siswa untuk mengkonstruksikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan dunia nyata. Melalui metode pembelajaran Contextual ( Contextual Teaching and Learning/ CTL ), siswa diharapkan belajar melalui pengalaman dan bukan sekedar belajar atau belajar dengan menghafal.


      1.2 Tujuan
      Tujuan penyusunan makalah ini, meliputi beberapa aspek sebagai berikut.
      1. Untuk mengetahui bagaimana definisi pembelajaran contextual learning.
      2. Untuk mengetahui komponen-komponen sistem contextual learning.
      3. Untuk mengetahui penerapan contextual learning dalam pembelajaran.
      4. Untuk mengetahui bagaimana komponen pembelajaran efektif.

      1.3 Manfaat
      Manfaat penyusunan makalah ini, meliputi beberapa aspek sebagai berikut.
      1. Mengetahui bagaimana definisi pembelajaran contextual learning.
      2. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengetahui komponen-komponen sistem contextual learning.
      3. Contextual learning dapat diterapkan dalam pembelajaran.
      4. Sebagai acuan untuk mengetahui bagaimana komponen pembelajaran efektif.

      1.4 Rumusan Masalah
      Permasalahan yang akan dikaji dalam menyusun makalah ini sebagai berikut.
      1. Bagaimana definisi pembelajaran contextual learning?
      2. Bagaimana caranya komponen-komponen sistem contextual learning dapat dijadikan sebagai bahan acuan?
      3. Bagaimana caranya contextual learning dapat diterapkan dalam pembelajaran?
      4. Apa saja acuan untuk mengetahui bagaimana komponen pembelajaran efektif?

      BAB II
      PEMBAHASAN
      2.1 Definisi pembelajaran Contextual Learning
      Pembelajaran Contextual Teaching and Learning ( CTL ) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Dan mendorong guru untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan mereka sehari-hari.(Nurhadi, 2004:103) Setiap pembelajaran pasti akan menampakkan keaktifan siswa yang belajar. Keaktifan belajar siswa dalam proses belajar memainkan keanekaragaman kegiatan, baik kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati.
      Kata kontekstual berasal dari kata Context yang berarti “hubungan, konteks, suasana dan keadaan konteks”. Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Secara umum contextual mengandung arti : yang berkenenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna dan kepentingan.“Prinsipnya Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran dengan makna, bermakna dan dibermaknakan”. A. Syarifudin, Y. Pramediyani, (2008:2).
      Dalam Contextual teaching learning (CTL), definisi yang lebih dalam adalah sebuah proses pendidikan yang memiliki makna membantu siswa melihat arti materi akademis yang mereka pelajari melalui hubungan antara subjek-subjek akademis dengan kontek kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian kegiatan-kegiatan tersebut dikemblikan lagi pada karakteristik masing-masing individunya, yaitu keterlibatan intelektual dan emosional siswa dalam proses belajar. Keterlibatan itu terjadi pada saat kegiatan kognitif dalam pencapaian atau perolehan pada saat siswa mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan dan pada saat siswa menghayati dan mengintegrasikan nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai. Dengan kata lain metode Contextual Teaching and Learning mengarah pada keaktifan mental, baik intelektual maupun emosional.

      2.2 Komponen-komponen sistem contextual learning
      Komponen-komponen sistem Contextual Teaching and Learning yang mencerminkan prinsip-prinsip organisasi diri adalah komponen-komponen yang membantu siswa tumbuh dan berkembang. Menurut A. Chaedar Al Wasilah yang dikutip oleh Elaine B Johnson dalam buku Contextual Teaching and Learning, CTL terbagi menjadi tiga sistem, yaitu :
      (1)    CTL mencerminkan prinsip kesaling bergantungan. Kesaling bergantungan mewujudkan diri.
      (2)    CTL mencerminkan difrensiasi. Difrensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang siswa untuk saling menghormati perbedaan-perbedaan,  untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.
      (3)    CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat dari umpan balik yang diberikan.
      Dengan kata lain metode Contextual Teaching and Learning berbeda dengan metode belajar dengan jalan menghafal. Dengan menghafal, siswa hanya mendengar dan menerima lalu mengingat-ingat kembali materi yang telah diberikan. Dengan metode CTL siswa diajak untuk aktif dan siswa adalah pusat dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

      2.3 Penerapan contextual learning dalam pembelajaran
      Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.
      Konsep dasar strategi Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatn siswa secara penuh untuk dapat menentukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
      Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.
      Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
      Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
      Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bgaiman materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari – hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

      2.4 Komponen pembelajaran efektif
      Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
      CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
      Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
      Pemikiran Tentang Belajar
      Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.
      Komponen-komponen pembelajaran yang efektif diantaranya meliputi:
      1. Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
      2. Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
      3. Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
      4. Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
      5. Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
      6. Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
      7. Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.
      Penerapan CTL dalam pembelajaran
      Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua toipik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.


      BAB III
      PENUTUP
      3.1 Simpulan
      Simpulan dari makalah ini meliputi aspek sebagai berikut.
      Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman. CTL disebut pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

      3.2 Saran
      Saran dari penyusun untuk dapat mencapai tujuan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan. Maka hendaknya sebelum materi Contextual Learning diterapkan pada peserta didik dan tujuannya yang hendak dicapai dalam setiap pembelajaran harus benar-benar dipahami, dan agar kegiatan pemahaman mengenai metode contextual learning dapat dilakukan dengan keprofesionalan yang sudah didalami serta dapat diterapkan dalam lingkup masyarakat, terutama pada dunia pendidikan.









      DAFTAR PUSTAKA





      A. Syarifudin, Y. Pramediyani. 2008. Prinsip Contextual Teaching and Learning:
      Nusantara Bumi Pramesti.


      0 comments:

      Post a Comment

      Subscribe To RSS

      Sign up to receive latest news